Kajian Teoritis Kajian Teoritis dan Kerangka Berpikir

5. Karakteristik Perilaku Belajar Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya: a Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya bukan secara kebetulan; dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar; b Bahwa perubahan itu postif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan normatif atau kriteria keberhasilan criteria of success baik dipandang dari segi siswa tingkat abilititas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya maupun dari segi guru tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tindakan kulturalnya; c Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah problem solving, baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup. 8 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya Internal Siswa Ekternal Siswa Pendekatan 8 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ket-10 h. 158 1. Aspek Fisiologis: -tonus jasmani -mata dan telinga 2. Aspek Psikologis: - Inteligensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi 1. Lingkungan sosial: -Keluarga -guru dan staf - masyarakat - teman 2. Lingkungan Nonsosial: - rumah - sekolah - peralatan - alam 1. Pendekatan Tinggi: - speculative - achieving 2. Pendekatan menengah: - Analytical - Deep 3. Pendekatan Rendah: - Reproductive - surface Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian: 9 a Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu: 1 Faktor-faktor non sosial Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi atau siang, ataupun malam, tempat letaknya, pergudangannya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor- faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu menguntungkan proses atau perbuatan belajar secara 9. Suryabrata Sumadi, Psikologi pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2005, Cet 13, h. 233-234. maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat- syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat didaktis, psikologis dan pedagogis. 10 2 Faktor-faktor sosial, Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia sesama manusia, baik manusia itu ada hadir maupun kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang belajar, banyak kali mengganggu belajar; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap disamping kelas atau seseorang sedang belajar dikamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Kecuali kehadiran yang berlangsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang; suara nyanyian yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial yang seperti telah dikemukakan diatas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu kosentrasi sehingga perhatian dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktifitas belajar semata-semata. Dengan berbagi cara faktor-faktor tersebut dapat berlangsung dengan baik. b Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu: 1 Faktor-faktor fisiologis, 10 Suryabrata, op.cit h. 234 Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a Tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang kurang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaaan jasmani yang lelah lain berpengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu: b Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. c Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar. d Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancaindera. Baiknya pancaindera merupakan syarat dapat belajar itu berlangsung dengan baik. 11 e Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. 12 2 Faktor-faktor psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa namun, diantara faktor- 11 Suryabrata, op.cit.,h. 236 12 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 131 faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut: a Inteligensi Siswa Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ- organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya memperoleh sukses. b Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons response tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif dan negatif. Sikap attitude siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. c Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. d Minat Siswa Minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. e Motivasi Siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organism baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. 13 7. Faktor pendekatan belajar “Meurut Ballard Clanchy, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan attitude to knowledge. Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1 sikap melestarikan apa yang sudah ada conserving; dan 2 sikap memperluas extending .” 14 Menurut Biggs pendekatan belajar siswa dapat di kelompokkan kedalam tiga prototipe bentuk dasar, yakni : a. Pendekatan surface pendekatanbersifat lahiriah Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. b. Pendekatan deep mendalam Siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya intrinsik. c. Pendekatan Achieving pencapaian prestasi tinggi Siswa yang menggunakan pendekatan Achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi bisa dalam meningkatkan prestasi kekuatan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. 