Kajian Teoritis Kajian Teoritis dan Kerangka Berpikir
5.
Karakteristik Perilaku Belajar
Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya: a
Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya bukan secara kebetulan; dengan
demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar;
b Bahwa perubahan itu postif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan
normatif atau kriteria keberhasilan criteria of success baik dipandang dari segi siswa tingkat abilititas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan
sebagainya maupun dari segi guru tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tindakan kulturalnya;
c Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna
tertentu bagi pelajar itu setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti
dalam pemecahan masalah problem solving, baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup.
8
6.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya Internal Siswa
Ekternal Siswa Pendekatan
8
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ket-10 h. 158
1. Aspek Fisiologis:
-tonus jasmani -mata dan telinga
2. Aspek Psikologis:
- Inteligensi
- Sikap
- Minat
- Bakat
- Motivasi
1. Lingkungan sosial:
-Keluarga -guru dan staf
- masyarakat - teman
2. Lingkungan
Nonsosial: - rumah
- sekolah - peralatan
- alam 1.
Pendekatan Tinggi: - speculative
- achieving 2.
Pendekatan menengah:
- Analytical
- Deep
3. Pendekatan Rendah:
- Reproductive
- surface
Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak
sekali macamnya terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian:
9
a Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat
digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:
1 Faktor-faktor non sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi atau siang,
ataupun malam, tempat letaknya, pergudangannya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan
sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-
faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu menguntungkan proses atau perbuatan belajar secara
9.
Suryabrata Sumadi, Psikologi pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2005, Cet 13, h. 233-234.
maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat- syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan
ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus
seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat didaktis, psikologis dan pedagogis.
10
2 Faktor-faktor sosial,
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia sesama manusia, baik manusia itu ada hadir maupun kehadiran orang atau
orang-orang lain pada waktu seseorang belajar, banyak kali mengganggu belajar; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu
terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap disamping kelas atau seseorang sedang belajar dikamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar
masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Kecuali kehadiran yang berlangsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu, mungkin juga orang lain itu hadir
tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang; suara nyanyian yang sedang
dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial yang seperti telah
dikemukakan diatas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu
kosentrasi sehingga perhatian dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktifitas belajar semata-semata. Dengan berbagi cara faktor-faktor tersebut
dapat berlangsung dengan baik. b
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1 Faktor-faktor fisiologis,
10
Suryabrata, op.cit h. 234
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a
Tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan
jasmani yang kurang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaaan jasmani yang lelah lain
berpengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu:
b Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.
c Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.
Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup
serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat
mengganggu aktivitas belajar. d
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam
individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancaindera. Baiknya pancaindera merupakan
syarat dapat belajar itu berlangsung dengan baik.
11
e Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
12
2 Faktor-faktor psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa namun, diantara faktor-
11
Suryabrata, op.cit.,h. 236
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 131
faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut:
a Inteligensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-
organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa
tidak dapat diragukan lagi, sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka
semakin kecil peluangnya memperoleh sukses. b
Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons response tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif dan negatif.
Sikap attitude siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa
tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda,
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. c
Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
d Minat Siswa
Minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organism baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
13
7.
Faktor pendekatan belajar
“Meurut Ballard Clanchy, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan attitude to knowledge. Ada
dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1 sikap melestarikan apa yang sudah ada conserving; dan 2 sikap memperluas
extending .”
14
Menurut Biggs pendekatan belajar siswa dapat di kelompokkan kedalam tiga prototipe bentuk dasar, yakni :
a. Pendekatan surface pendekatanbersifat lahiriah
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang
mengakibatkan dia malu.
b. Pendekatan deep mendalam
Siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya intrinsik.
c. Pendekatan Achieving pencapaian prestasi tinggi
Siswa yang menggunakan pendekatan Achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut
“ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi bisa dalam meningkatkan prestasi kekuatan dirinya
dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.
15
8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar
Secara fundamental Dollar dan Miller menegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
a Adanya motivasi drives, siswa harus menghendaki sesuatu the
learner must want something; b
Adanya perhatian dan mengetahui sasaran cue, siswa harus memperhatikan sesuatu the learner must notice something;
c Adanya usaha response, siswa harus melakukan sesuatu the learner
must do something;
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 132-137
14
Ibid., h. 123
15
Ibid., h. 126
d Adanya evaluasi dan pemantapan hasil reinforcement siswa harus
memperoleh sesuatu the learner must get something.
