meluruskan atau menyamakan.
7
Sedangkan dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maragi
لْدعْلا
“secara bahasa berarti persamaan dalam segala perkara, tidak lebih dan tidak kurang”.
8
Selanjutnya M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al - Misbah menjelaskan bahw
a “kata
لدعلا
al- ‘adl
terambil dari kata
لدع
„adala yang terdiri dari huruf-huruf „ain, dâl, dan lâm. Rangkaian huruf ini mengandung dua makna yang bertolak
belakang, yakni lurus dan sama serta bengkok dan berbeda”.
9
Kosa kata kedua yaitu
ناسْحاْلا
, kata
ناسْحاْلا
berasal dari kata kerja
نسح –
نسْحي
, dalam kamus Al-Munawwir kata tersebut artinya bagus, baik, cantik.
10
Sedangkan dalam buku Terjemah Tafsir Al- Maragi
ناسْحاْلا
artinya “membalas kebaikan dengan yang lebih banyak dari padanya, dan membalas kejahatan dengan memberi maaf”.
11
Selanjutnya menurut ar-Râghib al-Ashfahâni sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Misbah menjelaskan bahwa “kata
ناسحإا
al-ihsân digunakan untuk dua hal; pertama, memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua, perbuatan baik”.
12
Kosa kata ketiga yaitu
ءاشْحفْلا
, kata
ءاشْحفْلا
berasal dari kata kerja
حف ش
- شحْفي
, dalam kamus Al-Munawwir kata tersebut artinya
melampaui batas atau buruk, jelek, keji.
13
Sedangkan dalam buku Terjemah Tafsir Al-Maragi
ءاشْحفْلا
mempunyai arti “perkataan dan perbuatan yang buruk, termasuk di dalam perbuatan zina, minum
khamar, rakus, tamak, mencuri dan perkataan serta perbuatan lain yang
7
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, cet. 14, h. 905.
8
Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Jilid. 14, Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1992, cet. 2, h. 233.
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an, Vol. 6,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 698.
10
Ahmad Warson Munawwir, op.cit., h. 264.
11
Ahmad Mustafa Al Maragi, loc.cit.
12
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an, op.cit, h. 699
13
Ahmad Warson Munawwir, op.cit., h. 1036.
tercela”.
14
Selanjutnya M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa “ kata
ءاشحفلا
al-fahs yâ’keji adalah nama bagi
segala perbuatan atau ucapan, bahkan keyakinan, yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat serta mengakibatkan dampak buruk
bukan saja bagi pelakunya tetapi juga bagi lingkungann ya”.
15
Kosa kata keempat
يْغبْلا
dalam kamus Al Munawwir kata
يْغبْلا
memiliki kesamaan arti dengan
ملْظلا
yang berarti aniaya atau kelaliman.
16
Sedangkan dalam buku Terjemah Tafsir Al Maragi “menyombongkan diri kepada manusia dengan melakukan kezaliman
dan permusuhan”.
17
Kemudian M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa “kata
يغبلا
al-baghypenganiayaan terambil dari kata baghâ yang berarti memintamenuntut, kemudian
maknanya menyempit sehingga pada umumnya ia digunakan dalam arti menuntut hak pihak lain tanpa hak dan dengan cara aniayatidak
wajar”.
18
d. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90
1 Munâsabah Ayat
Masing-masing ayat dalam al-Qur`ân adalah suatu kesatuan dimana antara ayat satu dengan ayat lainnya tidak dapat dipisahkan
pengertiannya. Sebagaimana di ketahui bahwa penyusunan ayat-ayat dalam al-Qur`ân tidak di dasarkan pada kronologis masa turunnya,
melainkan pada korelasi makna ayat-ayatnya sebagai kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan ayat kemudian.
Dalam surat an-Nahl ayat 90 itu mempunyai munâsabah atau korelasi dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 89:
14
Ahmad Mustafa Al Maragi, op.cit., h. 234.