15 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar Secara fundamental Dollar dan Miller menegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: a Adanya motivasi drives, siswa harus menghendaki sesuatu the learner must want something; b Adanya perhatian dan mengetahui sasaran cue, siswa harus memperhatikan sesuatu the learner must notice something; c Adanya usaha response, siswa harus melakukan sesuatu the learner must do something; 13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 132-137 14 Ibid., h. 123 15 Ibid., h. 126 d Adanya evaluasi dan pemantapan hasil reinforcement siswa harus memperoleh sesuatu the learner must get something. 16 9. Pengertian kesulitan belajar Definisi kesulitan belajar secara umum dipandang sebagai siswa dengan prestasi yang rendah. M. Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar siswa sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang guru. 17 Kesulitan belajar bukan hal yang tidak normal karena didalam proses pembelajaran tentu ada kesulitan disaat guru menyampaikan ilmu yang beliau miliki kepada muridnya karena siswa juga memiliki kapasitasnya masing-masing disaat menyerap informasi yang disampaikan oleh gurunya dikelas. 10. Pengertian Materi Pembelajaran Materi Pembelajaran atau materi ajar instructional materials adalah pengetahuan sikap, dan keterampilan, yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan 18 11. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan failure tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut: a. Siswa dikatan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan level of mastery minimal dalam pekerjaan tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru criterion refrenced. Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam lower group . b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat 16 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-10 h. 164 17 M. Alisuf Sabri. Psikologi pedidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. Cet. Ke-I. h.88. 18 Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima hal. 105. 2009 kemampuan: inteligensi, bakat. Diramalkan predicted akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers. c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk pnyesuian sosial sesuai dengan pola organismiknya his organismic pattern pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan norm- referenced. Kasus siswa yang bersangkutan dapat dikategorikan kedalam slow learners. d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan level of mastery yang diperlukan sebagai prasyarat prerequisite bagi kelanjutan ini dapat digolongkan kedalam slow learners atau belum matang immature sehingga mungkin harus menjadi pengulang repeaters pelajaran. 19 12. Diagnosis Kesulitan Belajar Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi upaya mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur atau langkah- langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar. Banyak langkah-langkah diagnostik yang ditempuh guru antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener Senf sebagai berikut: a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar; c. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; 19 Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-10 h. 307-308 d. Memberika tes diagnotik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa; e. Memberikan tes kemampuan intelegensi IQ khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 20 13. Pengertian pajak Berikut merupakan definisi pajak menurut beberapa tokoh: 21 a. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro: Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa timbal balik kontraprestasi yang berlangsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian di sempurnakan, menjadi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pegeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. b. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat: Menurut Djajadiningrat pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian besar dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menuurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. c. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Feldman: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kotraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. 14. Jenis-jenis pajak Terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu, pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya. a. Menurut Golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Pajak langsung : pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang 20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 169 21 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 1 lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan PPh. PPh harus dibayar oleh pihak-pihak tertentu memperoleh penghasilan tersebut. 2. Pajak tidak langsung pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN. b. Menurut sifatnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Pajak subjektif; pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan PPh.dalam PPh terdapat subjek pajak wajib pajak orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya.Keadaan pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menetukan besarnya penghasilan tidak kena pajak. 2. Pajak objekitif: pajak yang pengenaannya memperhatikan objek pajaknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak wajib pajak maupun tempat tinggal. c. Menurut Lembaga Pemungut Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu; 1. Pajak Negara pajak pusat pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contoh; PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan BPHTB.PPB dan BPHTB menjadi pajak daerah mulai tahun 2011. 