16
9.
Pengertian kesulitan belajar
Definisi kesulitan belajar secara umum dipandang sebagai siswa dengan prestasi yang rendah. M. Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar siswa sebagai
kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran
yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang guru.
17
Kesulitan belajar bukan hal yang tidak normal karena didalam proses pembelajaran tentu ada kesulitan disaat guru menyampaikan ilmu yang beliau
miliki kepada muridnya karena siswa juga memiliki kapasitasnya masing-masing
disaat menyerap informasi yang disampaikan oleh gurunya dikelas.
10.
Pengertian Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran atau materi ajar instructional materials adalah pengetahuan sikap, dan keterampilan, yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan
18
11.
Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan
kegagalan failure tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut:
a. Siswa dikatan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan
tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan level of mastery minimal dalam pekerjaan tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh
orang dewasa atau guru criterion refrenced. Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam lower group .
b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan
atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat
16
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-10 h. 164
17
M. Alisuf Sabri. Psikologi pedidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. Cet. Ke-I. h.88.
18
Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima hal. 105. 2009
kemampuan: inteligensi, bakat. Diramalkan predicted akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai
dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.
c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan
tugas-tugas perkembangan, termasuk pnyesuian sosial sesuai dengan pola organismiknya his organismic pattern pada fase perkembangan tertentu,
seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan norm- referenced. Kasus siswa yang bersangkutan dapat dikategorikan kedalam
slow learners.
d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
tingkat penguasaan level of mastery yang diperlukan sebagai prasyarat prerequisite bagi kelanjutan ini dapat digolongkan kedalam slow learners
atau belum matang immature sehingga mungkin harus menjadi pengulang repeaters pelajaran.
19
12.
Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi upaya
mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni
jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur atau langkah- langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis
tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang ditempuh guru antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener Senf sebagai berikut:
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa
ketika mengikuti pelajaran; b.
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar;
c. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar;
19
Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-10 h. 307-308
d. Memberika tes diagnotik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa; e.
Memberikan tes kemampuan intelegensi IQ khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
20
13.
Pengertian pajak
Berikut merupakan definisi pajak menurut beberapa tokoh:
21
a. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro:
Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat
balas jasa timbal balik kontraprestasi yang berlangsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian di sempurnakan, menjadi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
membiayai pegeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
b. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat:
Menurut Djajadiningrat pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian besar dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menuurut peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
c.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Feldman: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kotraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
14.
Jenis-jenis pajak
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu, pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.
a. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1.
Pajak langsung : pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang
20
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Cet. Ke-1 h. 169
21
Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 1
lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh: pajak penghasilan PPh. PPh harus dibayar oleh pihak-pihak tertentu memperoleh penghasilan tersebut.
2. Pajak tidak langsung pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN.
b. Menurut sifatnya
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1.
Pajak subjektif; pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan subjeknya.
Contoh: Pajak Penghasilan PPh.dalam PPh terdapat subjek pajak wajib pajak orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya.Keadaan pribadi wajib pajak
tersebut selanjutnya digunakan untuk menetukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.
2. Pajak objekitif: pajak yang pengenaannya memperhatikan objek pajaknya
baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban
membayar pajak,
tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak wajib pajak maupun
tempat tinggal.
c. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu; 1.
Pajak Negara pajak pusat pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.
Contoh; PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan BPHTB.PPB dan BPHTB menjadi pajak daerah mulai
tahun 2011. 2.
Pajak dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I pajak provinsi maupun daerah tingkat II pajak kabupatenkota dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing Contoh: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan, pajak reklame.
22
22
Siti, op.cit,. h.7-8
d. Pajak Penghasilan
1 Definisi pajak penghasilan
Pajak penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu
tahun pajak.
23
2 Dasar hukum pajak penghasilan.
Peraturan perundangan yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia adalah UU.No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan
dengan UU. NO 7 tahun 1991. UU No.10 tahun 1994. UU No. 17 tahun 2000, UU No. 36 tahun 2008, peraturan pemerintah, keputusan Presiden,
keputusan menteri keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak maupun surat edaran Direktur Jendral Pajak.
24
3 Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan pajak penghasilan.
