UJI ASUMSI KLASIK ANALISIS DATA

commit to user 33 maksimum sebesar 12,75, nilai rata-rata sebesar 9,2223, dan standar deviasi dengan nilai sebesar 1,91299.

C. UJI ASUMSI KLASIK

a. Uji Normalitas

Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistika parametric, sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dialkukan agar asumsi dalam statistika parametric dapat terpenuhi. Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat output chart yang dihasilkan yaitu berupa Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Persyaratn normalitas bias dipenuhi jika nilai-nilai sebaran data terletak di sekitar garis diagonal tidak terpencar jauh dari garis diagonal. Cara lain yang digunakan adalah Kolmogrof-Smirnov Sujianto, 2007. Dari table One-Sample Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. 2-tailed. Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 untuk pengambilan nkeputusan dengan pedoman : 1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, distribusi data adalah tidak normal 2. Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, distribusi data adalah normal. commit to user 34 Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 60 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 431,80303613 Most Extreme Differences Absolute ,142 Positive ,068 Negative -,142 Kolmogorov-Smirnov Z 1,097 Asymp. Sig. 2-tailed ,180 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Output SPSS 11.5 Tabel IV.2 di atas menunjukkan bahwa proksi Unstandardized Residual berdistribusi normal, karena memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0,05 yakni sebesar 0,180.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson Uji DW. Uji ini dilakukan untuk mengetahui indikasi adanya korelasi antar anggota-anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang . Durbin-Watson test digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Jika nilai uji statistik Durbin-Watson lebih commit to user 35 kecil dari satu atau lebih besar dari tiga, maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi. Tabel IV.3 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Dependen Nilai Durbin-Watson Keterangan IHSG 1,888 Tidak terjadi autokorelasi Sumber: Data sekunder diolah, 2011 lampiran Dari tabel di atas bisa disimpulkan bahwa data tidak mengalami gejala autokorelasi dengan nilai uji Durbin-Watson sebesar 1,888.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi antar variabel independen satu dengan lainnya dalam suatu model regresi. Model regresi sebaiknya tidak terdapat korelasi antar variabel independennya. Jika antar variabel independen terjadi korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol Ghozali, 2005. Multikolinearitas dapat diukur dengan menggunakan Variance Inflation Factor VIF dan nilai tolerance . Jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas. Menurut Gujarati commit to user 36 1999, multikolinearitas terjadi ketika VIF 10. Akibat dari multikolinearitas adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tak terhingga. Jika terjadi multikolinearitas, maka variabel yang menyebabkan terjadinya multikolinearitas harus dikeluarkan dari model. Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Keterangan INFLASI 0,812 1,232 Terbebas dari multikolinearitas KURS 0,909 1,100 Terbebas dari multikolinearitas SBI 0,747 1,338 Terbebas dari multikolinearitas Sumber: Data sekunder diolah, 2011 lampiran

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2005: 105. Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada Gambar IV.1. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. commit to user 37 Scatterplot Dependent Variable: IHSG Regression Standardized Predicted Value 2 1 -1 -2 -3 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 2 1 -1 -2 -3 Gambar IV.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS 11.5

D. PENGUJIAN HIPOTESIS

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)

0 5 129

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar As, Tingkat Suku Bunga Sbi Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2011

1 18 141

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 85

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA SBI, PERUBAHAN KURS, DAN STANDARD & POOR’S 500 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG).

0 1 106

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA

0 0 9