commit to user 107
107
1.2 Penyuluhan Kesehatan
Selain kedua kegiatan di atas, kegiatan GSI yang lainnya adalah penyuluhan terkait intensitas pemerikasakan kehamilan paling sedikit empat kali
pada masa kehamilan. Bagi ibu hamil muda dapat diberikan tambahan gizi, untuk ibu hamil anemia masih bisa diberikan vitamin zat besi, supaya ibunya sehat, bayi
lahir sehat, normal. Ibu Rosalina Abdul Faqih, kader GSI Kelurahan Punggawan menuturkan sebagai berikut: “Dalam forum PKK kita harus terus memberikan
sosialisasi terutama tentang GSI, Desa Siaga. Kita juga membantu dalam penyuluhan perencanaan keluarga dengan program KB.”
47
Hal senada diungkapkan oleh Ibu Sutoyo: “Dalam forum PKK setiap bulan itu, selalu dilaporkan data ibu hamil, ada tidak bumil resti, dan selalu
diingatkan untuk aktif memeriksakan kehamilan.”
48
Penyuluhan yang dilakukan oleh para kader GSI, dilakukan pula dengan kunjungan rumah. Segala upaya tersebut, diharapkan mampu mendorong
kesadaran kesehatan reproduksi bumil dan mamapu menekan AKI secara jangka panjang. Dingkapkan Ibu Angger sebagai berikut: “Kalau bisa kadernya itu harus
selalu aktif mendatangi door to door pada rumah ibu hamil risti dan aktif untuk mengingatkan.”
49
Kegiatan masyarakat berupaya untuk menjalin kerjasama erat dalam menjaga kesehatan lingkungan. Namun, sayangnya dalam GSI sendiri tidak
mengagendakan kegiatan penyuluhan dalam bentuk sebuah forum khusus. Diakui oleh Ibu Heni Bidan Puskesmas Gilingan bahwa forum khusus untuk mewadahi
47
Wawancara pada tanggal 5 Mei 2011 di Kediaman Informan
48
Wawancara pada tanggal 25 April 2011 di Kediaman Informan
49
Wawancara pada tanggal 28 April 2011 di Kediaman Informan
commit to user 108
108 GSI belum pernah ada. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bidan Na’imul
Faizah: “Ada kegiatan Kelompok Pendukung Ibu KPI, tapi itu bukan wadah dari GSI hanya pendukung untuk kesuksesan GSI.”
50
Tabel 3.12 Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam GSI Oleh Petugas
Antara Teori dan Praktek Jenis Pemenuhan
Kebutuhan Teori
Praktek
1 2
3
Pemenuhan Kebutuhan Praktis
Gender Mengorganisasikan
dasolin Dasoilin menjadi kegiatan dominan di
seluruh kelurahan
di Kecamatan
Banjarsari terkait pelaksanaan GSI Mengorganisasikan
Donor Darah Pelaksanaan di lapangan hanya sebatas
pendataan calon donor darah untuk bulin.
Mengorganisasikan Ambulan Desa
Amanat ambulan desa hanya berhenti pada tataran formalitas yaitu SK
pembentukan Satgas GSI Kelurahan.
Pendataan Ibu hamil, bersalin dan nifas
Kegiatan pendataan bumil, bulin dan bufas telah berjalan cukup baik. Telah
terbentuk kerjasama
dengan masyarakat dan petugas kesehatan.
Menyelenggarakan Pondok Sayang Ibu
Pondok Sayang Ibu hanya berhenti pada tataran formalitas.
Pemenuhan Kebutuhan Strategis
Gender Pelatihan kader
Terdapat pelatihan yang dilakukan di bawah Dinas Kesehatan Kota Surakarta
dalam waktu berkala 2 -3 bulan sekali.
Peningkatan ketrampilan,
pengetahuan dan profesionalisme
Para tenaga
kesehatan mengikuti
pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta maupun
melalui organisasi lain.
Penyuluhan dan pembinaan kepada
masyarakat Dalam GSI penyuluhan dan pembinaan
hanya dilakukan
dalam forum
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga PKK,
sehingga menjadi
kurang optimal
Pengoranisasian Suami Siaga
Praktek lapangan sangat sulit untuk terimplementasikan oleh kader.
