Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 di MTs Al-Hamidiyah Depok

(1)

ANALISIS KESULITAN SISWA DAN ALTERNATIF

PENYELESAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPS EKONOMI

POKOK BAHASAN PAJAK PENGHASILAN KELAS 8

(Studi Kasus: MTs Al-Hamidiyah Depok)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

AH. ASIF PUTRA NZ 1111015000109

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

AH. Asif Putra NZ (NIM: 1111015000109). Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 Di MTs Al-Hamidiyah Depok

Penelitian ini berkaitan tentang kesulitan siswa serta alternatif penyelesaian dalam pembelajaran IPS ekonomi pokok bahasan pajak penghasilan. Bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik, faktor penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar, dan efektifkah penerapan solusi remedial dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman peserta didik rendah, terdapat kesulitan belajar saat mengerjakan perhitungan, serta solusi kesulitan belajar siswa belum ada.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Tekhnik pengambilan sampel yaitu diambil dari kelas yang mempunyai tingkat kesulitan belajar yang tinggi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes berbentuk uraian, angket, wawancara, dan lembar observasi. Sebelum instrumen tes dan angket digunakan, instrument ini telah diuji validitas dan reabilitas. Selanjutnya digunakan uji statistik menggunakan uji t yaitu Paired Sample T test.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa siswa mengalami tingkat kesulitan belajar yang tinggi, faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut: (1) faktor internal antara lain: Minat dan motivasi belajar siswa rendah, kesiapan dan perhatian kurang, dan konsentrasi yang rendah. (2) faktor eksternal antara lain: banyaknya kegiatan pesantren, banyaknya kegiatan ekstrakulikuler, dan tidak konsentrasinya sebagian siswa karena ingat rumah atau karena kangen keluarga. Penerapan solusi remedial dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi pajak penghasilan sangat efektif. Hal ini dibuktikan bahwa thitung = -9,526<-2,086 = ttabel maka H0 ditolak, yang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai dari sebelum diadakanya pembelajaran remedial dengan sesudah diadakannya pembelajan remedial dengan kata lain pembelajaran remedial berpengaruh terhadap hasil nilai tes.

Kata Kunci : Kesulitan Siswa, Alternatif Penyelesaian, Pembelajaran IPS Ekonomi, Pajak Penghasilan


(7)

ii

ABSTRACT

AH. Asif Putra NZ (NIM: 1111015000109). Analysis Difficulties and Alternative Settlement for Students in Learning IPS Highlights Income Tax Economy Class 8 At MTs Al-Hamidiyah Depok

This study relates the difficulties and alternative settlement for students in teaching the subject of economic IPS income tax. Aims to determine the level of difficulty of learners, the causes of learners with learning difficulties, and the effective implementation of remedial solutions to overcome the difficulties of student learning. This is due to the low level of understanding of students, there is the difficulty of learning while doing the calculations, as well as students' learning difficulties solution does not exist.

The method used is qualitative and quantitative methods. The sampling technique that is taken from a class that has a high degree of learning difficulties. The research instrument used is shaped test descriptions, questionnaires, interviews, and observation sheet. Before the test instruments and questionnaires used, this instrument has been tested for validity and reliability. Then used statistical test used t ie Paired Sample T test.

The results obtained in this study that students experiencing difficulty level of learning is high, factors that cause students experiencing learning difficulties are as follows: (1) internal factors, among others: interest and student motivation is low, readiness and less attention, and concentration is low. (2) external factors, among others: the number of boarding activities, the number of extracurricular activities, and no concentration because some students recalled home or because of missed family. Implementation of remedial solutions to overcome the difficulties of students in a very effective income tax matter. It was proven that t = -9.526 <-2.086 = ttabel then H0 is rejected, which can be concluded that there is a difference in the value of before and after learning remedial in other words learning remedial effect on the results of the test.

Keywords: Difficulty Students, Alternative Settlement, IPS Learning Economy, Income Taxes


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur pada Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau yang membimbing dari jaman jahiliyah sampai jalan kebenaran dan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 di Mts Al-Hamidiyah Depok” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) pada Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis meyakini dalam penilitian ini bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan mulai dari penyusunan proposal skripsi hingga penulisan laporan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati:


(9)

iv

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Anissa Windarti, M.Sc, Dosen Penasehat Akademik selama belajar di Jurusan/Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 5. Tri Harjawati, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing penyusunan skripsi

yang telah banyak meluangkan waktunya dan motivasinya untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan sumbangsihnya berupa ilmu dan pengalaman.

7. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Dewan Guru, Staf TU serta Siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Hamidiyah.

9. Teristimewa kepada Orang Tua penulis, H. Moh. Muhtar Ali dan

Hj. Nur Musyafa’ah yang selalu mendoakan, memberikan

motivasi, kasih sayang, pengorbanan baik dari segi moril, materil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10.Kepada keluarga besar H. Munif dan H. Ulum selaku

paman-paman penulis yang telah membantu penulis baik dari segi moril dan materil selama kuliah.

11.Kakak dan adik, Ellya Norma dan Adinda Putri yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

12.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2011, terutama Aprian Hidayat, Sigit Rahma, Imam Munandar, Muslihuddin, dan Siti Alfi Syahrin yang telah menemani dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

v

13.Motivator Pribadi, Yusnia Pratiwi yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat.

14.Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Demikian semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan kebijakannya. Akhir kata semoga penyusunan proposal skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai yang berguna bagi pembacanya.

