Potensi bahaya K3 pada bagian struktur

60 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Potensi bahaya K3 pada bagian struktur

Proses bekisting pada pekerjaan struktur proyek pembangunan hotel The Regale ini diawali dengan perakitan mal bekisting. Jumlah pekerja pada proses perakitan bekisting ini adalah 6 orang. Pekerja menggunakan gergaji untuk memotong kayu sesuai dengan panjang dan lebar yang direncanakan. Kayu yang dipotong berbentuk balok tersebut dihubungkan dengan paku menggunakan palu sehingga terbentuk bekisting yang diinginkan. Seorang pekerja mengaku pernah terluka tangannya akibat lalai dalam memotong kayu dengan menggunakan gergaji. Gergaji yang digunakan untuk pemotongan kayu dapat menyebabkan kecelakaan yang besar pada tangan. Selain itu cedera yang terjadi pada pekerjaan kayu disebabkan oleh tergoresnya tangan pekerja karena serpihan kayu, tertusuk paku dan terkena palu. Banyak yang menjadi penyebab dari kecelakaan kerja, salah satunya adalah karena faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman unsafe condition, yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja Tarwaka, 2008. Menurut Suma’mur 2009, salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah karena faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Proses pemotongan kayu dengan menggunakan mesin gergaji menimbulkan debu-debu kayu berterbangan dan terhirup oleh pekerja. Selain terhirup, debu-debu Universitas Sumatera Utara kayu tersebut dapat masuk ke mata pekerja yang menggunakan gergaji tersebut sehingga dapat menyebabkan gangguan penglihatan serta menurunkan konsentrasi saat bekerja. Debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru yang dimulai dari penyakit saluran nafas kecil bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Adapun penyakit- penyakit dari saluran nafas kecil adalah merupakan awal dari terjadinya COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease Depkes RI, 2003. Proses pemotongan kayu dengan menggunakan mesin gergaji juga menimbulkan bahaya getaran lengan tangan bagi pekerja yang mengoperasikannya. Pada saat proses pemotongan, mesin gergaji tersebut juga mengeluarkan bunyi yang cukup mengganggu bagi pekerja. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan mesin apabila menghantar ke tubuh manusia melalui tangan, lengan, kaki, atau anggota tubuh lainnya yang akan menimbulkan gangguan kenyamanan sampai gangguan kesehatan. Sedarmayanti 2009 menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Universitas Sumatera Utara Kemudian setelah proses perakitan tersebut selesai, bekisting diangkut ke tempat pemasangan dengan menggunakan tower crane TC. TC adalah suatu alat berat yang melakukan pekerjaan pemindahan bahan konstruksi ke tempat yang lebih tinggi ataupun lebih jauh. Alat berat merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat dapat digunakan untuk mempermudah proses seperti ; mengangkat, mengangkut, memindahkan, menggeser dan lain sebagainya dengan bantuan mesin angkat-angkut Rostiyanti, 2009. Dengan menggunakan TC maka pekerjaan lebih mudah dan cepat sampai ke lokasi pemasangan bekisting. Bekisting diangkut dengan jib yang dibantu dengan alat dari kabel baja atau sling. Resiko bahaya yang terjadi adalah pekerja yang berada di bawah dapat tertimpa material yang dibawa jika sling TC ini terputus akibat tidak mampu mengangkut beban dari material yang dibawanya. Pekerja dapat mengalami cedera patah tulang dan geger otak akibat tertimpa struktur bekisting. Setelah bekisting sampai ke lokasi pemasangan, pekerja memasang bekisting yang dibantu dengan scaffolding. Pada saat pemasangan bekisting kaki dan tangan pekerja dapat terjepit bekisting. Scaffolding digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat yang digunakan untuk memasang bekisting. Resiko yang terjadi pada penggunaan scaffolding adalah tejatuh dan pekerja yang berada di bawah tertimpa material yang digunakan untuk memasang bekisting. Universitas Sumatera Utara Scaffolding dibuat dan digunakan sebagai alat untuk menjaga agar orang yang bekerja dan material-material barang-barang yang berada diatas ketinggian tidak jatuh dan juga untuk mempermudah pekerjaan yang khususnya berada di atas ketinggian. Biasa juga digunakan sebagai penyangga suatu bangunan yang belum selesai. Potensi bahaya yang timbul pada saat bekerja di atas scaffolding adalah bahaya jatuh yang terjadi pada saat memanjat perancah, terkena barang jatuh seperti peralatan dan perkakas dan scaffolding yang terjadi karena tidak stabil dan melebihi beban yang diperbolehkan Gunanusa Utama Fabricators, 2010 . Proses perakitan dan pemasangan bekisting dilakukan diluar gedung dimana pada siang hari dengan kondisi cuaca yang panas, pekerja berpotensi terkena serangan hawa panas akibat lingkungan kerja yang panas. Proses pembesian diawali dengan fabrikasi besi tulangan dengan menggunakan bar cutter dan bar bender. Terdapat 6 orang pekerja pada proses pembesian ini. Bar cutter digunakan untuk memotong besi tulangan sedangkan bar bender digunakan untuk