Sumber: Data Primer
50
Wawancara pada tanggal 29 April 2011 di Puskesmas Banyuanyar
commit to user 109
109 Dalam tataran keluarga nyatanya ditemukan tanggungjawab dalam
menjaga keselamatan ibu. Masyarakat kita selama ini cenderung memiliki pemahaman bahwa laki-laki akan menjadi orang yang menentukan bagi
perempuan. Wawancara dengan Bidan Na’imul Faizah menyatakan, bahwa tidak setiap orang merupakan kader Gerakan Sayang Ibu, tapi tanggungjawab perilaku
dan sikap yang mencerminkan sayang ibu harus tertanam dalam tiap keluarga dan ibu yang tengah mengalami proses kehamilan dan persalinan itu sendiri untuk
menjaga keselamatan ibu. Dalam penelitian ini, responden yang diambil sebanyak 30 responden
sesuai landasan yang telah ditulis pada Metodologi Penelitian Bab I. Berikut adalah gambaran karakteristik responden:
Tabel 3.13 Karakteristik Responden 30 Responden
No Hal
Jumlah
1 2
3 4
1. Usia
a. 20 tahun b. 20 – 35 tahun
27 90
c. 35 tahun 3
10 2.
Pendidikan a. Tamat SD
2 6,7
b. Tamat SLTP 8
26,7 c. Tamat SLTA
13 43,3
d. Perguruan Tinggi 7
23,3 3.
Status pekerjaan a. Ibu rumah tangga
18 60
b. Ibu pekerja 12
40 4.
Jarak Pertolongan Persalinan a. 1 km
7 23,4
b. 2 – 5 km 19
63,3 d. 6 km
4 13,3
Sumber: Data primer
commit to user 110
110 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa melihat usia responden yang
berhasil ditemui, paling besar pada usia produktif yaitu usia 20 – 35 tahun dengan persentase sebesar 90 . Kemudian, terkait pendidikan yang telah ditamatkan
responden. Masih banyak responden yang hanya menamatkan hingga 9 tahun belajar yaitu sebesar 26,7. Hal ini tentunya mampu mempengaruhi
kecenderungan kesehatan reproduksi nantinya. Sedangkan jumlah tertinggi yaitu 43,3 responden telah menamatkan hingga jenjang SLTA. Dalam penelitian ini,
responden yang berhasil banyak ditemui adalah para ibu rumah tangga yaitu 18 orang 60. Kemudian terkait jarak lokasi temapt tinggal para responden dengan
temapt pertolongan persalinan paling banyak berada dengan jarak 2 – 5 km yaitu terdapat 19 orang 63,3, sedangkan untuk responden yang memiliki jarak yang
relatif jauh dari tempat pertolongan persalinan dengan lebih dari 6 km sebanyak 4 orang 13,3.
Dalam masalah penghormatan pada sosok ibu, terkadang justru dapat merugikan perempuan terutama terkait masalah kesehatan reproduksinya. Salah
satunya, dalam persoalan gizi keluarga. Makanan dalam keluarga biasanya diutamakan untuk suami dan anak-anak daripada ibu. Dalam penelitian ini, masih
ditemui fenomena dimana pemenuhan gizi perempuan khususunya bagi bumil masih diabaikan oleh sejumlah keluarga. Paling banyak responden memiliki
kecenderungan memenuhi kebutuhan gizi 4 sehat 5 sempurna ditandai dengan 20 responden 66,7 menjawab pemenuhan gizi 4 sehat 5 sempurna selama masa
kehamilan mereka. Hanya 10 dari responden yang mengabaikan pemenuhan
commit to user 111
111 gizi selama kehamilan. Namun, hal tersebut tentunya menjadi kendala demi
mewujudkan keselamatan ibu. Tabel 3.14 menunjukkan hal tersebut. Tabel 3.14
Kecenderungan Intensitas Pemeriksaan ANC, Pilihan tempat Persalinan, dan Pemenuhan Gizi 30 Responden
No Hal
Jumlah
1 2
3 4
1. Intensitas pemeriksaan ANC
a. 10 kali 13
43,3 b. 5 – 9 kali
15 50
c. 4 kali 2
6,7 2.
