usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja Notoatmodjo, 2007.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya Anonim, 2010.
Agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas
kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan antara beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja Suma’mur,
2009. Tujuan akhir kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung
terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu ruangan yang nyaman, peneranganpencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang
baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya ergonomi, dan sebagainya Notoatmodjo, 2007.
2.1.3. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari resiko sakit dan celaka dengan
pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis systematic, dan dalam kerangka piker kesisteman system oriented Anonim, 2010.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan
mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan
yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja Yuli, 2005. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif
yang kegiatan utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya Notoatmodjo, 2007.
2.1.4. K3 Konstruksi
Menurut Davies 1996, keselamatan konstruksi adalah bebas dari resiko luka dari suatu kecelakaan dimana kerusakan kesehatan muncul dari suatu akibat
langsungseketika maupun dalam jangka waktu panjang. Menurut Levitt 1993 menyatakan bahwa keselamatan konstruksi adalah
usaha untuk meniadakan dari resiko kerugianluka-luka dari suatu kecelakaan dan kerusakan kesehatan yang diakibatkan oleh efek jangka panjang akibat dari
lingkungan kerja tak sehat. Selanjutnya, Suraji dan Bambang Endroyo 2009 menyatakan bahwa
keselamatan konstruksi adalah keselamatan orang yang bekerja safe for people di proyek konstruksi, keselamatan masyarakat safe for people di proyek konstruksi,
Universitas Sumatera Utara
keselamatan property safe for property yang diadakan untuk pelaksanaan proyek konstruksi dan keselamatan lingkungan safe for environment di mana proyek
konstruksi dilaksanakan. Keselamatan konstruksi pada hakekatnya adalah untuk melindungi pekerja
dan orang-orang yang ada di tempat kerja, masyarakat, peralatan dan mesin, serta lingkungan agar terhindar dari kecelakaan. Untuk itu semua dapat dilakukan dengan
usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitative. Usaha preventif biasa dengan mengadakan peraturan dan perundangan yang harus ditaati oleh semua penyelenggara
kegiatan konstruksi. Usaha kuratif dilakukan apabila ternyata terjadi kecelakaan sehingga untuk penanganannya diperlukan usaha dan dana. Usaha rehabilitative
adalah pemulihan kembali korban-korban kecelakaan manusia maupun bukan manusia agar dapat kembali berfungsi sebagaimana sebelumnya. Khusus untuk
manusia, dimungkinkan adanya perpindahan posisijob disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis yang bersangkutan setelah terjadi kecelakaan.
2.2. Potensi Bahaya