1. Data Proyek Tempat Penelitian:
a. Nama Proyek
: Pembangunan Hotel The Regale
b. Lokasi Proyek
: Jalan Adam Malik Medan
c. Fungsi Bangunan
: Hotel, Restaurant dan Convention Hall
d. Konsultan Struktur
: CV Prima Abadi Jaya
e. Waktu Pelaksanaan
: 10 Oktober 2011 s.d. 2014 f.
Kontraktor Pelaksana : CV Prima Abadi Jaya
Sub Kontraktor: a.
Pekerjaan Pondasi : PT Geoteknik Lestari Utama
b. Pekerejaan Beton
: CV Prima Abadi Jaya c.
Pekerjaan Bekisting : CV Prima Abadi Jaya
2. Ruang Lingkup Proyek
Ruang Lingkup Proyek pembangunan Hotel The Regale meliputi: a.
Pekerjaan Tanah galian dan timbunan; b.
Pekerjaan Pondasi tiang pancang; c.
Pekerjaan Struktur; d.
Pekerjaan Arsitektur e.
Pekerjaan Mekanikal; f.
Pekerjaan Elektrikal.
4.2. Gambaran Proses Pekerjaan 4.2.1. Pekerjaan Struktur
Ada beberapa tahap pada pekerjaan struktur, yaitu: 1.
Proses Bekisting Bekisting adalah cetakan beton yang diisi dengan adonan beton sampai
adonan beton tersebut mengeras dalam jangka waktu ± 1 hari. Pada proses bekisting ini terdapat 6 orang pekerja. Proses bekisting diawali dengan pembuatan atau
perakitan mal bekisting. Mal dirakit dengan bentuk persegi, sedangkan disisi atas mal
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan terbuka supaya dapat dilakukan pengecoran. Pada saat merakit bekisting, pekerja menggunakan gergaji untuk memotong-motong mal sesuai dengan ukuran
yang ditentukan. Pada saat menggergaji, tangan pekerja yang kiri memegang kayu dan tangan pekerja yang sebelah kanan memegang gergaji. Jarak antara tangan kiri
dengan gergaji pada saat proses penggergajian sedang berlangsung cukup dekat dan gergaji yang digunakan sangat tajam. Pekerja menggunakan palu serta paku untuk
menghubungkan balok kayu. Antara tripleks satu dengan yang lainnya harus rapat dan tidak terdapat rongga-rongga agar adukan beton tidak merembes keluar dari mal.
Setelah bekisting terbentuk kemudian dilakukan pengangkutan dengan menggunakan Tower crane TC untuk mengangkut perahu bekisting dari tempat perakitan
bekisting ke tempat pemasangan bekisting. Setelah bekisting tersebut diangkut, pekerja menempatkan bekisting tersebut pada posisi yang telah ditentukan. Kemudian
bekisting tersebut dipasang.
Gambar 4.1. Pemasangan bekisting
Universitas Sumatera Utara
2. Proses Pembesian
Pada proses pembesian, langkah pertama yang dilakukan adalah fabrikasi besi tulangan. Pada proses ini terdapat 6 orang pekerja. Proses fabrikasi besi terdiri dari
pemotongan dan pembengkokkan besi tulangan. Besi tulangan dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan dengan menggunakan bar cutter, sedangkan
pembengkokan besi tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender. Pekerja menggunakan bar cutter dengan cara memasukkan besi tulangan yang akan dipotong
ke dalam gigi bar cutter, kemudian dalam hitungan detik besi akan terpotong. Pekerja bekerja dengan posisi jongkok saat melakukan proses pemotongan besi tulangan
dengan bar cutter. Sikap kerja pekerja tersebut jongkok dalam jangka waktu yang cukup lama sambil memasukkan besi tulangan ke dalam mesin bar cutter kemudian
terus berjongkok sambil menunggu semua besi tulangan terpotong. Pekerja menggunakan bar bender untuk membengkokkan besi tulangan. Besi tulangan yang
akan dibengkokkan di setting ke ram bar bender. Saat mesin dihidupkan, besi tulangan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur
sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci
pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Sikap kerja
pekerja saat melakukan pembengkokan besi tulangan adalah berdiri dalam waktu yang cukup lama.
Besi tulangan yang telah difabrikasi tersebut kemudian dirakit dengan cara mengikatkan tulangan pokok kolom dengan tulangan sengkang menggunakan kawat
Universitas Sumatera Utara
bendrat dimana kawat bendrat yang digunakan cukup tajam. Sikap pekerja saat merakit besi tulangan tersebut adalah jongkok bahkan ada yang setengah berdiri.