Jakarta, 13 September 2015


(11)

vi DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoritis ... 10

1. Belajar ... 10

1.1Pengertian Belajar ... 10

1.2Unsur-unsur Belajar ... 11

1.3Definisi Proses Belajar ... 13

1.4Fase-fase dalam Proses Belajar ... 14

1.5Karakteristik Perilaku Belajar ... 16

1.6Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17

1.7Faktor Pendekatan Belajar ... 21

1.8Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar Mengajar ... 22

2. Kesulitan Belajar ... 22


(12)

vii

2.2Jenis-jenis Kesulitan Belajar ... 24

2.3Faktor-faktor Kesulitan belajar ... 25

2.4Diagnosis Masalah Belajar dan mengatasinya ... 26

2.5Penanganan Kesulitan Belajar ... 27

2.6Upaya Mengatasi Kesulitan belajar ... 28

2.7Pembelajaran Remidial ... 29

2.8Remidial Secara Individual ... 32

2.9Organisasi Kegiatan Remidial ... 33

2.10 Memberikan Pengajaran Remedial ...33

3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 34

3.1Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

3.2Karakteristik Pembelajaran IPS ... 35

3.3Tujuan Pembelajaram Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36

4. Ilmu Ekonomi ... 37

4.1Pengertian Ilmu Ekonomi ... 37

5. Pajak ... 39

5.1Pengertian Pajak ... 39

5.2Jenis-jenis Pajak ... 40

5.3Pajak Penghasilan ... 41

B. Kerangka Berpikir ... 46

C. Hasil Penelitian Relevan ... 49

D. Hipotesis ... 51

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel ... 53

C. Variabel Penelitian ... 53

D. Metode Penelitian ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 58


(13)

viii

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 72

B. Hasil Data ... 75

C. Analisis Data ... 81

D. Pembahasan ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran Remidial dengan Pembelajaran Reguler ... 30

Tabel 2.2 Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia ... 35

Tabel 2.3 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 43

Tabel 2.4 Tarif Pajak untuk wajib pajak oranng pribadi dalam negeri ... 44

Tabel 2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ... 50

Tabel 3.1 Kerangka penelitian ... 52

Tabel 3.2 Tekhnik Pengumpulan data ... 57

Tabel 3.3 Kisi Kuesioner atau Angket ... 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi penilaian tiap butir soal ... 58

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 60

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 61

Tabel 3.7 Klasifikasi Nilai ... 65

Tabel 3.8 Kategori Penilaian Angket ... 67

Tabel 4.1 Case Processing Summary ... 73

Tabel 4.2 Reliability Statistics soal uraian ... 73

Tabel 4.3 Case Processing Summary ... 74

Tabel 4.4 Reliability Statistics Angket ... 74

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa ... 75

Tabel 4.6 Hasil Observasi terhadap Guru ... 77

Tabel 4.7 Nilai Siswa Sebelum Pembelajaran Remedial ... 78

Tabel 4.8 Nilai Siswa Setelah Pembelajaran Remedial ... 80

Tabel 4.9 Nilai Perubahan Antara Sebelum Dan Sesudah Pembelajaran Remedial .. 82

Tabel 4.10 Kisi-kisi Kuesioner atau Angket ... 83

Tabel 4.11 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 1... 84

Tabel 4.12 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 2... 84

Tabel 4.13 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 3... 85

Tabel 4.14 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 4... 85


(15)

x

Tabel 4.16 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 6... 86

Tabel 4.17 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 7... 87

Tabel 4.18 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 8... 87

Tabel 4.19 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 9... 88

Tabel 4.20 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 10... 88

Tabel 4.21 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 11... 89

Tabel 4.22 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 12... 89

Tabel 4.23 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 13... 90

Tabel 4.24 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 14... 90

Tabel 4.25 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 15... 91

Tabel 4.26 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 16... 91

Tabel 4.27 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 17... 92

Tabel 4.28 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 18... 92

Tabel 4.29 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 19... 93

Tabel 4.30 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 20... 93

Tabel 4.31 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 21... 94

Tabel 4.32 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 22... 94

Tabel 4.33 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 23... 95

Tabel 4.34 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 24... 95

Tabel 4.35 Hasil Pertanyaan Angket Nomer 25... 96

Tabel 4.36 Hasil Wawancara Siswa Nomer 1 ... 97

Tabel 4.37 Hasil Wawancara Siswa Nomer 2 ... 98

Tabel 4.38 Hasil Wawancara Siswa Nomer 3 ... 99

Tabel 4.39 Hasil Wawancara Siswa Nomer 4 ... 100

Tabel 4.40 Hasil Wawancara Siswa Nomer 5 ... 101

Tabel 4.41 Hasil Wawancara Siswa Nomer 6 ... 102

Tabel 4.42 Hasil Wawancara Siswa Nomer 7 ... 103

Tabel 4.43 Hasil Wawancara Siswa Nomer 8 ... 104

Tabel 4.44 Hasil Wawancara Siswa Nomer 9 ... 105

Tabel 4.45 Hasil Wawancara Siswa Nomer 10 ... 106


(16)

xi

Tabel 4.47 Nilai Pre Test dan Post Test Kelas VIII D ... 111

Tabel 4.48 Paired Samples Statistics ... 113

Tabel 4.49 Paired Samples Correlations ... 113


(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 48 Gambar 4.1 Grafik Perubahan Nilai Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran Remedial ... 83 Gambar 4.2 Curva daerah Penerimaan dan Penolakan ... 113


(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambaran Umum MTs Al-Hamidiyah Depok Lampiran 2 Hasil Wawancara Santri/wati Pra Observasi Lampiran 3 Hasil Wawancara Wali Kelas VIII Pra Observasi

Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Satu Pekan Santri MTs Al-Hamidiyah Depok Lampiran 5 Instrumen Observasi Siswa

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa

Lampiran 7 Pedoman Kriteria Penilaian Observasi Guru Lampiran 8 Lembar Observasi Guru

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Uji Daya Pembeda Soal Uraian

Lampiran 10 Kisi-kisi Tes Uraian Pajak Penghasilan Lampiran 11 Kisi-kisi penilaian Tiap Butir Soal Lampiran 12 Soal Tes Uraian Pajak Penghasilan

Lampiran 13 Kunci Jawaban Tes Uraian Pajak Penghasilan Lampiran 14 Nilai Pre Test Kelas VIII B, C, dan D