2. Pajak dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I pajak provinsi maupun daerah tingkat II pajak kabupatenkota dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing Contoh: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan, pajak reklame. 22 22 Siti, op.cit,. h.7-8 d. Pajak Penghasilan 1 Definisi pajak penghasilan Pajak penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. 23 2 Dasar hukum pajak penghasilan. Peraturan perundangan yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia adalah UU.No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU. NO 7 tahun 1991. UU No.10 tahun 1994. UU No. 17 tahun 2000, UU No. 36 tahun 2008, peraturan pemerintah, keputusan Presiden, keputusan menteri keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak maupun surat edaran Direktur Jendral Pajak. 24 3 Subjek Pajak Penghasilan Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. 25 4 Objek Pajak Penghasilan Objek pajak merupakan segala sesuatu barang, jasa, kegiatan, atau keadaan yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun diluar Indonesia, yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. 26 Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi : 23 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 78 24 Ibid., h.74 25 Ibid., h.75 26 Ibid., h. 80 a Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya; b Penghasilan dari usaha dan kegiatan c Penghasilan dari modal d Hadiah e. Penghasilan Tidak kena Pajak Penghasilan tidak kena pajak PTKP merupakan jumlah penghasilan tertentu yang dikenakan pajak.untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah penghasilan tidak kena pajak. PTKP yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 17 tahun 2003 mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok setiap tahunnya. Sampai dengan diberlakukannya undang-undang nomor 36 tahun 2008 perubahan PTKP dapat dilihat pada tabel berikut: 27 Tabel 2.2 Tabel Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak Keterangan Pasal 7 UU No. 17 tahun 2000 mulai berlaku 1 januari 2001 PMK No. 564Kmk03 2004 mulai berlaku 1 januari 2005 PMK No. 137 PMK.032 005 mulai berlaku 1 januari 2006 Pasal 7 UU No. 36 tahun 2008 mulai berlaku 1 januari 2008 Peraturan Menteri Keuangan Pasal 7. PMK No. 162. mulai berlaku 1 januari 2013 1. Diri wajib 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 27 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 96 pajak 2. Tambah an untuk pajak yang sudah kawin 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3. Tambah an untuk seorang istri yang meneri ma penghas ilan yang digabun g dengan penghas ilan suami 1.440.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 4. Tambah an untuk setiap anggota keluarg a sedarah semend a dalam garis keturun an lurus yang menjadi tanggun gannya maksi 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 mal 3 f. Tarif pajak Tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya tarif yang berlaku di Indonesia di kelompokkan menjadi dua tarif umum sesuai dengan pasal 17 UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir adalah dalam UU No.36 Tahun 2008 dan tarif lainnya. Sistem penerapan tarif pajak penghasilan sesuai dengan pasal 17 UU PPh dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan wajb pajak dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap. 28 Tabel 2.3 Tarif pajak untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000 5 Rp 50.000.000 – Rp.250.000.000 15 Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25 Di atas Rp 500.000.000 30 g. Menghitung pajak penghasilan Secara umum, Pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula sebagai berikut : PPh terutang = tarif pajak penghasilan Kena Pajak PKP = Penghasilan Netto PTKP Contoh: Sesorang pengusaha memiliki penghasilan Rp. 5.000.000 per bulan. Jika pengusaha tersebut memiliki istri dan seorang anak, maka tentukan besar pajak yang ditanggung per bulan Penghasilan setahun = Rp. 5.000.000 12 = Rp. 60.000.000 28 Siti, op.cit,. h. 119 PTKP -Wajib pajak sendiri = Rp. 12.000.000 -Tambahan istri = Rp. 1.200.000 -Tambahan Anak = Rp. 1.200.000 Jumlah PTKP = Rp. 14.400.000 PKP RP. 45.600.000 PPh dalam setahun: 5 25.000.000 = Rp. 1.250.000. 10 45.600.000-25.000.000 = Rp. 2.060.000 Rp. 3.310.000 PPh per bulan: 3.310.000 12 = Rp. 275833.33 Dalam perhitugan tersebut dijelaskan seorang pengusaha yang berpenghasilan Rp. 5.000.000 harus membayar Rp. 3.310.000 selama satu tahun dan Rp. 275833.33 per bulanya, inilah perhitungan pajak penghasilan yang ada di kelas VIII yang siswa harus kerjakan dengan berbagai kesulitannya. Secara garis besar peneliti juga menitik beratkan pada afektif siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan di atas. 15. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Istilah Pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan terapan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pda tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS. 29 Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana dikatakan oleh Hamid hasan, merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan ilmu pengetahuan sosial dan sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum 29 Trianto, Model pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi Implementasinya dalam KTSP, Jakarta:bumi Aksara, 2010, h.172. 