Pilihan tempat persalinan a. Rumah
b. Dukun bayi c. Bidan delima
4 13,3
d. Bidan biasa 3
10 e. Rumah sakit
23 76,7
3. Pemenuhan gizi
a. Menu biasa 4 sehat 3
10 b. Menu 4 sehat 5 sempurna
20 66,7
c. 4 sehat 5 sempurna dan vitamin 7
23,3 Sumber: Data Primer
Hasil penelitian ini menunkukkan bahwa dari diri masing-masing bumil menyadari akan pentingnya penanganan yang cepat dan tepat terhadap kehamilan
dan persalinannya kelak. Intensitas jumlah pemeriksaan kehamilan telah dilakukan setiap bulannya ditunjukkan dengan banyaknya frekuensi pemeriksaan
lebih dari 10 kali. Selain itu, tingginya pilihan pertolongan persalinan juga telah direncanakan danatau dilakukan di rumah sakit sebanyak 76,7, menunjukkan
commit to user 112
112 tingginya kesadaran bumil, bulin dan bufas serta keluarga terkait pemenuhan
kecepatan dan ketepatan persalinan. Masalah lainnya adalah kasus pengambilan keputusan dalam keluarga
yang masih bergantung pada pihak kepala keluarga dalam hal ini laki-laki. Banyak perempuan hamil dan bersalin yang bermasalah tidak dapat mengambil
keputusan sendiri untuk menangani persoalannya karena menunggu keputusan suaminya. Hasil penelitian, pengambilan keputusan demi mencapai kehamilan
yang sehat dan persalinan yang aman tidak hanya bergantung pada suami. Beberapa responden mengaku bahwa pengambilan keputusan masih bergantung
pada pihak orang tua, yaitu sebayak 4 orang 13,3. Namun, pengambilan keputusan dari pihak suami masih menjadi dominan dalam penelitian ini ditandai
dengan sebanyak 50 keputusan kesehatan kehamilannya diambil oleh pihak suami. Persoalan tersebut merupakan gambaran nyata bahwa peran gender tidak
seimbang sangat mempengaruhi lahirnya problem lain yang lebih berat penyelesaiannya.
Tabel 3.15 Kecenderungan Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga
No Pihak Pengambil Keputusan
Jumlah
1 2
3 4
1. Diri sendiri
11 36,7
2. Suami
15 50
3. Lain-lain
4 13,3
Total 30
100 Sumber: Data Primer
commit to user 113
113 Dalam keluarga yang harmonis yang berhasil ditemui di lapangan
menunjukkan bahwa suami bersedia untuk memberikan dukungan dalam masa kehamilan istri. Hal tersebut ditandai sebanyak 73,3 responden pemeriksaan
kehamilannya diantar oleh suami. Hal ini berbanding lurus dengan temuan di atas, meskipun pengambilan keputusan masih didominasi oleh pihak suami, tetapi
suami juga memberikan dukungan untuk persoalan pemeriksaan kehamilan istri. Tabel 3.16
Kecenderungan Pola Relasi Gender Perawatan Kesehatan Kehamilan pada Level Keluarga 30 Responden
No Hal
Jumlah
1 2
3 4
1. Pengantar pemeriksaan ANC
a. Diri sendiri 5
16,7 b. Suami
22 73,3
c. Lain-lain 3
10 2.
Pola waktu makan f. Terlebih dahulu
28 93,3
g. Setelah anggota keluarga lain 2
6,7 Sumber: Data Primer
Jawaban lain-lain dalam hasil pemetaan kecenderungan pengantar pemeriksaan ANC antara lain para ibu hamil yang menjawab hal tersebut diantar
oleh orang tuanya. Hal tersebut setelah dilakukan indept interview disebabkan oleh kurang harmonisnya keluarga. Menghentikan kekerasan dalam rumah tangga
dapat menjadi upaya membangun keluarga yang sehat. Sehingga ketika menjalani peran reproduksinya para perempuan dapat menjalani dengan sehat dan
melahirkan generasi yang sehat pula. Dalam penelitian ini, kasus KDRT terutama pada masa kehamilan ditemui dalam 2 keluarga yang berbeda. Kasus KDRT
commit to user 114
114 terjadi hanya sebatas pada kekerasan psikologi terhadap perempuan. Sikap yang
tak mampu saling menjaga emosi menjadi pemicu kekerasan. Diungkapkan oleh Orang Tua dari pasangan suami istri Sugeng Ariyanto dan Riri Andrean sebagai
berikut: “Biasanya anak saya ini memang suka marah-marah sama suaminya. Suaminya juga suka marah-marah Mbak. Untuk mengatasinya, saya yang
nenggahi.”
51
Hal tersebut terbukti dari hasil observasi yang memperlihatkan pengantar pemeriksaan ANC adalah orang tua dari ibu hamil bersangkutan.