Lampiran 15 Kisi-kisi Kuesioner sebelum di Uji Validitas Lampiran 16 Lembar Angket Sebelum di Uji Validitas Lampiran 17 Hasil Uji Validitas Angket

Lampiran 18 Kisi-kisi Kuesioner Setelah di Uji Validitas Lampiran 19 Lembar Angket Setelah di Uji Validitas Lampiran 20 Hasil Angket

Lampiran 21 Kisi-kisi Wawancara Siswa Lampiran 22 Kisi-kisi Wawancara Guru Lampiran 23 Pedoman Wawancara Siswa Lampiran 24 Pedoman Wawancara Guru

Lampiran 25 Hasil SPSS 17 Paired Sample T Test Lampiran 26 RPP Pembelajaran Remedial


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia. Pendidikan menghasilkan kecerdasan, dan kecerdasan sangat mempengaruhi kehidupan di era modern ini. Pendidikan wajib ditempuh bagi semua orang, terlebih di Indonesia yaitu semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan selama 9 tahun.

Menurut UU. No. 20 th 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.1

Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang untuk mengembangkan kepribadian sesuai nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam proses pengubahan baik sikap maupun tingkah laku seseorang tidak terlepas dari pengajaran dan pelatihan, dalam hal ini belajar sangat penting demi menunjangnya suatu pendidikan yang baik dan berhasil .

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.

1


(20)

2

Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunnya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik2.

Adapun pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar.

Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.

Sementara Ernest R. Hilgard dalam introduction to Psychology

mendefinisikan “Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan”. Sedangkan Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail.

Menurut Spears, “Learning is to observe, to read, to imitate, to try the something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan”.3

Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu dalam interaksi dengan lingkungannya secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Adapun dalam setiap pembelajaran pasti muncul suatu permasalahn, dimana permasalahan itu adalah ketika siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran, berbagai faktor yang membuat kesulitan belajar siswa.

Kesulitan belajar adalah Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “learning Disability yang berarti ketidak

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 87

3

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.4


(21)

3

mampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan

kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar4.

Adapun permasalahan belajar itu ada dua. Pertama, masalah belajar internal adalah masalah yang ditimbulkan dari dalam diri siswa atau adanya faktor-faktor internal yang menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar. Kedua,masalah belajar eksternal adalah masalah yang ditimbulkan dari luar diri siswa, atau adanya faktor-faktor eksternal yang menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar5.

Kesulitan tersebut dalam hal menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderainya. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik. Berdasarkan pandangan Clement, kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas atau distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan Learning Dissability (LD) dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya6.

Pada dasarnya setiap orang itu memiliki perbedaan masing-masing, baik dalam hal intektual, kebiasaan, latar belakang orang itu sendiri bahkan kemampuan fisik dia sendiri. Dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang lancar dan berhasil dalam kegiatan belajarnya tanpa

4

Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar.Hal 33diakses 22 oktober 2014 3:45

http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/viewFile/96/56 5

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.182

6

Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar. Hal 34 diakses 22 oktober 2014 3:45


(22)

4

mengalami kesulitan, akan tetapi disisi lain pula banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap siswa baik Mts maupun MA selama menjalankan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di Yayasan Al-Hamidiyah. Mereka menjelaskan bahwa tingkat kesulitan belajar siswa di tingkat MTs lebih tinggi dari tingkat MA, hal ini dikarenakan tingkat MTs merupakan pengalihan dari tingkat dasar yang tidak memiliki basic keagamaan, sehingga mereka belajar lebih berat baik belajar formal (sekolah) dan keagamaan (pesantren) daripada siswa MA, yang basic sebelumnya sudah belajar tentang keagamaan. Sedangkan di sana mereka hanya terfokuskan dalam tingkat formal (sekolah) karena sebelumnya basic mereka keagamaan.

Oleh karena itu, siswa Mts Al-Hamidiyah cenderung mengalami kesulitan pada proses belajar, hal ini disebabkan waktu dalam belajar mereka kurang dikarenakan kegiatan ekstrakulikuler dan kepesantrenan lebih banyak terutama pada kelas VIII7. Kesulitan tersebut berimbas pada seluruh pembelajaran yang ada di kelas, hal ini diperkuat oleh pernyataan ibu wali kelas VIII-B ibu Nur Syamsiah ”keinginan mereka buat belajar sudah mulai berkurang karena sudah mulai banyak gangguan seperti ekstrakulikuler, perlombaan dan sebagainya”.8

Pada dasarnya para siswa Mts Al-Hamidiyah juga mengalami kesulitan belajar, terlebih karena sekolah ini berbentuk pesantren, jadi dalam pembelajaran bukannya hanya tertuju pada pembelajaran umum saja melainkan pembelajaran agama. Waktu dalam belajar mereka kurang sehingga memunculkan kesulitan belajar karena faktor minimnya waktu tersebut. Khususnya siswa kelas VIII, dimana siswa kelas VIII di Mts Al-Hamidiyah lebih banyak kegiatan dibandingkan dengan kelas VII dan IX, seperti ekstrakulikuler dan kegiatan pesantren9.

7

Hasil wawancara pra obsevasi santri

8

Hasil wawancara pra observasi wali kelas 8

9


(23)

5

Hal ini mempengaruhi siswa kelas VIII dalam pembelajaran umum. Dan tidak sedikit siswa yang tidak dapat memahami materi khususnya tentang pajak penghasilan dalam pelajaran IPS. Terlebih pokok bahasan pajak penghasilan yang merupakan perpaduan antara menghitung dan membaca. Peserta didik menganggap materi ini sangat sulit sehingga dengan pemikiran yang demikian maka kebanyakkan siswa malas untuk mengerjakannya. Disini peran guru harus jeli mengetahui letak kesulitan pada peserta didiknya.