1975.Sebelumnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-rubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Ilmu yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam semesta merupakan bahasan dari Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan di kurikulum 1975. Pada kurikulum 1975 memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. 30 Sebagaimana sekarang IPS menjadi mata pelajaran yang sudah seharusnya ada disetiap sekolah dan disetiap jenjang pendidikan tetapi dengan bobot materi yang berbeda-beda dan juga disesuaikan dengan umur siswa agar dapat menerima pelajarannya dengan baik “Somantri mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.” 31 Ilmu pengetahuan sosial merupakan intelegensi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, Geografi, Politik, Hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang- cabang sosial. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya pemanfaatan sumber budaya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Melalui pembelajaran pengetahuan sosial, peserta didik di arahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia warga dunia yang efektif 30 Sapriya, Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2009, Cet. Ke-I, h.11. 31 Ibid, h.11. merupakan tantangan berat, karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia yang erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia beserta dinamikanya maupun hubungan manusia dengan alam, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. b. Karakteristik Pembelajaran IPS Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan merupakan karakteristik IPS sendiri. Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daljoeni menyatakan bahwa pembaharuan pembelajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: 1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para peserta didik, masalah sosial, keterampilan berfikir serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam. 2. Program IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia 3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang intergreted terpadu, correlated berhubungan sampai yang separated terpisah. 4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanitis sampai strutural. 5. Kelas pembelajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi. 6. Evaluasinya tidak hanya, mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor saja tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient. 7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajaran. 32 Dari ciri-ciri diatas terbukti jelas bahwa IPS merupakan ilmu yang melingkupi berbagai aspek yang ada diberbagai bidang. c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangankan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku sosial, seiring dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkan pada usaha mempersiapkan pesera didik menjadi warga yang baik. Selain itu ilmu pengetahuan sosial juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil menatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun masyarakat umum. 32 Panitia Pendidikan dan Latihan Guru, Modul Program Pendidikan dan latihan Profesi Guru Guru Kelas, Bogor, Universitas Pakuan, 2012, h 254-257 “Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well- functioning citizens in a democratic society”. Artinya, tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya ”. 33 Seperti yang dinyatakan oleh Gross bahwa pedidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS memang merupakan ilmu yang mendasari tentang cara manusia untuk saling berinteraksi antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga manusia dapat berinteraksi dengan baik dan selaras dengan kehidupan alam B. Kerangka Berpikir Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang penting untuk dipahami oleh siswa sehingga kesulitan yang dialami dalam proses belajar ini harus segera ditangani sedini mungkin agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk tercapainya prestasi belajar siswa yang baik kita harus mengenal terlebih dahulu hambatan yang apa yang dialami siswa agar dapat segera diselesaikan dengan baik dan tidak mengganggu siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan kepadanya. Khususnya peneliti disini meneliti tentang kendala yang dialami siswa dalam belajar mengkajinya dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan. Faktor nternal meliputi: intelegensi, minat, bakat, sikap dan motivasi. Faktor eksternal dibagi dua yaitu: faktor sosial dan faktor non-sosial, faktor lingkungan sosial meliputi: keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman sedangkan faktor lingkungan nonsosial meliputi: rumah, sekolah, peralatan, alam. Peneliti dalam hal ini ingin mengetahui tentang kendala apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pajak penghasilan yang ada dalam materi IPS terpadu. Pajak penghasilan memiliki ketentuan-ketentuan tertentu dalam menghitung jumlah setiap pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Siswa kelas VIII yang mempelajari tentang pajak 33 Etin Solihatin, dkk, Cooperative learning: Analisis Model pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Ed. 1, Cet. 5, h.14 penghasilan seringkali mengalami kesulitan dalam menghitung pajak penghasilan, hal ini yang ingin diuraikan oleh peneliti. Skema Kerangka Berpikir

C. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Feldmen, William yang terjemahkan Sudarmaji dengan judul Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak, Feldmen mejelaskan sebab-sebab gangguan belajar pada anak yang cenderung mengurangi prestasi siswa. 34 Feldmen mengungkapkan bagaimana cara seorang guru dapat mengetahui gangguan- gangguan belajar yang dialami oleh siswa sejak dini agar sang guru dapat menyelesaikan masalah gangguan belajar tersebut sesuai dengan kelompok gangguan belajar yang dialami siswa itu sendiri. 2. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan materi Statistika kelas II Madrasah Aliyah darul”. Di dalam penelitian ini menjelaskan tentang kesulitan-kesulitan siswa yang dialami pada saat mempelajari materi statistika, menurut peneliti mansyur, beliau berpendapat bahwa statistika yang merupakan cabang ilmu matematika yang sampai saat ini masih dirasakan sulit oleh mayoritas siswa dalam memahaminya, hal ini Karena statistika bagian dari matematika yang harus diterima setiap jurusan ketika siswa melanjutkan hingga ke perguruan PT, selain itu juga karena banyaknya rumus yang harus diingat. 35 3. Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika pada Materi Lingkaran”. Di dalam penelitian ini menjelaskan tentang kesulitan- kesulitan siswa pada saat mempelajari materi lingkaran, menurut peneliti Rahmat Hidayat bahwa materi lingkaran sulit karena siswa tidak memahami rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung lingkaran, sehingga siswa tidak dapat menjawab dengan benar setiap pertanyaan dengan benar. 36 34 Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. “Pada Mengatasi Gangguan Belajar Anak”. Jakarta : Prestasi Putra.2002. 35 Mansyur. “Analisis Kesulitan materi Statistika kelas II Madrasah Aliyah daru” Jakarta:2012 36 Rahmat Hidayat, “Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika Pada Materi Lingkaran”. Jakarta: 2005 Tabel 2.4 Perbedaan dan Persamaan Dengan Hasil Penelitian Relevan No. Nama Pengarang Judul Perbedaan dengan Skripsi Penulis Persamaan dengan Skripsi Penulis 1. William Feldmen Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini mencari solusi dari gangguan belajar yang dialami oleh anak sedangkan penelitian penulis tidak Letak persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada klasifikasi yang dimiliki anak yang memiliki gangguan belajar yang dijelaskan Wiliam sama dengan yang penulis jabarkan. 2. Mansyur Analisis Kesulitan materi Statistika kelas II Madrasah Aliyah darul Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada subjek mata pelajarannya, penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika sedangkan penulis pada mata pelajaran IPS Persamaan Penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang kesulitan belajar pada materi yang menyangkut perhitungan, dan penelitian ini juga memiliki metode penelitian yang Terpadu. mirip. 3. Rahmat Hidayat Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika pada Materi Lingkaran Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis jabarkan adalah pada subjek mata pelajarannya. Penelitian ini pada mata pelajaran matematika sedangkan penulis IPS Terpadu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang kesulitan belajar siswa dan memiliki persamaan dalam cara mengolah data. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Fatahillah Pondok Pinang. tempat penelitian yang peneliti pilih ini merupakan tempat dimana peneliti menjalani program PPKT Program Profesi Keguruan Terpadu sehingga, memudahkan peneliti untuk menjalani penelitian dan dapat secara langsung mengetahui medan yang akan diteliti. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November tahun 2013. No. Kegiatan Bulan Ke: 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan Instrument penelitian 2. Pelaksanaan penelitian lapangan: tes, observasi, angket, wawancara, dokumentasi dan triangulasi 3. Pengolahan data dan analisis data

Dokumen yang terkait

Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS: studi kasus di SMP Fathilah Pondok Pinang Jakarta selatan

6 33 85

Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pokok Bahasan Pajak Penghasilan di SMP Fatahillah Pondok Pinang.

0 5 131

Pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 3 16

Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 di MTs Al-Hamidiyah Depok

1 6 219

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 5 BINJAI.

3 12 24

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Persamaan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau Dari Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa Kelas

0 4 16

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 7 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 3 7

Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa SMP Negeri 2 Petarukan dalam Memahami Pokok Bahasan Gerak Lurus.

0 3 149