Persoalan pemenuhan makanan bagi ibu hamil sudah optimal dalam level keluarga, hal tersebut terlihat dari dominannya pola makan ibu hamil yang makan
lebih awal dari suami dan anggota keluarga lainnya. Namun, adapula ibu hamil yang makan setelah suami dan anggota keluarga yang lain. Diakui oleh Ibu
Septiana Pertiwi bahwa hal tersebut dikarenakan rumah tangganya masih tinggal bersama mertua. Hal serupa dengan alasan berbeda diakui oleh Ibu Kristina:
“kalau sarapan saya memang paling akhir, nunggu suami dan anak makan dulu. Setelah mereka berangkat baru giliran saya yang ambil makan.”
52
Tanggungjawab yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksinya, langkah awal yang dapat
dilakukan adalah merencanakan keluarga. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran, baik untuk menjaga kesehatan ibu. Mengingat setiap kehamilan
membawa resiko kesehatan yang potensial bagi ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan beresiko kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan
kehamilan telah banyak ditemui dalam keluarga. Namun, kecenderungan angka
51
Wawancara pada tanggal 13 April 2011 saat ditemui di Puskesmas Gambirsari
52
Wawancara pada tanggal 19 Mei 2011 di Kediaman Ibu Kristina
commit to user 115
115 untuk kehamilan tidak terencana juga tergolong besar yaitu mencapai 33,3 dari
jumlah responden. Berikut hasil pemetaan kecenderungan perencanaan kehamilan oleh keluarga dapat dilihat pada tabel 3.17:
Tabel 3.17 Kecenderungan Perencanaan Kehamilan oleh Keluarga
No Perencanaan Kehamilan
Jumlah
1 2
3 4
1. Kehamilan terencana
20 66,7
2. Kehamilan tidak terencana
10 33,3
Total 30
100 Sumber: Data Primer
Persoalan lain adalah proses kehamilan yang dilalui oleh perempuan. Dalam kondisi yang setara perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki
tanggungjawab yang sama. Keterlibatan suami dalam kesehatan ibu dan kehamilan serta persalinan dibutuhkan, karena kehamilan bukan beban milik
perempuan semata. Membantu meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bumil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang
baik. Menyediakan biaya, transportasi, dan motivasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan oleh seorang suami. Dengan demikian,
sorang suami ikut mewujudkan status perempuan yang setara pada masa kehamilan sekalipun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tataran keluarga, suami dan anggota keluarga yang lainorang tua turut memberikan peran aktif dalam
kehamilan dan persalinan perempuan. Dukungan suami dalam menyiapkan biaya, donor darah dan transportasi nyatanya memiliki modus tertinggi dari hasil
commit to user 116
116 pemetaan. Hal perlu diwaspadai dalam mewujudkan upaya keselamatan ibu demi
menekan AKI yaitu pada tataran persiapan teknis mereka. Banyak dari ibu hamil dan keluarga yang hanya siap terkait biaya persalinan tanpa diikuti dengan
persiapan donor darah dan transportasi. Hal tersebut terlihat dari kecenderungan responden yang telah menyiapkan biaya persalinan sebanyak 93,3 diikuti
73,3 responden telah menyiapkan transportasi menuju tempat persalinan tetapi untuk responden yang telah menyiapkan donor darah hanya sebanyak 30 .
Masalah kebutuhan donor darah ternyata dalam hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan responden masih banyak yang mengabaikannya. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.18 berikut: Tabel 3.18
Kecenderungan Persiapan Kehamilan dan Persalinan dalam Keluarga 30 Responden
No Hal
Persiapan Pihak yang Menyiapkan
Sudah siap Belum siap Diri Sendiri
Suami Lain-lain
1 2
3 4
5 6
7
1. Biaya
28 93,3
2 6,7
2 7,1
25 89,3
1 3,6
2. Donor darah
9 30
21 70
6 66,7
3 33,3
3. Transportasi
22 73,3
8 26,7
1 4,6
16 72,7
5 22,7
Sumber: Data Primer Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada kenyataannya pemenuhan
kebutuhan strategis gender bumil, bulin dan bufas masih sangat kurang dan terbatas. Pada umumnya bantuan dan pelayanan untuk bumil, bulin dan bufas,
commit to user 117
117 masih sebatas pada pemenuhan kebutuhan praktis ibu saja, dimana pelayanan
yang diberikan dalam GSI di tingkat kecamatan diprioritaskan untuk membantu aspek teknis operasional dari persalinan ibu. Hal tersebut dapat dilihat pada
bantuan yang diberikan hanya pada aspek finansial, saran transportasi, cakupan pemeriksaan kehamilan dan gizi ibu hamil.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan gender strategis yang berkaitan dengan pemilihan hak-hak kesehatan reproduksi perempuan secara tidak langsung
beberapa kasus telah memenuhinya di dalam keluarga masing-masing. Pemberian jaminan keselamatan persalinan dan kehamilan dari GSI memang belum cukup
menjamin sepenuhnya terhadap hak-hak kesehatan reproduksi perempuan. Hanya beberapa keluarga yang sadar akan perencanaan kehamilan. Dalam hal ini masih
banyak para istri yang tidak bisa menentukan kehamilan sesuai dengan keinginannya, dan hal ini bisa terjadi karena kontrol penuh suami atas istri yang
pada akhirnya bisa menimbulkan ketidakadilan yang menimpa pihak perempuan beban kehamilan.