Meteri Pajak Penghasilan ini sangat sukar bagi para siswa, disamping menghafal, materi ini juga terdapat banyak tentang menghitung, sehingga membuat siswa lebih kesulitan dalam belajar tentang materi Pajak Penghasilan ini. Kendala yang lain yang ditemukan oleh guru IPS terpadu kelas ini adalah hilangnya konsentrasi siswa saat memperhatikan guru menejelaskan bahkan memberi contoh dalam perhitungan, apabila terlewat sedikit apa yang guru sampaikan maka akan terjadi kebingungan sendiri yang dialami para peserta didik.

Untuk mencapai tujuan agar siswa mempunyai minat dan kemampuan yang baik terhadap materi pajak penghasilan. Peran para pendidik sangat berpengaruh, para pendidik harus menyampaikan materi dengan cara yang tidak membosankan demi menambah keminatan siswa dalam belajar, mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik serta contoh perhitungan yang mudah dalam materi pajak penghasilan ini. Akan tetapi dalam kenyataannya, para peserta didik seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya. Sementara itu, kesuksesan setiap peserta didik dalam belajar mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapai tujuan tanpa adannya kesulitan, akan tetapi tidak sedikit pula siswa yang mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.

Kesulitan siswa dalam belajar merupakan hal yang selalu terkait dengan dunia pendidikan, dalam materi pajak penghasilan ini siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal pajak penghasilan dan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar materi ini para pendidik harus mendiagnosa dimanakah kesulitan itu


(24)

6

terjadi agar masalah ini dapat diselesaikan dengan solusi yang baik, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Al-Hamidiyah Depok.

Beberapa hasil terdahulu berkaitan dengan kesulitan belajar yaitu, Siti Sapuroh tentang kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep biologi pada konsep monera, Tarra Anggun Cantika tentang kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS terpadu pokok bahasan pajak penghasilan, dan Yulianda Erma Suryani, S.Pd, M.Si lebih memaparkan tentang kesulitan belajar, baik dari faktor kesulitannya maupun karakteristik kesulitannya.

Dengan merujuk penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar dan memberikan solusi melalui penerapan model penyelesaian dalam pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dengan judul penelitiannya “Analisis Kesulitan Siswa dan Alternatif Penyelesaian dalam Pembelajaran IPS Ekonomi Pokok Bahasan Pajak Penghasilan Kelas 8 di MTs Al-Hamidiyah Depok”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya pemahaman peserta didik tentang materi pajak penghasilan. 2. Terdapat kesulitan belajar saat mengerjakan perhitungan pajak penghasilan

pada peserta didik.

3. Solusi kesulitan belajar siswa dalam materi pajak penghasilan belum ada.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan dalam memahami penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahanya kepada:

1. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan karena dianggap sukar.


(25)

7

2. Peneliti ingin mencari kesulitan apa saja yang dialami peserta didik dalam mengerjakan perhitungan pajak penghasilan serta penyebabnya.

3. Memberikan suatu solusi yang lebih bermanfaat dalam menyelesaikannya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diangkat peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat kesulitan belajar peserta didik kelas VIII dalam memahami materi pajak penghasilan di MTs Al-Hamidiyah Depok?

2. Faktor-faktor apa saja penyebab peserta didik Kelas VIII mengalami kesulitan belajar pada materi pajak penghasilan di MTs Al-Hamidiyah Depok?

3. Berapa besar efektivitas penerapan solusi remedial dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi pajak penghasilan?

E. Tujuan dan Manfaaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah di jelaskan sebelumnya, adalah:

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesulitan belajar peserta didik

dalam materi Pajak Penghasilan di MTs Al-Hamidiyah Depok Kelas VIII.

b. Untuk mengetahui apa penyebab kesulitan yang banyak dialami peserta didik MTs Al-Hamidiyah Depok Kelas VIII dalam menyelesaikan perhitungan pajak penghasilan.

c. Untuk mengetahui apa solusi yang tepat dalam menyelesaikan kesulitan belajar siswa dalam materi Pajak Penghasilan di MTs Al-Hamidiyah depok.


(26)

8

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya suatu kontribusi hasil penelitian baik secara teoritis ataupun secara praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, peneliti mengharapkan melalui penelitian ini dapat mengembangkan serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama pada bidang pendidikan, khususnya tentang kesulitan perhitungan pajak penghasilan dan menemukan solusi yang tepat dalam masalah kesulitan belajar siswa.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, peneliti mengharapkan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat bagi para pelaku pendidikan, diantaranya:

1) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat dengan cepat membantu siswa menyelesaikan permasalahannya dan meningkatnya hasil belajar siswa.

2) Bagi Guru

Dapat mengidentifikasi faktor apa saja kesulitan belajar yang dialami siswa dengan cermat sehingga guru dapat dengan cepat mencari solusi yang tepat untuk menangulangi masalah kesulitan yang siswa alami agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi Sekolah

Melalui hasil penelitian ini sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan dapat mengevaluasi kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam proses belajar-mengajar agar dengan baik menyelesaikan masalah tersebut.


(27)

9

4) Bagi Pembaca

Berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada pembaca dan bermanfaat bagi pembaca untuk memahami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mengerjakan soal perhitungan pajak penghasilan.

5) Bagi Peneliti

Sebagai calon guru yang profesional, penelitian ini dilakukan agar peneliti mengetahui penyebab kesulitan belajar dan menjadikan peneliti lebih berpengalaman apabila menemui hal yang sama dapat dengan cekatan mengatasinya.

6) Bagi peneliti lain

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk referensi dalam penelitian berikutnya agar dapat dijadikan pedoman dan juga dikembangkan agar ilmu ini dapat diketahui oleh masyarakat luas. 7) Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bermanfaat untuk kampus tercinta peneliti UIN Syarif Hidayatullah sebagai perluasan ilmu pengetahuan baru bagi dunia kependidikan dan juga sebagai referensi bagi junior yang ingin mengembangkan hasil penelitian ini agar dapat terus berkembang sampai akhir masa.


