11
b. Respons terpimpin Guided response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme Mecanism
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka hal
ini sudah menunjukkan praktik tingkat tiga. d. Adopsi Adoption
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2. Perilaku Reproduksi
Perilaku reproduksi dapat diartikan sebagai aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan untuk mendapatkan keturunan. Perilaku reproduksi dalam
hal ini adalah mengacu pada perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perilaku reproduksi atau perilaku seks remaja dalam suatu masyarakat
ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan sosial, antara lain keluarga, informasi, dan teman sebaya Laksmiwati, 2001. Masuknya kebudayaan
asing dapat merubah tata nilai dan perilaku remaja yang disebabkan oleh komunikasi global dan perubahaninovasi teknologi. Sebaliknya faktor
kreativitas internal yang berbentuk perubahan intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan perilaku reproduksi.
Setiap bentuk perilaku memiliki makna tertentu yang ditujukan untuk
12
kebutuhan tertentu. Remaja dapat memiliki variasi perilaku yang ditujukan untuk tujuan hidup yang beragam.
Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang
lama menyebabkan munculnya norma- norma dan nilai- nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku reproduksi disosialisasikan. Berbagai
bentuk perilaku yang diwujudkan lazimnya sejalan dengan norma- norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan sebaliknya ada perilaku
yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat, begitu pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku
reproduksi dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku seks pranikah di kalangan remaja.
Seks bebas atau disebut juga extra-marital intercouse merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar, bukan saja oleh
agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat. Perilaku tersebut ternyata cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang secara
biopsikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. Pada tahap ini remaja biasanya lemah, yaitu lemah dalam pemahaman nilai- nilai, norma
dan kepercayaan, atau superego, maka mereka lebih cenderung suka bertindak ceroboh, coba-coba dan salah. Hanya sekedar memenuhi
keinginan yang berlebihan, mereka rela mengorbankan moralitasnya untuk memenuhi kehendak mendapatkan pujian dari kelompok referensinya. Di
sinilah pentingnya pendidikan seks yang lebih transparan dan bertanggung
13
jawab, untuk menghindari munculnya bentuk pembebasan seks liberal di luar kendali superego Amirculin, 1997.
3. Dampak perilaku seks bebas