Efektifitas Selenium pada Diare Cair Akut

xxxiii Penelitian di Perancis menjelaskan bahwa defisiensi selenium mempengaruhi fungsi antioksidan jaringan hati tikus dengan cara menurunkan aktivitas enzim CuZn-SOD sitolitik dan GPx, meningkatkan rasio Glutation GSH yang merupakan pertanda stres oksidatif, serta meningkatkan petanda oksidasi protein. 38

2.4 Efektifitas Selenium pada Diare Cair Akut

Diare cair akut adalah diare yang disebabkan infeksi virus, parasit, bakteri. Beberapa mikroorganisme yang menyebabkan diare cair akut, yaitu: Rotavirus, Eschenchia Coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni, dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella dan E coli enteropatogenik. 14 Beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diare cair akut, diantaranya dengan pemeriksaan makroskopis ditemukan tinja cair, tanpa mukus dan darah. Pada pemeriksaan mikroskopis tidak dijumpai adanya leukosit dalam feses . 39 Penelitian tentang peranan selenium terhadap diare sangat sedikit. Sejauh ini selenium sebagai mikronutrien yang penting, yang diperlukan fungsinya untuk sistem kekebalan tubuh spesifik dan non spesifik, defisiensi selenium mempengaruhi terjadinya, virulensi, atau perkembangan beberapa penyakit infeksi virus. 6 Di samping itu penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara selenium dengan penyakit akibat virus, terlihat Universitas Sumatera Utara xxxiv selenium yang cukup dapat memberikan kontribusi positif dalam proses penyembuhan. 22 Gastrointestinal glutathione peroxidase GPx2GPx GI paling banyak ditemukan di mukosa epitel traktus gastrointestinal. Aktifitas GPx GI dan GPx1 dapat ditemukan dalam traktus gastrointestinal bagian tengah dan bawah, terutama pada kripta dan vili usus. GPx GI pada vili berfungsi untuk melindungi epitel vili, sedangkan vilinya sendiri dilindungi eGPx. 10 Pada diare yang disebabkan virus pada manusia secara selektif menginfeksi lapisan epitel dan menghancurkan sel-sel ujung vili pada usus halus. Hal ini menyebabkan absorbsi usus halus terganggu sehingga terjadi defisiensi selenium. Penurunan selenium mengakibatkan turunnya enzim GPx yang bersifat anti oksidan sehingga menyebabkan meningkatnya stres oksidatif. Stres oksidatif yang meningkat ini akan mengaktivasi NF- κB yang selanjutnya meningkatkan produksi kemokin seperti RANTES, MCP-1, IL-8, akibatnya migrasi sel-sel radang ke lokasi infeksi semakin meningkat dimana hal ini dapat memperparah proses peradangan. 33 Selain itu defisiensi mengakibatkan penurunan aktifitas GPx pada neutrofil sehingga mengurangi kemampuannya untuk membunuh kuman patogen yang tertelan. 40 Defisiensi selenium dapat menurunkan differensiasi dan proliferasi sel T dan menurunkan toksisitas limfosit T. 11,12 Pada diare akut cair yang disebabkan Universitas Sumatera Utara xxxv rotavirus, limfosit T dan neutofil diperlukan untuk menghancurkan enterosit sehingga dapat mencegah perkembangan rotavirus lebih lanjut Penelitian di India pada tahun 1996 menyatakan “tidak ada perbedaan bermakna kadar selenium serum pada kelompok diare persisten, kelompok diare akut dan kelo mpok kontrol”. 41 Namun penelitian di Turkey tahun 1996 didapatkan level serum selenium lebih rendah pada kelompok yang menderita diare cair akut dibandingkan dengan kelompok kontrol pada saat masuk rumah sakit. Setelah diare berakhir terjadi peningkatan secara signifikan level selenium serum pada kelompok yang menderita diare cair akut dibandingkan kelompok normal. 6 Penelitian di New York tahun 1999 menjelaskan tikus yang diare mengalami penurunan enzim Selenium Dependent Glutathione Peroxidase GPx 1 dan GPx2 sebanyak 40 sampai 50. Hal ini menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh di saluran pencernaan. 42 Penelitian tahun 1968 di New Zealand, didapatkan lembu yang mengalami defisiensi selenium terjadi diare berat, sementara pemberian suplementasi selenium dapat mencegah dan mengobati diare tersebut. 43 Tiega dkk, menemukan bahwa babi yang mendapat diet selenium yang cukup memiliki masa inkubasi yang lebih panjang seperti munculnya gejala penyakit, lama diare yang lebih singkat dan kuman yang lebih sedikit pada tinja dibandingkan dengan babi yang mendapatkan diet selenium yang Universitas Sumatera Utara xxxvi kurang. 44,45,46 Babi dengan defisiensi selenium mengalami perubahan degeneratif pada sel epitel kolon yang dapat mengganggu mekanisme pertahanan kolon. 47 Penelitian tahun 2005 melaporkan bahwa suplemen selenium meningkatkan resistensi terhadap stres oksidatif pada ayam yang terinfeksi Escherichia coli. 48

2.5. Kerangka Konseptual