(28)

(29)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teoritis 1. Belajar

1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya seendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segal aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik1.

Berikut ini pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar.

Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.2

Sementara Ernest R. Hilgard dalam introduction to Psychology

mendefinisikan “Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan”.3

Sedangkan Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail. Menurut Spears “Learning is to observe, to read, to imitate, to try the something them selves, to listen, to follow

1

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16.,h.87

2

Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 4

3


(30)

11

direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan”.4

Salah satu definisi belajar yang cukup sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne

Menurut Gagne,“Learning is relatively permanent change in

behavior that result from past experience or purposeful intruction.

Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan direncanakan”.5

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

a. Bertambahnya jumlah pengetahuan,

b. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, c. Ada penerapan pengetahuan,

d. Menyimpulkan makna,

e. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f. Adanya perubahan sebagai pribadi.

Disini kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan melalui proses yang kompleks sehingga terdapat perubahan pribadi yang lebih, lebih dalam kata kata yang bersifat positif.

1.2 Unsur-unsur Belajar

Cronbach mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar,yaitu:

a. Tujuan.Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi

4

Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 4

5


(31)

12

kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, dan psikis, persiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasa pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam

situasi belajar ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil belajar banyak dipengarui oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain yang lebih berpengaruh.

d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadaan interpretasi, yaitu melihat hubungan antara komponen-komponen situasi belajar, melihat, makna dari hubungan tersebut dan menghubungkanya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan intrerpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

e. Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respon ini mungkin memberikan sesuatu usaha coba-coba (trial dan error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

f. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respon atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.


(32)

13

g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut6.

Jadi pada dasarnya dalam proses pembelajaran haruslah terdapat unsur belajar, yaitu mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, kesiapan siswa dalam pembeljaran, situasi dalam belajar yang menyenangkan, serta reaksi dalam pembelajaran.

1.3 Definisi Proses Belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti berjalan kedepan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada sasaran atau tujuan.

Menurut Chaplin, “Proses adalah Any changes in any objector organism, particularly a behavioural psychological change.(proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan)”.

Menurut Reber, “Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasi-hasil tertentu”.7

Jika kita perhatikan ungkapan any change in object or organis dalam definisi Chaplin diatas dan kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat

kita pakai sebagai padanan kata proses8.

6

Nana Syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-4, h.157-158

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 109

8


(33)

14

Jadi kita dapat menarik kesimpulan, bahwasannya proses belajar adalah tahapan perubahan yang bersfat positif perilaku kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa.

1.4 Fase-fase dalam Proses Belajar

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik9.

Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentag teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:

a. Fase informasi (tahap penerimaan materi). b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi). c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi).

Dalam fase informasi (information), seorang siswa sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

Dalam fase tranformasi (transformation), informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditranformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung mudah apabila disertai dengan bimbingan Anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk mempelajari materi pelajaran tertentu.

9


(34)

15

Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi10.

Sedangkan menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan-tahapan yang mencakup:

a. Acquisition (tahap perolehan/peneriman informasi). b. Storage (tahap penyimpanan informasi).

c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mndasar. Kegagalan pada tahp ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

Pasa tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yangbia peroleh ketika menjalani proses acquision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.

Pada tingkatan retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sitem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan maslah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali item-item yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol,

10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 111


(35)

16

pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang dihadapi11.

1.5 Karakteristik Perilaku Belajar

Ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, diantaranya:

a) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya bukan secara kebetulan; dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan

kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang

sebagai perubahan hasil belajar;

b) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan

(normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa (tingkat abilititas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya) maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tindakan kulturalnya);

c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving),baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup.12

Dari beberapa karakteristik perilaku belajar yang telah dipaparkan diatas, kita dapat mengetahui bahwa dalam suatu proses belajar mengajar terdapat suatu perubahan, baik dalam bidang akademis maupun pengetahuan.

11

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 111-112

12

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Cet. Ke-10 h. 158


(36)

17

1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian:13 a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat

digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlapping

tetap ada, yaitu:

1) Faktor-faktor non sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergudangannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).

Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses atau perbuatan belajar secara maksimal.Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat didaktis, psikologis dan pedagogis.

2) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak

13

Suryabrata Sumadi, Psikologi pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2014), Cet 21, h. 233.


(37)

18

kali mengganggu belajar; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap disamping kelas atau seseorang sedang belajar dikamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas itu, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang; suara nyanyian yang sedang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan diatas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu kosentrasi sehingga perhatian dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau aktifitas belajar semata-semata. Dengan berbagi cara faktor-faktor tersebut dapat berlangsung dengan baik14.

b) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor-faktor fisiologis,

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaaan jasmani yang lelah lain berpengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu:

 Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya

14


(38)

19

dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.

 Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu.

b. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh kedalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancaindera. Baiknya pancaindera merupakan syarat dapat belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga15.

2) Faktor-faktor psikologis

Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat ditinjau dari aspek bakat, minat, intelegasi, dan motivasi.16

a. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimilliki anak untuk mencapai keberhasilan. Bakat anak akan mulai tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki anak tidak sama. Bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang tertentu.

15

Suryabrata Sumardi, op.cit h. 235-236

16

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.176


(39)

20

b. Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam hal ini, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

 Minat pembawaan. Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungna.  Minat yang muncul karena adannya pengaruh dari luar c. Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan anak dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya, tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.

d. Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yankni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukkan hasil belajar yang baik17.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar seseorang di atas. Dapat ditarik kesimpulan, keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya kesulitannya siswa dalam belajar, melainkan diri sendiri dan lingkungan sekitar sangat ikut andil dalam membantu keberhasilan siswa dalam belajar.

17


(40)

21

1.7 Faktor Pendekatan Belajar

“Menurut Ballard & Clanchy, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu:

a. Sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving);dan b. Sikap memperluas (extending).

