LATAR BELAKANG EVALUASI GERAKAN SAYANG IBU (Kajian Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam Gerakan Sayang Ibu di Kecamatan Banjarsari Surakarta)

commit to user 1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan menjadi bagian pembangunan nasional dan keduanya mempunyai landasan yang sama. Prioritas utama pelayanan dasar kesehatan adalah ibu dan anak dengan pembahasan utama kesehatan perempuan melalui perawatan kesehatan primer. Secara historis, kesehatan perempuan menjadi masalah penting karena bersifat khas, kompleks dan pendekatannya harus dilakukan secara komprehensif dalam Luhulima, 2007:259. Perawatan kesehatan primer menitikberatkan kehamilan dan persalinan yang aman. Kesehatan ibu yang berkualitas sangat menentukan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks pembangunan, Angka Kematian Ibu AKI merupakan indikator penting status kesehatan suatu negara. Tukiran, et al. 2007: 247 menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan bayi yang tinggi akan menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Selain itu, tidak dipungkiri bahwa mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin merupakan masalah terbesar yang dialami negara-negara berkembang dalam www.medical-journal.co.cc. Kenyataan menunjukkan walaupun telah banyak ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan global maupun nasional, namun di Indonesia masih banyak persoalan reproduksi yang menghantui perempuan, antara lain: AKI melahirkan yang masih tinggi, akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi, pendidikan seks yang memadai, dll Jurnal Perempuan No 53 Tahun 2007 : 4-5. commit to user 2 2 Dibanding dengan negara-negara maju AKI di Indonesia tergolong sangat tinggi, di negara-negara maju AKI berkisar pada angka 10 per 100.000 kelahiran hidup Tukiran et al, 2007: 247-248. Melalui SK Menkes Nomor 1202 tahun 2003 tentang Indonesia Sehat Tahun 2010, pemerintah mengharuskan upaya menurunkan AKI sampai tahun 2010 sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup dalam Luhulima, 2007: 268. Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000, AKI di Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam 160 per 100.00 kelahiran hidup, sedangkan AKI di Indonesia tahun 2000 masih berkisar di angka 307 per 100.000 kelahiran hidup diolah dari www.majalah-farmacia.com. Hal tersebut mencerminkan bahwa di Indonesia, perempuan belum cukup terlindungi dari kemungkinan mengalami gangguan kesehatan reproduksi dalam persalinan Darwin, 2001: 16. Kasus di Kota Surakarta, AKI terdapat indikasi peningkatan secara tajam meskipun Gerakan Sayang Ibu GSI telah terimplementasikan. GSI dirumuskan menjadi gerakan yang dilaksanakan membantu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui kegiatan yang berdampak terhadap penurunan AKI karena hamil, melahirkan dan nifas dalam www.prokeadilan.wordpress.com. Mengutip www.askep-askeb.cz.cc bahwa gerakan semacam GSI setelah kurang lebih 4 tahun berjalan, gerakan tersebut kian melemah. Terkait peningkatan AKI di Kota Surakarta dari sebelumnya 49,1 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 153,81 per 100.000 kelahiran hidup di tahun commit to user 3 3 2009 tidak luput dari adanya keberhasilan evaluasi sistem pelacakan kematian ibu dibanding tahun-tahun sebelumnya. Audit Maternal Prenatal AMP sangat diperlukan untuk memperlihatkan data sebenarnya tentang kematian ibu dan bayi. Menurut Rachman dalam Jurnal Perempuan 53 2007: 46 AMP belum mampu memonitor penghitungan AKI, terlebih lagi sejak kebijakan desentralisasi diimplementasikan. Catatan AKI di Kota Surakarta sebelum tahun 2009 dinilai sebagai data yang tidak akurat, yang berarti AKI sebenarnya bisa lebih tinggi dari angka yang ada sekarang. Hasil kajian Hartini menyebutkan bahwa para bidan enggan untuk mengisi dan melaporkan dalam Jurnal Perempuan 53 2007: 46. Hal tersebut dapat menjadi persoalan yang sama