Untuk memotong kawat bendrat tersebut digunakan gegep. Pekerja menggunakan tangan kanan untuk memegang gegep dan tangan kiri untuk memegang kawat bendrat
yang akan dipotong. Kawat bendrat ini digunakan sebagai penguatpengikat pada rangkaian-rangkaian tulangan agar tidak terjadi pergeseran saat pemasangan dan
pengecoran. Tulangan kolom yang telah selesai dipabrikasi dipasang pada posisi kolom. Kemudian tulangan kolom diangkut ke lokasi pemasangan dengan
menggunakan tower crane. Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan cara mengikatkan kawat bendrat pada tulangan utama. Pekerja memanjat tulangan kolom
yang akan diikatkan dengan kawat bendrat. Setelah tulangan kolom terpasang maka pada tulangan kolom tersebut diberi penyangga sementara berupa besi tulangan agar
posisinya tetap tegak.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Proses Pembesian
3. Proses Pengecoran
Pada proses pengecoran terdapat 4 orang pekerja. Proses pengecoran diawali dengan mencampur adonan beton dengan menggunakan concrete mixer truck.
Kemudian pekerja menuangkan adonan tersebut ke dalam suatu wadah yaitu concrete bucket yang dihubungkan dengan sling TC yang pengangkutannya dilakukan dengan
bantuan TC. Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari concrete mixer truck sampai ke lokasi pengecoran. Ada 1 pekerja yang diangkat dengan TC bersama
dengan concrete bucket untuk mengatur katup agar adonan beton dapat keluar dari concrete bucket sehingga proses pengecoran dapat berlangsung. Kemudian
selanjutnya adalah memadatkan adonan beton yang dituangkan ke dalam bekisting dengan menggunakan mesin vibrator. Tujuannya yaitu agar udara atau angin yang
masih berada dalam adonan tersebut bisa keluar sehingga tidak menimbulkan rongga- rongga udara atau lubang. Rongga- rongga udara ini dapat menyebabkan keropos dan
jika jumlahnya terlalu banyak serta punya ukuran lubang yang besar bisa menjadikan
Universitas Sumatera Utara
kualitas beton jadi berkurang. Terdapat 1 pekerja yang bertugas memegang kepala vibrator dimana mesin vibrator atau alat penggetar ini bekerja dengan cara
menggetarkan bekisting yang sudah dituangkan dengan adonan beton. Pekerja tersebut bekerja cukup dekat dengan mesin vibrator tersebut.
Gambar 4.3. Proses Pengecoran 4.2.2. Pekerjaan Arsitektur
Beberapa tahap pada pekerjaan arsitektur, yaitu: 1.
Pekerjaan Dinding Pekerjaan dinding pada proyek ini dimulai dari memasang bata. Jumlah
pekerja pada pekerjaan dinding adalah 12 orang. Pekerja menggunakan scaffolding untuk saat proses pemasangan bata sedang berlangsung karena proses pekerjaannya
banyak dilakukan pada ketinggian. Setelah dinding terpasang sampai atas, maka
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pelapisan penutup dinding bata. Pelapisan dilakukan dengan diplester untuk dinding dalam. Di awal pekerjaan plesteran, pasangan tembok harus dibasahi
dahulu. Pembasahan dilakukan dengan memakai kuassikat. Hal ini dimaksudkan agar debukotoran yang menempel dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran dapat
melekat dengan baik pada tembok. Kemudian dilakukan pelapisan plesteran dengan menggunakan jidar yang terbuat dari aluminium. Penggunaan jidar dimaksudkan agar
lapisan plesteran dapat merata ke seluruh permukaan dinding dan tidak bergelombang. Sikap kerja pekerja saat melakukan pemerataan plesteran adalah
dengan cara memegang jidar dengan posisi kedua tangan menggenggam ujung jidar dengan kuat dan posisi badan berdiri sampai jongkok untuk melakukan pemerataan di
bagian bawah. Jidar yang digunakan tersebut cukup tajam. Selanjutnya plesteran tersebut ditunggu sampai mengering lalu dapat dilakukan proses pengacian. Proses
mengaci plesteran dinding dimaksudkan untuk menutup pori-pori yang terdapat pada plesteran. Fungsinya adalah untuk menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan
lebih rapi, serta menutup lubang pori-pori plesteran sehingga permukaan plesteran mudah dicat dan memperindah penampilan dinding. Pelapisan bahan acian dinding
juga dengan menggunakan jidar yang terbuat dari aluminium. Sama halnya saat melakukan proses pemlesteran, sikap kerja pekerja saat melakukan pengacian adalah
dengan cara memegang jidar dengan posisi kedua tangan menggenggam ujung jidar dengan kuat dan posisi badan berdiri sampai jongkok untuk melakukan pemerataan
acian di bagian bawah. Kemudian dilakukan pengecatan dinding. Pada proses pengecatan, pekerja dibantu dengan scaffolding untuk melakukan pengecatan di
ketinggian.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Proses plesteran dan pengacian
2. Pekerjaan lantai
Pada proses pekerjaan lantai hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan lahan yang akan dipasang keramik. Jumlah pekerja pada proses ini
adalah 10 orang. Kemudian pekerja melakukan pengukuran dan pengecekan siku dari ruangan yang akan dipasang. Kemudian pekerja melakukan flooring lantai sesuai
level yang telah ditentukan. Flooring adalah peninggian level dengan adukan sesuai tinggi yang telah ditentukan. Aduk semen yang telah dicampur dengan air
secukupnya, kemudian dituang ke area yang akan dipasang keramik. Pada saat pengadukan semen, pekerja menggunakan sekop dan cangkul sehingga bahan-bahan
tersebut dapat tercampur. Pada proses tersebut, pekerja hanya menggunakan sandal dan ada pekerja yang tidak menggunakan alas kaki dan gerakan pekerja saat
pencampuran sedang berlangsung cukup cepat. Setelah adukan diratakan kemudian keramik dipasang pada area yang telah diberi adukan. Pemotongan keramik
menggunakan mesin gerinda tangan untuk membuat potongan keramik sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat pemotongan keramik, debu-debu Pekerja bekerja di atas
Universitas Sumatera Utara
tanah sambil berjongkok saat proses pemotongan sedang berlangsung. Tangan kanan memegang mesin gerinda tangan dan tangan kiri memegang sisi kiri keramik dimana
putaran dari batu gerinda cukup cepat dan jarak antara tangan dan mesin gerinda cukup dekat. Keramik yang dipotong akan membuat sisi keramik menjadi tidak rata,
sehingga untuk meratakannya digunakan mesin gerinda tangan dengan batu gerinda yang disesuaikan fungsinya untuk meratakan dan merapikan sisi keramik.
Gambar 4.5. Pemasangan keramik dan pemotongan keramik dengan gerinda
3. Pekerjaan pintu dan jendela
Pada saat pemasangan dinding, lobang untuk kusen pintu dan jendela telah dipersiapkan agar tidak perlu melakukan pembongkaran. Jumlah pekerja pada proses
ini adalah 9 orang. Ukuran lobang disesuaikan dengan ukuran kusen. Kusen yang digunakan pada proyek ini terbuat dari bahan aluminium. Kemudian kusen
aluminium tersebut difabrikasi dengan menggunakan mesin gerinda tangan. Tangan kanan memegang mesin gerinda tangan dan tangan kiri memegang kusen aluminium
dimana putaran dari batu gerinda cukup cepat dan jarak antara tangan dan mesin gerinda cukup dekat. Pekerja bekerja sambil berjongkok dan proses pemotongan
kusen dilakukan diatas tanah. Lalu kusen dimasukkan ke dalam lobang. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
dibuat lobang untuk tempat skrup pada dinding melalui lobang kusen dengan menggunakan alat bor. Pekerja memegang tangkai pemegang mesin bor kemudian
proses pemboran pun dilakukan di titik dimana fischer akan dimasukkan. Pekerja menggunakan scaffolding untuk dapat membor bagian sudut atas dan sikap kerja
pekerja adalah membor sambil berjongkok. Berikutnya fischer dimasukkan paku skrup ke dalam lobang yang sudah dibor, lalu digunakan obeng untuk
mengencangkan fischer. Siapkan daun pintu dan jendela yang sudah dirangkai penuh dan sudah terpasang kaca. Kemudian daun pintu dan jendela tersebut dimasukkan ke
lobang kusen. 4.