Sedangkan menurut Biggs, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni :

a. Pendekatan surface (pendekatan/bersifat lahiriah)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.

b. Pendekatan deep (mendalam)

Siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik).

c. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan Achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego

-enhancement” yaitu ambisi pribadi bisa dalam meningkatkan prestasi

kekuatan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya18. Dilihat dari kedua pendekatan menurut masing-masing tokoh dan di ambil kesimpulan, bahwasannya setiap siswa memiliki cara pendekatan yang berbeda-beda.

18

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu). Cet. Ke-1 h. 132-137


(41)

22

1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar Mengajar

Secara fundamental Dollar dan Miller (1970), menegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

a) Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learner must want something);

b) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus

memperhatikan sesuatu (the learner must notice something);

c) Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something);

d) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something)19.

Dengan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan dengan baik tugasnya baik dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.

2. Kesulitan Belajar

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “learning Disability yang berarti ketidak mampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar.

Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah ketidak

19

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Cet. Ke-10 h. 164


(42)

23

mampuan belajar, istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.

Sedangkan menurut Hallahan, Kauffman, dan Lloyd Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada20.

Dari paparan di atas kita dapat mengetahui, bahwa dalam suatu proses pembelajaran tidak semua siswa dapat menangkap dengan baik, siswa masih mendapati kesulitan dalam belajar. Dan kesulitan belajar yang dapat saya simpulkan disini adalah gangguan siswa dalam mendapatkan suatu pengetahuan, baik di lihat dari segi psikologis maupun akademik.

20

Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar. diakses 22 oktober 2014 3:45


(43)

24

2.2 Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut:

a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pekerjaan tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion refrenced). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam lower group. b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat

mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, inteligensi, bakat. Diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.

c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa yang bersangkutan dapat dikategorikan kedalam slow learners.

d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat

(prerequisite) bagi kelanjutan ini dapat digolongkan kedalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus menjadi pengulang (repeaters) pelajaran21.

21

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet. Ke-10 h. 307-308


(44)

25

Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat berarti satu periode pendidikan.

2.3 Faktor-faktor kesulitan belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikaan dengan munculnya kelainan perilaku

(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kelas, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam22.

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari dalam diri siswa sendiri yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa, labilnya emosi siswa, bahkan terganggungnya alat-alat indera penglihat dan pendengar

b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah23.

22

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 170

23

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 170-171


(45)

26

Jadi dapat disimpullkan bahwasanya kedua faktor ini sangant mempengaruhi dalam tingkat pencapaian siswa dalam belajar karena kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata dan bisa menghambat tercapainya kinerja akademik seswa yang sesuai dengan harapan.

2.4 Diagnosis Masalah Belajar dan Mengatasinya

Hal yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah seperti berikut ini:24

a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar

Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat khusus,

sebab kemmpuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif, semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.

b. Menelaah atau menetapkan status siswa

Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara berikut ini. 1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.

24

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.181


(46)

27

2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.

3) Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

c. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinnya maslah belajar adalah sebagai berikut.

1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda. 2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda.

3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks25.

2.5 Penanganan Kesulitan Belajar

Penanganan yang diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasil pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja.

Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi: a. Penatalaksana dibidang Medis

1) Terapi Obat

Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya: Berbagai kondisi depresi dapat diberikan dengan obat golongan antidepresan dan GPPH diberikan obat golongan psikostimulansia, misalnya Ritalin,dll

2) Terapi Perilaku

Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Dalam hal ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika dia dapat memenuhi suatu tugas atau tanggung jawab atau perilaku positif tertentu. Di lain pihak, ia akan mendapatkan peringatan jika ia

25

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.181-182


(47)

28

memperlihatkan perilaku negative. Dengan adanya penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di sekolah maupun dirumah.

3) Psikoterapi Suportif

Dapat diberikan pada anak dan keluarganya. Tujuannya adalah untuk memberi pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini.

4) Pendekatan Psikososial Lainnya

 Psikoedukasi orang tua dan guru

 Pelatihan keterampilan social bagi anak b. Penatalaksana di bidang Pendidikan

Dalam hal ini terapi yang paling efektif adalah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini akan menyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar baik dengan teknik-teknik pembelajaran tertentu (sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar26.

2.6 Upaya mengatasi kesulitan belajar

Untuk mengatasi kesulitan belajar, ada dua pendekatan yang dapat digunkan, pertama. mencegah kesulitan belajar agar tidak menular kepada peserta didik lainya. Kedua, menyembuhkan peserta didik yang sedang mengalami kesulitan belajar. upaya penyembuhan kesulitan belajar akan lebih mudah bila dibantu dengan alat-alat tertentu seperti observasi, angket, wawancara, meneliti hasil pekerjaan anak, tugas kelompok, penggunaan buku rapor, home visit, tes psikologi, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kepribadian.

26

Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar. diakses 22 oktober 2014 3;45


(48)

29

Dalam melaksanakan pembelajaran remidial, ada beberapa tekhnik yang dapat digunakan. Tekhnik mana yang akan dipilih bergantung pada kondisi sekolah msing-masing. Tekhnik pembelajaran remidial yang dimaksud adalah:

A. Pembelajaran di luar jam sekolah

Tekhnik ini dapat digunakan sebelum atau sesudah jam pelajaran reguler yang berlaku di sekolah dan digunakan untuk membantu kesulitan belajar peserta didik terhadap beberapa materi pembelajaran. B. Pengambilan peserta didik tertentu

Tekhnik ini dilaksanakan dengan jalan mengambil beberapa peserta didik yang membutuhkan remidial, dari kelas reguler ke kelas remidial. Pelaksanaanya terpisah dari jam pembelajaran reguler dengan jadwal tersendiri. Model ini biasanya hanya untuk topik-topik yang dianggap essensial sebagai landasan pengetahuan lanjutan.

C. Penggunaan tim pengajar siap

Tekhnik ini dilaksanakan dengan melibatkan beberapa guru. Tim bekerja sama dalam menyiapkan bahan-bahan pelajaran, melaksanakan pembelajaran, penilaian hasil belajar yang mengacu pada peningkatan efektivitas belajar.

