34
2.3.2 Rukun dan Syarat Murabahah
Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dan opersaional murabahah ini murni
menggunakan rukun dan syarat jual beli dimana terdapat beberapa hal yang harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli objek yang
diperjual-belikan, ada ijab dan qabul serta akad yang menyertai perjanjian jual beli ini.
Sebagai contoh, jika nasabah membutuhkan pembiayaan untuk membeli bahan bangunan guna merenovasi rumahnya, nasabah akan mengajukan daftar
pembelian barang yang berisikan kebutuhan-kebutuhan material bangunan yang akan dimanfaatkan oleh nasabah. Secara konsep, Bank Syariah akan membelikan
barang-barang yang dimintakan oleh nasabah tersebut, yang kemudian akan di jual kembali kepada nasabah dengan menambahkan keuntunganmargin bank.
Sehingga dalam transaksinya akanada harga beli harga pokok pembelian barang, ada margin keuntungan yang diambil oleh bank, serta ada harga jual harga
pokok ditambah dengan margin keuntungan. Berikut skema akad pembiayaan murabahah bank syariah
Universitas Sumatera Utara
35
1 1
2 2
4 3
3a
Gambar 2.1
Skema Akad Murabahah
Keterangan : 1.
Bank dan nasabah melakukan negoisasi untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli, meliputi jenis barang yang akan
diperjual-belikan harganya termasuk jumlah keuntungan yang diminta bank dan jangka waktu pembayaran dan hal-hal lain yang diperlukan.
2. Bank melakukan pesanan membeli secara tunainaqdan barang kepada
supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dikehendaki oleh nasabah, dengan melakukan akad jual beli surat pernyataancall memo. Nasabah
tidak diperkenankan membeli secara langsung tanpa seizin bank.
Negoisasi
Akad Murabahah
Barang Bank
Nasabah
Universitas Sumatera Utara
36
3. Bank dapat mewakili secara tertulis kepada nasabah untuk membeli
barang untuk dan atas nama bank, dalam bentuk akad wakalahsurat kuasa yang terpisah dari akad murabahah, atau bank dapat langsung membeli
kepada supplier. 4.
Supplier menjual secara tunai.
Dalam transaksi murabahah ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar transaksi yang dilakukan berjalan sesuai dengan syariah. Ketentuan-
ketentuan tersebut dikeluarkan berdasarkan fatwa dari Dewan Syari’ah Nasional DSN, Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, 2002: 5-10 yang tertuang dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 59 I.
Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari;ah Fatwa DSN: 04DSNIV2000
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasi. 4.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian itu harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. 6.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesanan dengan harga jual senilai harga beli ditambah dengan keuntungannya.
Dalam hal ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu yang telah disepakati. 8.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atas kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus kepada
nasabah.
Universitas Sumatera Utara
37
9. Jika bank hendak mewakili kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
II. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah.
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian barang
atau asset kepada bank. 2.
Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus terlebih dahulu membeli asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual-beli.
4. Dalam jual beli ini bank doperbolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menangani keseoakatan awal pemesanan. 5.
Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil barang harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, bank dapat meninta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7.
Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka :
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,
maka ia tinggal membayar sisa harga; b.
Jika nasabha batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bnak akibat
pembatalan tersebut, dan jka uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
III. Ketentuan Jaminan Murabahah
1. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dalam
pesanannya. 2.
Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
IV. Ketentuan Hutang
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah
menjual kembali dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan hutangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib melunasi seluruhnya. 3.
Jika penjualan barang tersebut menyebabakan nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal, ia tidak boleh
memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugia itu diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
38
V. Ketentuan Penundaan Pembayaran dalam Murabahah
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak diperkenankan menunda
penyelesaian hutangnya. 2.
Juka nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya, maka penyelesaian
dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai esepakatan melalui musyawarah.
VI. Ketentuan Bangkrut dalam Murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan telah gagal meyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup
kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
VII. Ketentuan Uang Muka dalam Murabahah Fatwa DSN: 13DSN-
MUIIX2000 1.
Dalam akad murabahah, emabga Keuangan Syari’ah LKS dibolehkan meminta uang muka apabila keduabelah pihak bersepakat.
2. Besar uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
3. Jika nasabah membatalkan akad murbahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut. 4.
Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat miminta tambahan kepada nasabah.
5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikannya kelebihannya kepada nasabah. VIII.
Ketentuan Diskon Murabahah Fatwa DSN: 16DSN-MUIIX2000 1.
Harga tsamandalam jual beli adalah saru jumlah yang desepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai qimah benda yang
menjadi objek jual-beli, lebih tingggi maupun lebih rendah. 2.
Harga dalam jual-beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang doperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.
3. Jiak dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari pemasok,
harga sebenarnya adalah harga setelah diskon. Karena itu, diskon adalah hak nasabah.
4. Jika pemberian diskon setelah akad, pembagian tersebut dilakukan
setelah perjanjian dan ditandatangani. 5.
Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
IX. Ketentuan Sanksi Fatwa DSN: 17DSN-MUIIX2000
1. Sanksi yang dikenakan LKS kepada nasbah yang mampu membayar
tetapi menunda-nunda pembayran dengan sengaja. 2.
Nasabah yang tidak mampu membayar akibat force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pemabayaran dan atau tidak
mempunyai keamauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
Universitas Sumatera Utara
39
4. Sanksi didasarkan prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih
disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 5.
Sanksi dapat nerupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
6. Denda yang bersal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial
X. Ketentuan Potongan Pelunasan Fatwa DSN: 23DSN-MUIIX2000
1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran
tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
2. Besarnya potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan LKS Proses Pembiayaan Murabahah. Proses pembiayaan merupakan aspek bagi perbankan syariah, dimana
proses pembiayaan yang sehat akan berimplikasi pada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih.
Proses pembiayan perbankan yang sehat tidak hanya berimplikasi pada kondisi bank yang sebat tetapi juga berimplikasi pada kineja sektor riil yang dibiayai.
2.3.3 Mekanisme Pembiayaan Murabahah