Pekerjaan plafon Pada pekerjaan plafon terdapat 7 orang pekerja. Hal yang pertama dikerjakan
adalah memasang rangka plafon dari metal furing. Kemudian dilakukan pengukuran garis ketinggian plafon dengan menggunakan waterpass pada beberapa titik di
sekeliling ruangan yang akan dipasang rangka. Langkah berikutnya adalah pemasangan wall angle siku metal sebagai penyangga metal furing. Tempatkan siku
metal pada tanda garis, kemudian bor siku metal tersebut. Pekerja melakukan pemboran dengan menggunakan scaffolding dimana proses pekerjaan tersebut
dilakukan di ketinggian dan pekerja melakukan proses tersebut sambil berdiri. Karena posisi siku metal yang akan dibor cukup tinggi, tangan pekerja saat membor pun
harus naik dan arah pandang mata ke atas. Lalu siku tersebut dibaut dengan kencang agar kuat menyangga metal furing. Teruskan pemasangan siku metal pada bagian
dinding yang lain. Potong metal furing sesuai dengan panjang yang direncanakan dan tempatkan di atas siku metal dengan menggunakan mesin gerinda tangan. Proses
Universitas Sumatera Utara
pemotongan tersebut dilakukan diatas tanah dan sikap pekerja adalah jongkok dimana kaki kanan ditekuk dan menyentuh tanah, sedangkan kaki kiri ditekuk tapi tidak
menyentuh tanah. Kemudian kencangkan dengan baut. Rangka utama digantungkan pada kawat penggantung dengan menggunakan U clamp dan ditempatkan di atas
metal furing dengan posisi menyilang. Pekerja dibantu dibantu dengan scaffolding untuk menggantung rangka utama tersebut. Kaitkan persilangan kedua jenis metal
tersebut dengan menggunakan channel clamp. Langkah berikutnya adalah pemasangan papan gypsum. Proses pemasangan
gypsum dibantu dengan menggunakan scaffolding. Tandai lokasi metal furing pada siku metal dengan spidol untuk melakukan pemboran sebagai tempat sekrup gypsum
pada metal. Pekerja menggunakan scaffolding saat proses pemboran dan sikap pekerja berdiri dan arah pemboran mengarah ke atas yang mengharuskan kepala
pekerja untuk selalu mengarah keatas kepada posisi metal furing yang akan dibor. Selalu memulai memasang papan gypsum dari sudut ruangan, sehingga papan bisa
dipergunakan selembar penuh. Posisikan panel gypsum dalam keadaan menyilang dengan rangka metal furing. Teruskan pemasangan panel gypsum di seluruh ruangan.
5. Pekerjaan atap
Proyek ini menggunakan model atap yang berbentuk datar. Jumlah pekerja pada proses pekerjaan atap ini adalah 13 orang. Model atap datar ini menggunakan
dak beton. Pada proses ini dilakukan pekerjaan bekisting, pembesian , cor beton, pemlesteran dan pelapisan waterprofing. Kekuatan dak beton sangat bergantung pada
proses pengecoran. Adonan beton dari concrete pump truck dituangkan ke atas lokasi atap beton yang telah dipasang besi tulangan. Concrete pump truck adalah truk yang
Universitas Sumatera Utara
dilengkapi dengan pompa dan lengan untuk memompa campuran beton dari truk ke tempat yang sulit dijangkau. Untuk pengecoran atap beton yang lokasinya sangat
tinggi ini menggunakan lengan concrete pump truck yang disambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Beton yang dituang
harus menyebar dan tidak boleh ditimbun. Ada seorang pekerja yang bertugas untuk memegang ujung dari pipa sebagai jalan keluar dari adonan beton agar beton tidak
tertimbun di satu tempat saja. Pekerja tersebut bergerak ke semua lokasi yang akan dituang beton. Supaya beton menyebar, maka pekerja meratakan dan menyebarkan
dengan menggunakan cangkul sehingga menjadi rata ke semua permukaan atap. Pada saat proses meratakan adonan beton dengan cangkul terjadi, ada beberapa pekerja
tidak memakai sandal. Pekerja melakukan proses pemerataan dengan cepat agar beton tidak segera mengering dimana posisi badan pekerja saat menggunakan cangkul
adalah membungkuk dengan gerakan tangan yang cepat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada saat pekerjaan pengecoran dengan concrete pump truck
berlangsung dibutuhkan concrete vibrator yaitu suatu alat yang digunakan untuk memadatkan beton sehingga mendapatkan hasil beton yang tidak keropos. Pada saat
proses pengeringan, dak beton yang baru dicor harus ditutup dengan karung basah dan disiram setiap hari. Dak beton tidak boleh terlalu cepat kering karena jika cepat
kering akan terjadi retak-retak yang sangat beresiko menimbulkan kebocoran di kemudian hari. Kemudian ditutup dengan plesteran, lalu dilakukan pelapisan
waterproofing yang fungsinya untuk menahan rembesan dari bahan cair atau kedap terhadap air. Sikap pekerja saat melakukan waterproofing adalah jongkok dan
Universitas Sumatera Utara
kadang-kadang setengah berdiri sambil merunduk dimana proses ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
4.3. Potensi Bahaya K3 Pada Pekerja Proyek