membengkokkan besi tulangan. Pada saat proses pemotongan dan pembengkokan besi tulangan, mesin-mesin yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan, sehingga baju yang longgar atau rambut yang terurai ditarik oleh bagian-bagian yang bergerak tersebut dan menyebabkan kecelakaan kerja, seperti lepasnya kulit kepala. Potensi bahaya lain yang dapat terjadi adalah tangan pekerja dapat terpotong akibat penggunaan bar cutter dan tangan pekerja dapat tergores besi tulangan. Pada saat proses pemotongan besi dengan menggunakan bar cutter tersebut jari seorang pekerja tergores akibat besi yang dimasukkan ke dalam mesin bar cutter tersebut. Alat bar bender tidak terlalu berbahaya bagi Universitas Sumatera Utara perkerja yang sedang mengoperasikannya, tetapi jika tidak berhati-hati pekerja dapat tergores besi. Pada saat proses pemotongan besi dengan menggunakan bar cutter tersebut menimbulkan debu-debu besi yang berterbangan sehingga dapat terhirup oleh pekerja. Besi tulangan yang sudah selesai difabrikasi kemudian dirakit untuk dipasang pada struktur bangunan. Pekerjaan merakit ring besi dilakukan dengan cara manual. Pekerja mengikatkan tulangan pokok kolom dengan tulangan sengkang menggunakan kawat bendrat untuk memotong kawat bendrat digunakan gegep. Pada saat mengikatkan tulangan dengan kawat bendrat, jari pekerja dapat tergores dan tertusuk kawat bendrat. Terdapat 2 orang pekerja yang tertusuk jarinya akibat ketidakhati- hatian saat melakukan proses perakitan. Jari pekerja juga dapat terjepit gegep yang digunakan untuk memotong kawat. Ring besi yang sudah selesai dirakit akan dipasang pada struktur bangunan. Ring besi tersebut akan diangkut ke lokasi pemasangan dengan menggunakan Tower Crane TC. Menurut penelitian Almighty 2007 kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Dari segi peralatan, penggunaan crane merupakan faktor yang paling besar terjadinya kecelakaan kerja. Walaupun ada aba-aba dari bawah untuk mengontrol penempatan ring, tetap saja terdapat suatu potensi bahaya jika tidak terdapat koordinasi yang baik antara mandor dan operator TC. Bahaya lain adalah jika sling TC putus, maka hal Universitas Sumatera Utara tersebut sangat berbahaya karena material yang diangkut akan jatuh dan dapat mengenai pekerja yang ada di bawah. Pada saat pemasangan ring, tangan pekerja dapat tergores besi dan kaki pekerja dapat terjepit besi. Scaffolding juga digunakan untuk membantu pelaksanaan pemasangan ring besi. Potensi bahaya yang terjadi adalah pekerja dapat terjatuh dari scaffolding. Proses fabrikasi besi, perakitan ring besi dan pemasangan besi juga dilakukan diluar gedung pada siang hari sehingga pekerja berisiko untuk terpapar cuaca panas. Pada proses pengecoran dilakukan pencampuran beton dengan menggunakan concrete mixer truck. Adonan beton yang sudah jadi tersebut dipindahkan ke dalam suatu wadah yaitu concrete bucket. Kemudian concrete bucket tersebut diangkut dengan bantuan TC ke lokasi pengecoran dan dihubungkan dengan sling TC. Potensi bahaya yang terjadi adalah pekerja dapat cidera akibat kejatuhan hasil coran beton pada saat proses penuangan beton. Potensi bahaya lain adalah pekerja dapat mengalami cidera bahkan kematian akibat kejatuhan concrete bucket yang jatuh akibat sling TC putus. Pada saat sudah sampai di zona yang akan dicor, concrete bucket tersebut diturunkan untuk menaikkan satu pekerja yang akan mengatur katup. Hal ini berbahaya karena pekerja dapat terjatuh dari concrete bucket. Resiko lain yang dapat terjadi adalah tangan pekerja dapat terkena sabetan sling baja pada saat mengangkat concrete bucket dengan menggunakan TC. Adonan beton yang sudah dimasukkan ke dalam bekisting kemudian dipadatkan dengan mesin vibrator untuk membuat beton menjadi rata serta menghasilkan beton yang kuat dan tahan lama. Pada saat penuangan adonan beton, Universitas Sumatera Utara debu-debu beton berterbangan sehingga terhirup oleh pekerja dan juga dapat masuk ke mata. Pada saat memadatkan beton dengan mesin vibrator, pekerja yang bertugas memegang kepala vibrator dapat terkena cipratan beton yang dapat melukai indra penglihatan dan menghirup debu-debu beton. Mesin vibrator atau alat penggetar ini menimbulkan efek getaran bagi pekerja yang bertugas memegang kepala mesin tersebut. Mesin vibrator ini juga mengeluarkan suara yang nyaring berfrekuensi tinggi jika berada di luar beton. Tetapi ketika dimasukkan ke dalam campuran beton maka frekuensi suaranya menjadi rendah, kemudian lambat laun suaranya akan meninggi dan mencapai frekuensi yang konstan. Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan pendengaran audiotory dan extra auditory seperti stress kerjapsikologik, hipertensi, kelelahan kerja dan perasaan tidak senang annoyance Tana, 2002. Pekerjaan struktur pada proyek pembangunan hotel ini dilakukan pada siang hari sehingga pekerja dapat terpapar suhu panas. Sedarmayanti 2009 menyatakan dalam bukunya bahwa suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya. Universitas Sumatera Utara

5.2. Potensi bahaya K3 pada bagian arsitektur