Dari ketiga tekhnik pembelajaran remidial di atas, tekhnik pertama dan kedua merupakan tekhnik yang paling banyak digunakan. Berikut akan dikemukakan contoh hasil evaluasi terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar27.

2.7 Pembelajaran Remidial

Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah materi. Banyak hasil penelitian menunjukkan lemahnya penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Sebenarnya pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran biasa atau reguler di kelas. Hanya saja perseta

27

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (prinsip, tekhnik, prosedur) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal 307


(49)

30

didik yang masuk dalam kelompok ini adalah peserta didik yang memerlukan pelajaran tambahan. Peserta didik yang dimaksud adalah peserta didik yang belum tuntas belajar. Pembelajaran remidial adalah suatu proses atau kegiatan untuk memahami dan meneliti dengan cermat mengenai berbagai kesulitan peserta didik dalam belajar.

Tujuan pembelajaran remidial adalah memebantu atau menyembuhkan pesert didik yang mengalami kesulitan belajar melalui perlakuan pengajaran. Dalam praktiknya, batas minimal ketuntasan belajar untuk tiap mata pelajaran sudah ditetapkan terlebih dahulu sebelum pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran remedial dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta didik yang menjadi sasaran remidial. Kebutuhan peserta didik ini dapat diketahui dari analisis kesulitan belajar peserta didik dalam memahami konsep-konsep tertentu. Berdasarkan analisis kesulitan belajar itu, baru kemudian guru memberikan pembelajaran remidial. Bantuan dapat diberikan kepada peserta didik berupa perbaikan metode belajar, perbaikan modul, perbaikan LKS, menyederhanakan konsep, menjelaskan kembali konsep yang masih kabur, dan memperbaiki konsep yang disalahtafsirkan oleh peserta didik.

Tabel 2.1

Perbedaan pembelajaran Remidial dengan Pembelajaran Reguler No. Aspek-aspek

Pembelajaran

Pembelajaran Reguler

Pembelajaran Remidial

1 Subjek Seluruh Peserta Didik

Peserta didik yang belum tuntas

2 Materi Pembelajaran

Topik Bahasan Konsep terpilih

3 Dasar Pemilihan Materi

Rencana Pembelajaran

Analisis Kebutuhan (rencana


(50)

31

Dalam pelaksanaan pembelajaran Remidial, perlu ditempuh langkah-langkah berikut : (1) menganalisis kebutuhan, yaitu mengidentifikasi kesulitan dan kebutuhan peserta didik (2) merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik, merancang bahan pembelajaran (3) menyusun rencana pembelajaran, yaitu memperbaiki rencana pembelajaran yang telah ada, dimana beberapa komponen disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik (4) menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti memperbaiki soal LKS (5) melaksanakan pembelajaran, yang meliputi: merumuskan gagasan utama, memberikan arahan yang jelas, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, memfokuskan proses belajar, melibatkan peserta didik secara aktif (6) melakukan evaluasi pembelajaran baik dengan tes maupun nontes, dan menilai ketuntasan belajar peserta didik28.

Beberapa indikator untuk menentukan kesulitan belajar peserta didik adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik tidak dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

b. Peserta didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan peserta didik lainya dalam satu kelompok.

c. Peserta didik tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

d. Peserta didik tidak dapat menunjukkan kepribadian yang baik, seperti kurang sopan, membandel, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

28

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (prinsip, tekhnik, prosedur) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal 304-306


(51)

32

2.8 Remidial Secara Individual

Tidak teknik diagnostik dan remedial yang berhasil, jika dilakukan tanpa sepengetahuan siswa yang bersangkutan, dalam hubungan antara teknik diagnostik dan remedial dengan kebutuhan mereka. Beberapa siswa yang mengalami kegagalan belajar, pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Tujuan bimbingan konseling dalam kaitannya dengan kesulitan belajar adalah meningkatkan dan menguatkan motivasi mereka untu bangkit guna mengatasi permasalahan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seorang guru mengorganisasi pengajaran remedial secara komprehensif?

Jika kesulitan siswa, baik yang bersumber internal maupun eksternal telah diidentifikasi, selanjutnya program remedi perlu diformulasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan belajarnya maka kegiatan remedi ini sebaiknya dilakukan secara individual. Penilaian remidi pun difokuskan pada kebutuhan spesifik individual siswa.

Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah bahwa tidak semua remedi harus dilakukan secara individual, tetapi bisa juga remedi dilakukan secara berkelompok dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem sama. Disamping itu, ada juga kesempatan remedi untuk secara keseluruhan. Ini terjadi, ketika kelemahan dan kesulitan siswa ternyata menyuruh dalam satu unit satuan pembelajaran. Beberapa contoh yang memungkinkan problem remedi menyeluruh, misalnya mata pelajaran matematika.

Dalam hal ini yang penting adalah para guru harus peduli dan menyiapkan setiap satuan pembeljaran dengan latihan soal dan buku kerja yang relevan dengan subtansi pengajaran. Selain itu, pada situasi ini guru juga harus tetap mampu mengenal kelebihan dan kelemahan siswa sehingga kesempatan untuk menerapkan teknik remedi individual atau kelompok dapat dilakukan dengan baik29.

29

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal 234


(52)

33

2.9 Organisasi Kegiatan Remedial

Program remedi yang baik pada prinsipnya perlu didasarkan pada diagnostik awal dan disertai deengan tindak lanjut kontinu.

1) Perlu diadakan pencerahan kepada siswa bahwa tujuan khusus program remedi diantaranya adalah mengatasi kesulitan belajar. Ketika kesulitan belajar semakin menumpuk, maka dampak yang muncul adalah remedi pengajaran pun semakin kompleks.