25
4 Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak merupakan segala sesuatu barang, jasa, kegiatan, atau keadaan yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun diluar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
26
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
23
Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 78
24
Ibid., h.74
25
Ibid., h.75
26
Ibid., h. 80
a Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas
seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya;
b Penghasilan dari usaha dan kegiatan
c Penghasilan dari modal
d Hadiah
e. Penghasilan Tidak kena Pajak
Penghasilan tidak kena pajak PTKP merupakan jumlah penghasilan tertentu yang dikenakan pajak.untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak orang
pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah penghasilan tidak kena pajak. PTKP yang ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 undang-undang
nomor 17 tahun 2003 mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok
setiap tahunnya. Sampai dengan diberlakukannya undang-undang nomor 36 tahun 2008 perubahan PTKP dapat dilihat pada tabel berikut:
27
Tabel 2.2 Tabel Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak
Keterangan Pasal 7
UU No. 17 tahun
2000 mulai
berlaku 1 januari
2001 PMK No.
564Kmk03 2004
mulai berlaku 1
januari 2005
PMK No. 137
PMK.032 005 mulai
berlaku 1 januari
2006 Pasal 7 UU
No. 36 tahun 2008
mulai berlaku 1
januari 2008
Peraturan Menteri
Keuangan Pasal 7.
PMK No. 162.
mulai berlaku 1
januari 2013
1. Diri
wajib 2.880.000
12.000.000 13.200.000 15.840.000
24.300.000
27
Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan kasus , Jakarta: Salemba Empat, 2011. h. 96
pajak 2.
Tambah an
untuk pajak
yang sudah
kawin 1.440.000
1.200.000 1.200.000
1.320.000
2.025.000
3. Tambah
an untuk
seorang istri
yang meneri
ma penghas
ilan yang
digabun g
dengan penghas
ilan suami
1.440.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000
24.300.000
4. Tambah
an untuk
setiap anggota
keluarg a
sedarah semend
a dalam garis
keturun an lurus
yang menjadi
tanggun gannya
maksi 1.440.000
1.200.000 1.200.000
1.320.000
2.025.000
mal 3
f. Tarif pajak
Tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya tarif yang berlaku di Indonesia di kelompokkan menjadi dua tarif umum
sesuai dengan pasal 17 UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir adalah dalam UU No.36 Tahun 2008 dan tarif lainnya.
Sistem penerapan tarif pajak penghasilan sesuai dengan pasal 17 UU PPh dibagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan wajb pajak
dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap.
28
Tabel 2.3 Tarif pajak untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5
Rp 50.000.000 – Rp.250.000.000
15 Rp. 250.000.000
– Rp. 500.000.000 25
Di atas Rp 500.000.000 30
g. Menghitung pajak penghasilan
Secara umum, Pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula sebagai berikut :
PPh terutang = tarif pajak
penghasilan Kena Pajak PKP
= Penghasilan Netto
PTKP Contoh:
Sesorang pengusaha memiliki penghasilan Rp. 5.000.000 per bulan. Jika pengusaha tersebut memiliki istri dan seorang anak, maka tentukan besar pajak
yang ditanggung per bulan Penghasilan setahun = Rp. 5.000.000
12 = Rp. 60.000.000
28
Siti, op.cit,. h. 119
PTKP -Wajib pajak sendiri = Rp. 12.000.000
-Tambahan istri = Rp. 1.200.000
-Tambahan Anak = Rp. 1.200.000
Jumlah PTKP = Rp. 14.400.000
PKP RP. 45.600.000
PPh dalam setahun: 5
25.000.000 =
Rp. 1.250.000. 10
45.600.000-25.000.000 =
Rp. 2.060.000 Rp. 3.310.000
PPh per bulan: 3.310.000
12 = Rp. 275833.33 Dalam perhitugan tersebut dijelaskan seorang pengusaha yang berpenghasilan
Rp. 5.000.000 harus membayar Rp. 3.310.000 selama satu tahun dan Rp. 275833.33 per bulanya, inilah perhitungan pajak penghasilan yang ada di kelas
VIII yang siswa harus kerjakan dengan berbagai kesulitannya. Secara garis besar peneliti juga menitik beratkan pada afektif siswa dalam mengerjakan perhitungan
pajak penghasilan di atas.
15.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS a.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah Pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan terapan dari Social
Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pda tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Studies yang
mengembangkan kurikulum di AS.
