Permasalahan Tujuan Manfaat Kelapa Sawit

1.2 Permasalahan

Untuk menghasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi maka perlu diperhatikan kadar air yang terdapat dalam minyak sawit terutama pada alat vacum dryer yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam minyak, dan perlu diperhatikan penggunaan alat vacum dryer di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Apakah telah bekerja dengan baik sehingga dapat mengurangi kadar air dalam minyak dan sesuai dengan standard mutu yang di tetapkan oleh pihak Standard Nasional Indonesia yaitu 0,15 untuk kadar air pada mutu CPO.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah kadar air pada minyak kelapa sawit yang dihasilkan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit telah sesuai dengan standard mutu yang ditetapkan oleh pihak Standart Nasional Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah penggunaan alat Vacum Dryer telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mengurangi kadar air dalam minyak sehingga dapat menghasilkan kualitas minyak kelapa sawit yang baik.

1.4 Manfaat

Untuk mengetahui bahwa alat vacum dryer telah bekerja dengan baik, maka pihak perusahaan dapat meningkatkan efisiensi kerja alat vacum dryer untuk menghasilkan Minyak Sawit kasar CPO yang berkualitas. Dan sebagai sumbang pemikiran Ilmu pengetahuan dan Tekhnologi pada pengolahan Kelapa Sawit secara khususnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil prosduksi perhektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarahkan pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa Universitas Sumatera Utara sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas Perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke Negara - negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16 dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.0000 ton minyak sawit. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat PIR-bun. Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Universitas Sumatera Utara Para investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Potensial area perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Pengembangan perkebunan tidak hanya diarahkan pada sentra - sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan, tetapi daerah potensi pengembangan seperti Sulawesi dan Irian Jaya terus dilakukan. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 1998 tercatat lebih dari 84 produsen minyak kelapa sawit, sedangkan jumlah pabrik mencapai 205 pabrik kelapa sawit crude palm oil, CPO mencapai 8.074 tonTBS tahun yang tersebar hampir seluruh potensi di Indonesia. Yan Fauzi, 2002. Kelapa Sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai DuraD, TeneraT, dan PisiferaP. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara memanjangmelintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh dura dan persifera, memliki cangkang tipis dengan cincin serat yang sekeliling biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22-25. Persifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial. Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulanan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar TBS. Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3 - 14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15 - 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 TBS pertahun dengan berat 4 - 40 kg pertandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 - 3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 g. Universitas Sumatera Utara TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan Inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil CPO dan inti harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi. Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah mesokarp dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel . Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia . Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal. Peningkatan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang pula untuk pengembangan industri hilir. Dengan demikian nilai tambah akan diperoleh sekaligus akan menambah lapangan kerja baru. Sebagian produksi minyak sawit di ekspor guna mengisi pasar sekaligus mempertahankan pasar Internasional dimana saham Indonesia sekitar 20 - 25. Upaya ini dipertahankan sebagai sumber devisa. Meskipun sumbangannya hanya 1 - 2 saja namun pengaruhnya cukup besar dipasar internasional. Komoditi ini juga merupakan komoditi yang diperhitungkan dalam 10 bahan pokok. Tinggginya harga minyak goreng dapat mempengaruhi tingakat inflasi. Komoditi ini merupakan komoditi yang cukup tangguh mengahadapi situasi iklim. Naibaho.,P. 1996 Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengolahan Kelapa Sawit