2) Guru perlu menilai keberhasilan program remedi yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dimungkinkan pada saat yang diperlukan, mengubah metode dan menggunakan materi yang bervariasi agar sisa dapat mengatasi kesulitan belajarnya.

3) Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orang tua mengenai perkembangan belajarnya. Dengan mengakui pencapaian hasil belajar dan tetap mendorong untuk terus belajar, motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat, ketika siswa mengetahui usaha belajar yang telah diikuti30.

2.10 Memberikan Pengajaran Remidial

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah31. Para siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remedi. Mereka mempunyai problem diidentifikasi dan dipilih untuk kemudian diberi penjelasan secara intensif.

30

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal 234

31


(53)

34

Tingkat awal remedi adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa. Remedi yang baik pada umumnya mempunyai semua atribut mengajar yang baik, ditambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan menguasai materi pembelajaran. Oleh karena itu, juga perlu bagi seorang guru mengetahui dimana kekuatan dan kelemahan siswa.

Hal itu semua akan membantu siswa manakah perkembangan positif dan nyata diberitahukan dan keberhasilan yang dapat dicapai dihargai. Untuk tetap termotivasi dan interes untuk belajar, maka program remedi harus selalu ditekankan, tindakan monoton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karena itu, pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan oleh guru yang memberikan program remedi.

Minat siswa mungkin akan menyusut dan berkurang jika ia didorong terlalu keras dalam program remedi. Oleh karena itu, guru juga perlu, suatu ketika memberikan izin untuk mengambil tes yang telah direncanakan, dan membantu mereka dalam menganalisis hasilnya. Seorang guru juga perlu memberikan dorongan berupa pujian ketika siswa berhasil memperbaiki peringkat nilai setelah mereka mengikuti program remedi. Untuk menghindari turunya minat siswa, kegiatan remedi seyogianya tidak dijadwal secara fleksibel untuk mencegah terjadinya konflik dengan kegiatan siswa lain dalam kelas yang diikutinya32.

3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 3.1 Pengertian Ilmu pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari

32

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan (prinsip dan operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hal 236


(54)

35

aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial33.

3.2 Karakteristik Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tesebut pertama kali digunakan AS pada tahun 1913 mengadopsi nema lembaga social studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Marsh, 1980; Martoella, 1976)34.

Tabel 2.235

Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia Dimensi dalam

kehidupan manusia

Ruang Waktu Nilai/Norma

Area dan Subtansi Pembelajaran Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya

Alam dan kehidupan yang selalu berproses,

masa lalu, saat ini, dan yang akan datang

Kaidah atau aturan yang menjadi perekat

dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan

alam Contoh kompetensi dasar yang dikembangkan Adaptasi spasial dan eksploratif Berfikir kronologis, prospektif, antisipatif Konsisten dengan aturan yang disepakati

dan kaidah alamiah masing-masing disiplin

ilmu Alternatif

penyajian dalam mata pelajaran

Goegrafi Sejarah Ekonomi, sosiologi, dan antropologi

33

Trianto, Model pembelajaran terpadu. Konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). (Jakarta: pt. Bumi aksara 2012) h. 171

34

Ibid. , h. 172

35


(55)

36

3.3 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala masalah yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap ketimpangan yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam Puskur, 2006b:4).

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat di gunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang bertidak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan


(56)

37

penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang di hadapinya.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran ips yang di berikan.

Di samping itu, juga bertujuan bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran berupa: penerimaan, jawaban atau sambutan, penghargaan, pengorganisasian, karakteristik nilai dan menceritakan36.

Jadi dapat ditarik kesimpulan Ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

4. Ilmu Ekonomi

4.1 Pengertian Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi merupakan seni yang tertua di dunia. Istilah „ekonomi’ itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Oikos Nomos, yang berarti tata laksana rumah tangga atau pemilikan. Tokoh yang pertama sekali menulis permasalahan ekonomi adalah Aristoteles dari Yunani sehingga orang sekarang menyebutnya sebagai Ahli ekonomi pertama37.

Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahannya untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai kemakmuran.

Itulah definisi ilmu ekonomi yang pertama, tetapi definisi yang baru saja tersebut di atas itu tidak lebih dari sebuah definisi “ringan”, sebuah definisi yang disediakan untuk orang-orang awam, sedangkan yang kita perlukan adalah sebuah definisi yang lebih memadai.

36Trianto,”

Model Pembelajran terpadu konsep, strategi dan kompetensi lainnya dalam kurikulum KTSP,”Jakarta; bumi aksara, 2012, h. 176

37

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hal 23


(57)

38

Dalam hal ini Profesor Paul Anthony Samuelson, seorang ahli ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), telah mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari berbagai ahli lain. Keenam definisi itu masing-masing adalah sebagai berikut.

1. Ilmu ekonomi, atau ekonomi politik (political economy), adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antarmanusia.

2. Ilmu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana orang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produktif (tanah, tenaga kerja, barang-barang modal semisal mesin, dan pengetahuan teknik) yang langka dan terbatas jumlahnya, untuk menghasilkan berbagai-bagai barang (misalnya gandum, dagimg, mantel, perahu layar, konser musik, jalan raya, pesawat pembom) serta mendistribusikan (membagikan)nya kepada berbagai anggota masyarakat untuk mereka pakai/konsumsi.

3. Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari (untuk) mendapat dan menikmati kehidupan.

4. Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia bertingkah pekerti untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya.

5. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan.

6. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang cara-cara memperbaiki masyarakat.

Samuelson sendiri menyatakan bahwa setiap sarjana ekonomi bisa saja memperluasnya menjadi berkali-kali lipat lebih banyak. Namun demikian, samuelson akhirnya memberikan pernyataan sebagai kesimpulan. Tulisnya: Para ahli ekonomi sekarang telah bersepakat untuk menerima kebenaran sebuah definisi umum sebagai berikut:

Economics is the study of how societies use scarce resources to produce valuable commodities and distribute them among different people


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)