29
Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana dikatakan oleh Hamid hasan, merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan ilmu pengetahuan
sosial dan sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum
29
Trianto, Model pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi Implementasinya dalam KTSP, Jakarta:bumi Aksara, 2010, h.172.
1975.Sebelumnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang berubah-rubah sesuai dengan situasi politik pada masa
itu. Ilmu yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam semesta merupakan bahasan dari Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan di kurikulum 1975. Pada kurikulum 1975 memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk
pendidikan di sekolah dasar dan menengah.
30
Sebagaimana sekarang IPS menjadi mata pelajaran yang sudah seharusnya ada disetiap sekolah dan disetiap jenjang
pendidikan tetapi dengan bobot materi yang berbeda-beda dan juga disesuaikan dengan umur siswa agar dapat menerima pelajarannya dengan baik
“Somantri mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.”
31
Ilmu pengetahuan sosial merupakan intelegensi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, Geografi, Politik, Hukum, dan
budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-
cabang sosial. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya pemanfaatan
sumber budaya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Melalui pembelajaran pengetahuan sosial, peserta didik di arahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia warga dunia yang efektif
30
Sapriya, Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2009, Cet. Ke-I, h.11.
31
Ibid, h.11.
merupakan tantangan berat, karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia yang erat
kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia beserta dinamikanya maupun hubungan manusia dengan alam, baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang. b.
Karakteristik Pembelajaran IPS Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan
berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi
masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan
berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan merupakan karakteristik IPS
sendiri. Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daljoeni menyatakan bahwa
pembaharuan pembelajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para
peserta didik, masalah sosial, keterampilan berfikir serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
2. Program IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari
manusia 3.
Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang intergreted terpadu, correlated berhubungan sampai yang
separated terpisah. 4.
Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanitis sampai strutural.
5. Kelas pembelajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
6. Evaluasinya tidak hanya, mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotor saja tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient.
7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya melengkapi
program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan
pembelajaran.
32
Dari ciri-ciri diatas terbukti jelas bahwa IPS merupakan ilmu yang melingkupi berbagai aspek yang ada diberbagai bidang.
c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangankan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Ilmu Pengetahuan
Sosial IPS
bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai
buku sosial, seiring dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkan pada usaha mempersiapkan pesera didik menjadi warga
yang baik. Selain
itu ilmu
pengetahuan sosial
juga bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil menatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun masyarakat umum.
32
Panitia Pendidikan dan Latihan Guru, Modul Program Pendidikan dan latihan Profesi Guru Guru Kelas, Bogor, Universitas Pakuan, 2012, h 254-257
“Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare
students to be well- functioning citizens in a democratic society”.
Artinya, tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya ”.
33
Seperti yang dinyatakan oleh Gross bahwa pedidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS memang merupakan ilmu yang mendasari
tentang cara manusia untuk saling berinteraksi antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga manusia dapat berinteraksi dengan baik dan
selaras dengan kehidupan alam B.
Kerangka Berpikir Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang penting untuk dipahami oleh siswa
sehingga kesulitan yang dialami dalam proses belajar ini harus segera ditangani sedini mungkin agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk
tercapainya prestasi belajar siswa yang baik kita harus mengenal terlebih dahulu hambatan yang apa yang dialami siswa agar dapat segera diselesaikan dengan baik
dan tidak mengganggu siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan kepadanya. Khususnya peneliti disini meneliti tentang kendala yang dialami siswa
dalam belajar mengkajinya dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan. Faktor nternal
meliputi: intelegensi, minat, bakat, sikap dan motivasi. Faktor eksternal dibagi dua yaitu: faktor sosial dan faktor non-sosial, faktor lingkungan sosial meliputi:
keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman sedangkan faktor lingkungan nonsosial meliputi: rumah, sekolah, peralatan, alam. Peneliti dalam hal ini ingin
mengetahui tentang kendala apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pajak penghasilan yang ada dalam materi IPS terpadu. Pajak penghasilan memiliki
ketentuan-ketentuan tertentu dalam menghitung jumlah setiap pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Siswa kelas VIII yang mempelajari tentang pajak
33
Etin Solihatin, dkk, Cooperative learning: Analisis Model pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Ed. 1, Cet. 5, h.14
penghasilan seringkali mengalami kesulitan dalam menghitung pajak penghasilan, hal ini yang ingin diuraikan oleh peneliti.
Skema Kerangka Berpikir