15
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an, op.cit., h.
701.
16
Ahmad Warson Munawwir, op.cit., h. 98.
17
Ahmad Mustafa Al Maragi, loc.cit.
18
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an, op.cit., h.
702.
“dan ingatlah akan hari ketika Kami bangkitkan pada tiap- tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami
datangkan kamu Muhammad menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab Al Quran untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
”. Dalam buku al-Qur`ân dan tafsirnya mejelaskan bahwa :
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah SWT menjelaskan azab yang akan menimpa orang-orang kafir pada hari kiamat serta kesaksian
Nabi-nabi atas umatnya pada saat itu. Al-Qur`ân sebagai petunjuk bagi umat Islam dalam menghadapi kehidupan yang terakhir yaitu
hari kiamat, adalah alasan bagi Nabi SAW terhadap umatnya untuk mengemukakan kesaksiannya. Dalam surat an-Nahl ayat
90, Allah SWT menguraikan lagi pokok-pokok isi al-Qur`ân untuk dijadikan pegangan bagi umat Islam, hidup dalam dunia ini
menuju kebahagiaan akhirat.
19
Pada surat an-Nahl ayat 89 menjelaskan tentang keutamaan al- Qur`ân serta berisikan penjelasan dan petunjuk bagi umat manusia,
maka di dalam surat an-Nahl ayat 90 menjelaskan rincian pokok- pokok petunjuk yang terdapat dalam al-Qur`ân.
Sedangkan dalam surat an-Nahl ayat 91 yaitu:
“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat ”.
19
Hafizh Dasuki, dkk., op.cit., h. 446.
Menurut A. Mujab Mahali ayat ke 91 diturunkan untuk memberi perintah agar kaum muslimin berbaiat kepada Rasulullah SAW
yakni berjanji setia untuk mempertahankan panji-panji Islam dan memeluk Islam dengan penuh konsekuen.
20
Penulis memahami bahwa munâsabah atau korelasi ayat 91 dengan ayat 90 adalah dalam ayat 90 merupakan uraian pokok-
pokok isi al-Qur`ân untuk dijadikan petunjuk bagi umat Islam di dunia agar mendapatkan kebahagiaan di akhirat, isi ayat 90 yakni
mengenai perintah dan larangan Allah SWT. Sementara dalam ayat 91 melanjutkan sebagaimana di pahami dari konteksnya kandungan
ayat ini yaitu mengenai perintah Allah SWT agar manusia melaksanakan apa yang telah diperintahkan-Nya, jauhilah apa yang
dilarangNya serta tepatilah perjanjian Allah apabila kamu berjanji. Kesimpulannya yaitu ayat 91 dan ayat 90 sebagai penjelas dari ayat
89.
2 Asbabun Nuzul
Sebagaimana penjelasan dari Ahmad Syadah dan Ahmad Rofi’i bahwa “menurut bahasa sabab al-nuzûl berarti turunnya ayat-ayat
al-Qur`ân ”.
21
Sementara Rachmat Syafe’i menjelaskan bahwa “asbab an-nuzûl ialah ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa
yang terjadi, yang ada hubungannya dengan turunnya ayat al- Qur`ân, yang dapat dijadikan kasus dalam penjelasan ayat
”.
22
Jadi asbabun-nuzûl merupakan sebab-sebab turunnya sesuatu yang mana dalam kategori ini diprioritaskan dalam ayat suci al-
Qur`ân yang artinya sebab-sebab diturunkannya ayat atau surat dari Allah pada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang
kemudian disampaikan kepada umat Nabi Muhammad SAW untuk
20
A.Mujab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Quran Al-Maidah – Al-Isra, Jilid.
2, Jakarta: Rajawali, 1989, cet. 1, h. 257.
21
Ahmad Syadah dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, Jilid. I, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, cet. I, h. 89.
22
Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, 2006, cet. 6, h. 26.