terkait peningkatan AKI di Kota Surakarta yang melonjak tajam di tahun 2009. Tren angka Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta dapat dilihat dalam gambar 1.1 berikut: Gambar 1.1 Kematian Ibu Maternal di Kota Surakarta Tahun 2003-2009 Sumber: Diolah dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2009 commit to user 4 4 Banyak faktor yang menyebabkan kematian pada ibu hamil, melahirkan dan nifas. Pada umumnya, faktor-faktor penyebab masih tingginya AKI disebabkan karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan perempuan bermuara pada kultur patriaki. Isu gender pada kelompok ibu dan janin yaitu adanya beban ganda ibu hamil, sehingga ibu hamil tidak memperhatikan kondisi kesehatan dan janinnya serta tingginya angka anemia ibu hamil dalam www.irckesehatan.net . Secara tidak langsung posisi sosial perempuan yang masih mengalami subordinasi di masyarakat, memberikan sumbangan dalam kasus tingginya AKI. Mosse 1996: 253 menuturkan bahwa: Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun perempuan sedang hamil dan menyusui. Mereka kekurangan makan, yang menjurus kepada anemia dan kekurangan gizi. Sakit kronis seringkali dianggap sebagai “bagian yang alami” karena menjadi perempuan, keguguran disebabkan oleh kekurangan makan, kerja keras dan kehamilan yang berulang-ulang dilihat sebagai bagian normal dari keperempuanan. Masalah-masalah tadi tidak akan terpecahkan dengan baik jika akar permasalahnnya, yaitu ketidakadilan dan ketimpangan gender di masyarakat tidak diatasi. Kesehatan reproduksi menjadi masalah serius bagi perempuan selain rawan terhadap penyakit, kondisi sosial serta adanya perlakuan kurang adil pada perempuan. Kurangnya kesadaran tentang masalah kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap tingginya AKI. Tingginya AKI di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh faktor gangguan kehamilan. Hal ini berkaitan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan Mosse, 1996: 253. Selain kultur, hak reproduksi perempuan juga sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan yang ikut berdampak pada persoalan medis. Faktor tersebut commit to user 5 5 sangat berpengaruh pada melorotnya kualitas hidup dan kesehatan reproduksi perempuan. Ketidakmampuan perempuan untuk membeli alat kontrasepsi yang berkualitas dan membayar pemeriksaan berakibat kondisi abnormal dalam kandungannya tidak terdeteksi, lalu terabaikannya hak-hak reproduksi perempuan hingga angka kematian ibu melahirkan tinggi Jurnal Perempuan No 53 Tahun 2007: 5. Menurut Darwin 2001: 16, angka kematian maternal mencerminkan rendahnya kualitas perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan. Hasil-hasil kajian tersebut telah menyebutkan bahwa penyebab kematian ibu tidak hanya karena sisi medis saja, tetapi juga terkait dengan relasi gender. Dimana dalam konteks budaya patriaki, gender seringkali menghambat perempuan untuk mengakses dan memanfaat fasilitas-fasilitas kesehatan yang memadai. Perlu diperhitungan aspek pemenuhan kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, dalam konteks perspektif gender dikenal dengan pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender. Meskipun kedua jenis kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara bersamaan, namun kenyataannya masih banyak ditemui kegiatan pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan praktis saja. Menyadari bahwa selama ini persoalan AKI hanya dipandang sebagai persoalan medis semata, maka penelitian ini akan meneliti Gerakan Sayang Ibu dari sudut pemenuhan kebutuhan gender. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2009, AKI di Surakarta dilihat dari persebaran tiap kecamatan yang ada, terdapat indikasi bahwa Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan yang mengalami peningkatan AKI, sehingga hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti. commit to user 6 6

B. RUMUSAN MASALAH