commit to user 118
118 Tabel 3.19
Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam GSI Level Keluarga Antara Teori dan Praktek
No Jenis Kebutuhan Teori
Temuan Lapangan
1 2
3 4
1. Kebutuhan Praktis Gender
Memeriksaan kehamilan minimal 4
kali Kecenderungan dari 30 responden telah
melakukan pemeriksaan kehamilan 6 – 10 kali dengan bukti sebesar 50
menjawab
kecenderungan tersebut.
Menunjukkan bahwa mereka peduli dengan
perkembangan kesehatan
kehamilannya. Melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan
yang memadai,
Kecenderungan 76,7 responden telah memilih tempat pertolongan persalinan
di rumah
sakit. Hal
tersebut, menunjukkan bahwa kecenderungan
kelompok sampel mencari penolong dan fasilitas kesehatan yang memadai.
Mengetahui kebutuhan gizi;
Persoalan pemenuhan
gizi dalam
keluarga hasil pemetaan menunjukkan bahwa istriibu hamil telah didahulukan.
Terbukti dengan
kecenderungan responden sebesar 93,3 mereka makan
terlebih dahulu dari anggota keluarga yang lain. Terkait pemenuhan gizi
66,7 responden cenderung memenuhi makanan 4 sehat 5 sempurna dan
sebesar 23,3 responden menambah 4 sehat 5 sempurna dengan vitamin
ataupun suplemen.
Suami dan keluarga lain
memberikan perhatian
lebih kepada istriibu hamil
dan selalu SIAGA Siap, Antar, Jaga
Kesiagaan suami dalam tanggungjawab kehamilan seorang perempuan hasil
penelitian menunjukkan persentase yang tinggi.
Kesiagaan suami
dalam mengantar
pemeriksaan kehamilan
sebesar 73,3, kesiagaan suami dalam menyiapkan biaya persalinan sebesar
89,9, persiapan donor darah sebesar 66,7 dan dalam persiapan transportasi
sebesar 73,3.
commit to user 119
119 Mempersiapkan
donor darah, biaya persalinan
dan kendaraanambulans
desa Para ibu hamil dan keluarga ternyata
cenderung mempersiapkan
biaya persalinan tanpa diikuti perhatian yang
tinggi dalam mempersiapkan donor darah dan transportasi menuju tempat
persalinan. Terbukti 93,3 responden telah mempersiapkan biaya persalinan,
diikiuti
73,3 responden
telah menyiapkan transportasinya. Namun
untuk persiapan donor darah hanya 30 respinden yang telah mempersiapkannya
2. Kebutahan Strategis
Gender Mengusahakan agar
tiap kehamilan
merupakan kehamilan
yang direncanakan
66,7 responden menjawab bahwa kehamilannya merupakan kehamilan
terencana.
Memahami kesetaraan
keadilan gender;
Keadilan dan kesetaraan gender telah terimplementasi dalam keluarga yang
harmonis di penelitian ini
Perempuan mampu mengambil
keputusan ; Kecenderungan dari kelompok sampel
yang diambil keputusan masih di tangan suami dilihat dari 50 responden
menjawab demikian. Hanya 36,7 responden
mampu mengambil
keputusan dalam perawatan kesehatan kehamilannya.
Mampu mencegah
kekerasan dalam
rumah tangga. Hasil penelitian ini menemukan 2 kasus
kekerasan psikologis
terhadap perempuan hamil dari 30 responden
yang diambil di Kecamatan Banjarsari.
Sumber: Data Primer
commit to user 120
120
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan