BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi terdahulu.Namun bukan berarti perjuangan berakhir di titik ini saja, karena akhir dari perjuangan
merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi selanjutnya untuk mempertahankan serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang kehidupan.Pembangunan
dapat diartikan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa Siagian, 1983:2-3. Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka upaya
mewujudkan cita-cita negara Kesejahteraan Welfare State.Konsep tersebut bersumber dari pemahaman tentang fungsi negara. Dalam Welfare State, negara tidak lagi hanya bertugas
memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya Ndraha dalam Boediono,2006:313. Dalam pandangan tersebut, negara
dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan.Masalah ini
menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu melibatkan
berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah.Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2008.
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan
BupatiWalikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara
khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dan gabah dalam negeri. Program Raskin Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin adalah sebuah
program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK- 12072003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Program Raskin ini sebenarnya diawali dengan Program Operasi Pasar Khusus Beras pada tahun 1998. Operasi ini merupakan tindak lanjut dari adanya krisis ekonomi pada
pertengahan tahun 1997, disertai kemarau kering serta bencana kebakaran hutan dan ledakan serangan hama belalang dan hama wereng coklat yang telah menyebabkan penurunan produksi
pangan secara nyata. Penurunan ini dipicu kenaikan harga pupuk dan obat pemberantas hama yang cukup tinggi. Harga beras kemudian semakin meningkat naik sejak bulan Mei 1997 dan
mencapai puncaknya sekitar Mei - Juni 1998. Program Raskin dilaksanakan sebagai konsekuensi logis dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM yang subsidinya ditarik oleh pemerintah
pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga bahan pangan sembilan bahan pokok, salah satunya beras.
Program Raskin ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan
perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 Kgrumah tangga miskinbulan dengan masing-masing seharga Rp. 1600,00Kg Netto di titik distribusi. Program ini mencakup
di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di pegang oleh Perum Bulog www.digilib.itb.ac.id.
Tujuan mulia pemerintah untuk memberikan bantuan pada keluarga miskin tidak luput dari penyimpangan.Menurut pemantauan di lapangan, ada empat masalah dalam penyaluran
program raskin.Pertama, mengenai salah sasaran.Program raskin yang semestinya disalurkan atau dijual kepada keluarga-keluarga miskin ternyata banyak juga yang jatuh pada kelompok
masyarakat lain keluarga sejahtera.Salah sasaran ini banyak disebabkan oleh human error, di mana para petugas lapangan justru membagi-bagikan kupon raskin pada keluarga dekat atau
teman kerabatnya.Bahkan tidak sedikit keluarga sejahtera yang menagih jatah beras murah tersebut. Menurut Lembaga Penelitian SMERU, Raskin menjangkau 52,6 rumah tangga
miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relative tinggi, yakni 36,9. Bahkan World Bank 2006 : 215 melaporkan bahwa Raskin lebih banyak diterima oleh rumah
tangga bukan miskin. Kedua, jumlah beras yang dibagikan sering tidak sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Jumlah raskin yang dijual kepada masyarakat miskin sudah pasti berkurang karena pembagian beras, sering tidak diukur dalam bentuk kilogram sesuai dengan program
tetapi dalam liter, sehingga kuantitas beras yang diterima tak sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Kekurangan jumlah itu juga terjadi karena petugas lapangan berusaha untuk bertindak adil dengan membagikan raskin kepada hampir seluruh warga, termasuk yang tidak
menerima kupon. Ketiga, berhubungan dengan masalah sebelumnya, yakni disebabkan kesalahan data
jumlah keluarga miskin.Hal ini terjadi akibat masih buruknya koordinasi antara birokrasi baik dari pusat, provinsi, kabupatenkota, hingga desa, atau kelurahan. Akibatnya, kuantitas jumlah
keluarga miskin yang didata bisa lebih besar atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga Raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan atau bahkan kelebihan jatah.
Keempat, harga yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Naiknya harga raskin yang harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk
menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan distribusi beras atau biaya transportasi, pengadaan kantong plastik, dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga,
sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan http:newspaper:pikiran-rakyat.com.
Fakta tentang masih banyaknya masyarakat miskin yang tidak terserap dan terdata untuk merasakan program Raskin tersebut juga terdapat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan
Sunggal. Saat ini masih ada rakyat miskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang belum mendapatkan kepastian terhadap beras untuk masyarakat miskin. Hal ini merupakan satu
bagian dari bentuk diskriminasi terhadap rakyat miskin dalam memperoleh Raskin. Dari paparan Implementasi Program Raskin tersebut dapat disimpulkan bahwa
penyaluran raskin amat rentan terhadap kesalahan, penyelewengan, dan bahkan manipulasi.Dengan melihat banyaknya permasalahan dalam penyaluran raskin kepada Rumah
Tangga Miskin, maka dengan itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
“Implementasi Program Raskin Beras Untuk Masyarakat Miskin di Kecamatan Medan Sunggal studi kasus Kelurahan Babura”.
1.2 Perumusan Masalah