Konsep Kesehatan Reproduksi Perempuan

commit to user 7 7

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan mengenai masalah pemenuhan kebutuhan gender dalam Gerakan Sayang Ibu GSI di Kota Surakarta. 2. Bahan masukan dan bantuan pemikiran kepada pihak-pihak yang berperan dalam mendukung proses implementasi GSI. E. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan reproduksi memiliki keterkaitan dengan isu gender dan kesehatan reproduksi perempuan, karena mereka memiliki kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi yang khusus sehubungan dengan kodratnya sebagai perempuan. Dalam tinjauan pusataka yang digunakan untuk membangun kerangka berfikir, peneliti menggunakan teori-teori sebagai berikut:

1. Konsep Kesehatan Reproduksi Perempuan

Konsep tentang kesehatan reproduksi pada awalnya sebatas pada dampak kontrasepsi, semakin lama meluas pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi dan proses reproduksi manusia. Menurut Manuaba 1998: 7, reproduksi secara sederhana diartikan kemampuan untuk membuat kembali, dalam kaitannya kesehatan reproduksi diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya fertilitas, dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Chapter VII dari Plan of Action hasil ICPD dalam Jurnal Perempuan No 53 Tahun 2007 : 9-10 menyebutkan definisi dari kesehatan reproduksi yaitu, commit to user 8 8 Reproductive health is a state of complete physical, mental and social well-being in all matters relating to the reproductive system and to its function and proses. Secara implisit hak-hak perempuan dan laki-laki dalam kesehatan reproduksi yang termuat dalam hasil ICPD Kairo antara lain: Men and women to be informed and to have access to safe, effective, affordable and acceptable menthods of family planning of their choice, as well as other methods of their choice for regulation of fertility, which are not against the law, and the right of access to health-care services that will enable women to go safely through pregnancy and childbirth dalam Jurnal Perempuan No 53 Tahun 2007 : 9-10. Menurut Scortiano dalam Dharmastuti, 2003: 12 kesehatan reproduksi mencakup beberapa unsur utama yaitu: 1 perilaku reproduksi yang bertanggungjawab selama usia subur, 2 akses pada pelayanan keluarga berencana KB yang aman, 3 perawatan kesehatan ibu secara efektif dan aman, 4 pengendalian secara efektif terhadap infeksi sistem reproduksi, 5 pencegahan dan penanganan infertilitas kemandulan, 6 penghapusan aborsi yang tidak aman, 7 pencegahan dan pengobatan penyakit yang membahayakan pada organ reproduksi, dan 8 perawatan sebelum dan selama kehamilan, melahirkan dan sesudah melahirkan. Selain itu, WHO mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial bukan karena ketiadaan penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berkaitan dengan fungsi, sistem dan proses-prosesnya dalam Luhulima, 2007: 259. Dalam pengertian kesehatan reproduksi tersebut, ada hal yang diperhatikan. Pertama, pengertian sehat bukan semata-mata sebagai pengertian kedokteran klinis tetapi juga sebagai pengertian sosial masyarakat. Kedua, kesehatan reproduksi bukan menjadi masalah seseorang saja tetapi juga menjadi kepedulian keluarga dan masyarakat, seorang wanita mempunyai hak untuk commit to user 9 9 memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga memungkinkan mereka menjalani kehamilan dan persalinan dengan baik . Terdapat pula hak untuk mengakses pelayanan kesehatan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang aman dan perawatan kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan, melahirkan dan sesudah melahirkan. 2 Kebijakan-Kebijakan Strategis Penurunan Angka Kematian Ibu AKI Dalam penurunan AKI, kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang diambil demi kepentingan publik. Seperti pendapat Dye, kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan, pendapat lain dari konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik dalam Subarsono, 2005: 2, dan menurut Surbakti, kebijakan publik adalah kebijakan yang menyangkut masyarakat umum dalam Ekowati, 2009: 1. Berdasarkan banyaknya definisi mengenai kebijakan, Tangkilisan 2003: 120 mengemukakan bahwa kebanyakan definisi meliputi gagasan: Pertama, tindakan bertujuan yang diarahkan terhadap masalah atau tujuan. Kedua, tindakan yang diambil oleh dinas-dinas pemerintah, atau kolektivitas yang bisa didefinisikan sebagai dinas pemerintah. Ketiga, aturan yang merincikan siapa harus melakukan apa, kapan, mengapa dan bagaimana. Keempat, perangkat yang memberikan insentif dan motivasi agar individu lakukan perilaku pilihan kebijakan. Dan kelima, toeri sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dinas untuk perilaku target yang perilau target atasi. Dalam sebuah perspektif empiris, kebijakan mewujudkan dirinya dalam Undang-Undang, petunjuk dan program sebagaimana juga di dalam rutinitas dan praktek organisasi publik. Friedrich menjelaskan kebijakan adalah suatu tindakan commit to user 10 10 yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan- hambatan tertentu seraya memberi peluang-peluang untuk mencapai tujuan, atau mewujudkan sasaran yang diinginkan dalam Wahab, 1990: 3. Terkait upaya penurunan AKI, kebijakan publik termanifestasikan dalam wujud kebijakan kesehatan reproduksi perempuan, dimana dalam penurunan mortalitas utamanya diarahkan menurunkan kematian bayi, anak dan ibu melalui upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan primer. Menurut Mosse 1996: 254, pendekatan pembangunan terhadap kesehatan perempuan mengambil jalan perawatan kesehatan primer dengan fokus terhadap kesehatan ibu dan anak, penyuluhan gizi dan informasi serta pendidikan tentang masalah-masalah kesehatan. Perjuangan kaum perempuan agar masalah kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus, mencapai puncaknya dalam kesepakatan ICPD tahun 1994 di Kairo. Program Aksi ICPD 1994 mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya untuk anak perempuan, serta penurunan tingkat kematian bayi, anak, dan ibu dalam Kementerian Pemberdayaan Perempuan, 2005. Perhatian terbesar pada kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan adalah bagaimana mencegah penyebab utama kesakitan dan kematian maternal Rachmawati, 2004: 55. United Nation menyebutkan bahwa ICPD Kairo telah mencanangkan program Safe Motherhood sebagai strategi untuk menurunkan tingkat kesakitan dan kematian maternal Rachmawati, 2004: 55. Terdapat pula tujuan nomor lima MDGs, meningkatkan kesehatan ibu dengan target pencapaian commit to user 11 11 MDG pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut Bappenas, 2010. Upaya penurunan AKI di Indonesia salah satunya melalui Gerakan Sayang Ibu GSI yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta kematian bayi Iskandar, 1998. Menurut Shiffman, kegiatan dalam safe motherhood antara lain sebagai berikut: “Primary activities included local government mobilization, the recording of pregnant women through women’s organizations so that they could be given assistance as delivery approached, and the designation of certain hospitals for safe motherhood services. Messages were developed to promote a more active role for husbands in pregnancy issues and to encourage couples to plan early in pregnancy in the case of complications at delivery.” dalam Social Science Medicine, 566: 1197-1207. Terdapat 3 tiga unsur pokok yang sangat penting dari pengertian GSI, yaitu: a. GSI merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah. Pelaksanaan GSI melibatkan masyarakat secara aktif, tidak hanya sebagai sasaran, tetapi juga sebagai pelaku. GSI harus dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat ibu hamil, deteksi awal dan komplikasi kehamilan dan memutuskan kemana harus merujuk serta mencari dan memilih pertolongan. GSI harus dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam commit to user 12 12 mengembangkan kerjasama untuk membantu transportasi ke tempat rujukan fasilitas kesehatan memadai, membantu dana yang diperlukan dan mengembangkan bentuk – bentuk kepedulian sosial dalam masyarakat Tabulin, dasolin, Ambulan Desa, Donor Darah Desa, Pondok Sayang Ibu. Bagi Pemerintah, GSI harus dapat meningkatkan peran pemerintah dalam menyusun kebijakan, strategi dan upaya dalam percepatan penurunan AKI. b. GSI mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia. Perempuan yang selama ini mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan diskriminatif dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan reproduksi hingga menyebabkan kematian ibu yang tinggi karena hamil, melahirkan dan nifas. Gerakan Sayang Ibu melakukan pendekatan pemberdayaan masyarakat, terutama pada laki-laki agar memberikan hak-hak reproduksi kepada perempuan serta membantu memberikan perawatan kepada ibu-ibu hamil, melahirkan dan nifas. c. GSI bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, nifas dan bayi. Dalam pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu, kecamatan merupakan lini terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan dengan pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat penurunan AKI. Sebagai salah satu komponen dalam Gerakan Sayang Ibu yaitu terdapat Kecamatan Sayang Ibu. Pedoman Umum Revitalisasi commit to user 13 13 Gerakan Sayang Ibu GSI Kabupaten Malang 2009 menyebutkan indikator GSI antara lain: a. Ibu Hamil: Memeriksaan kehamilan minimal 4 kali; mengetahui dan mengenali kelainan kehamilan, dan tahu cara pencegahan dan penanggulangannya; melakukan persalinan di tempatfasilitas kesehatan yang memadai, serta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; mengetahui kebutuhan gizi yang diperlukan; menyiapkan biaya persalinan; mengusahakan agar tiap kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan, dengan melaksanakan KB dan perencanaan keluarga; mampu mengambil keputusan; memahami kesetaraan keadilan gender; mampu mencegah kekerasan dalam rumah tangga. b. Keluarga: Suami istri, merencanakan jumlah anak, waktu akan mulai mengandung, sesuai dengan kemampuan; semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan; suami dan keluarga lain memberikan perhatian lebih kepada istriibu hamil dan selalu SIAGA Siap, Antar, Jaga, tidak memberi tugas yang berat kepada ibu hamil; memperhatikan makanan ibu hamil; mengenali kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai; mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi; memeriksa ibu hamil di sarana pelayanan kesehatan yang memadai min 4 kali ; merencanakan tempat yang aman, dan bersih, serta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan mempersiapkan donor darah, kendaraanambulans desa. dsb; commit to user 14 14 mempratekkan kesetaraan keadilan gender; tidak ada kekerasan dalam rumah tangga. c. Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan : bekerjasama dengan pemerintah setempat, termasuk semua instansi terkait, sarana pelayanan swasta dan organisasi lain; melatih kader untuk kegiatan GSI; mengorganisasi Tabungan Ibu Hamil Tabulin dan dana Sosial Bersalin Dasolin; mengorganisasi donor darah; menyelenggarakan Pondok Sayang Ibu; bila ada dana berlebih, melengkapi sarana Pelayanan kesehatan. d. Petugas KesehatanSarana Pelayanan Kesehatan: bekerjasama dengan masyarakat; memanfaatkan data dari masyarakat untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi pada ibu hamil; meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan profesional; melengkapi sarana dan prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Faktor-Elemen Dasar Keselamatan Ibu