PEMBAHASAN Anak usia 6 bulan sampai 2 tahun

liii

BAB 5. PEMBAHASAN

Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. 15 Telah diketahui bahwa defisiensi mikronutrein tertentu seperti selenium diduga memiliki peranan dalam proses diare akut namun penelitian mengenai hubungan diare akut dengan selenium sangat sedikit. 6 Studi ini mencoba untuk mendapatkan penanganan diare cair akut yang lebih baik dengan menilai efektivitas selenium dalam mengurangi keparahan diare cair akut pada anak. Pada studi ini didapati anak yang menderita diare akut cair memiliki rerata usia 13 bulan dan diduga disebabkan oleh virus. Penyebab diare tersering pada anak usia dibawah lima tahun adalah rotavirus. 19 Hal ini sesuai dengan yang ditemukan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Agustus 2002 saat terjadi wabah diare. The United States Naval Medical Research Unit No. 2 U.S.NAMRU-2 di Jakarta melaporkan terjadi lebih dari 2000 kasus diare dan 12 kematian akibat diare, dan dari hasil pemeriksaan specimen tinja pasien ditemukan rotavirus yang merupakan penyebab diare tersering pada anak usia dibawah lima tahun. 53 Penelitian tentang peranan selenium terhadap diare sampai saat ini sangat sedikit. Ini merupakan uji klinis pertama yang menilai efektivitas selenium dalam mengurangi keparahan diare cair akut pada anak dengan Universitas Sumatera Utara liv ditemukan frekuensi diare yang lebih rendah, durasi diare yang lebih singkat, serta perbaikan konsistensi tinja yang lebih cepat pada kelompok selenium dibandingkan kelompok plasebo. Penelitian di Turkei menemukan kadar serum selenium lebih rendah pada kelompok yang menderita diare cair akut dibandingkan dengan kelompok kontrol pada saat masuk rumah sakit. Setelah diare berakhir terjadi peningkatan secara signifikan level selenium serum pada kelompok yang menderita diare cair akut dibandingkan kelompok normal. 6 Penelitian di New York menjelaskan tikus yang diare mengalami penurunan enzim Selenium Dependent Glutathione Peroxidase GPx 1 dan GPx2 sebanyak 40 sampai 50. Hal ini menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh di saluran pencernaan. 42 Penelitian di New Zealand, didapatkan lembu yang mengalami defisiensi selenium terjadi diare berat, sementara pemberian suplementasi selenium dapat mencegah dan mengobati diare tersebut. 43 Tiega dkk, menemukan bahwa babi yang mendapat diet selenium yang cukup memiliki masa inkubasi yang lebih panjang seperti munculnya gejala penyakit, lama diare yang lebih singkat dan kuman yang lebih sedikit pada tinja dibandingkan dengan babi yang mendapatkan diet selenium yang kurang. 44- 46 Universitas Sumatera Utara lv Penelitian di Inggris pada tahun 1994, didapatkan bahwa pada pasien yang mengalami diare kronis memiliki kadar selenium plasma dan aktivitas enzim GPx yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. 54 Pada diare cair akut karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga pemberian antibiotik tidak dianjurkan. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. 15 Pada studi ini seluruh subyek penelitian tidak diberikan antibiotik selama intervensi Efek samping suplementasi selenium ditemukan bila diberikan melebihi dosis rekomendasi. Efek samping dapat berupa bau nafas seperti bawang putih, rambut rontok, gangguan gastrointestinal mual, muntah. 29 Namun pada penelitian ini tidak ditemukan efek samping selama pemberian intervensi. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna dan banyak dijumpai keterbatasan, diantaranya yaitu tidak dilakukannya ketersamaran ganda dalam pemberian terapi, tidak dilakukannya pengukuran kadar selenium sampel sebelum dan sesudah pemberian terapi, tidak dilakukan penilaian ada tidaknya hubungan timbal balik diare dan defisiensi selenium, serta ketidakmampuan peneliti mengamati setiap harinya Universitas Sumatera Utara lvi kesembuhan pasien dan hanya berdasarkan keterangan orangtua atau pengasuh sehingga bisa menyebabkan bias pengukuran. Keterbatasan lainnya adalah tidak diketahuinya jenis mikroorganisme penyebab diare, karena tidak dilakukan kultur feses pada semua sampel dan tidak dilakukannya analisa terhadap faktor lain seperti sarana air bersih, serta kondisi lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi kesembuhan diare akut. Universitas Sumatera Utara lvii

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN