Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Konsep

“Implementasi Program Raskin Beras Untuk Masyarakat Miskin di Kecamatan Medan Sunggal studi kasus Kelurahan Babura”.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Program Raskin Beras Untuk Masyarakat Miskin di Kecamatan Medan Sunggal.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi Program Raskin di Kecamatan Medan Sunggal. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi beras untuk masyarakat miskin di Kelurahan Babura.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah: 1. Secara teoritis akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai implementasi program jaminan kesehatan,serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan informan penelitian yang lebih banyak. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan implementasi program Raskin.

1.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Selanjutnya, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep Singarimbun, 1999:37. Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini. 1.5.1 Kebijakan Publik 1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus dapat berinteraksi dengan orang lain. Di dalam setiap interaksi itu kadang kala membawa masalah.Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan yang mencakup segala sendi kehidupan bermasyarakat harus dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul tersebut yakni dengan lahirnya kebijakan- kebijakan tapi kadang kala, kebijakan itu tidak dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin 2004:21 kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan Anderson dalam Islamy 1997:4 mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Carl I. Friedrick dikutip oleh Riant D. Nugroho 2004 : 4 mendefinisikannya sebagai: Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada rangka mencapai tujuan tertentu. Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan.Jika ketetapan tersebut memiliki sasaran kehidupan orang banyak atau masyarakat luas, maka kebijakan itu dikategorikan sebagai kebijakan publik.Dalam perkembangan Ilmu Administrasi Negara, baik di negara berkembang bahkan di negara maju sekalipun, kebijakan publik merupakan masalah politik yang menarik untuk dikaji dan dibahas. Dari kedua penjelasan di atas dapat ditarik konsep dasar bahwa kebijakan itu adalah prosedur memformulasikan sesuatu berdasarkan aturan tertentu yang kemudian digunakan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan dalam mencapai suatu tujuan.Dalam setiap kebijakan pasti membutuhkan orang-orang sebagai perencana atau pelaksana kebijakan maupun objek dari kebijakan itu sendiri. Sebagaimana penjelasan Irfan Islamy 1999:5 kebijakan adalah suatu program kegiatan yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu Dari beberapa pandangan tentang kebijakan negara tersebut, dengan mengikuti paham bahwa kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh rakyat, maka M. Irfan Islamy 1999:20 menguraikan beberapa elemen penting dalam kebijakan publik, yaitu : 1. bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah 2. bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata 3. bahwa kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu apapun tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu 4. bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat. Menurut Anderson dalam Tangkilisan 2003:2 kebijakan publik adalah pengembangan dari kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa: a. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. b. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu. d. Kebijakan pemerintah ini dilandaskan pada perundang-undangan dan bersifat memaksa. Dalam konsep lainnya seorang pakar bernama William N. Dunn 1994 mengatakan proses analisis kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis itu nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Korten dalam Tangkilisan 2003:7 mengatakan bahwa suatu kebijakan berhasil ditentukan oleh hubungan dari tiga aspek yaitu : jenis kebijakan, penerima kebijakan dan organisasi pelaksana kebijakan. Organisasi pelaksana kebijakan harus mampu merumuskan apa yang menjadi ekspresi kebutuhan calon penerima kebijakan atau kelompok sasaran dalam sebuah kebijakan. Ini dimaksudkan agar penerima kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh organisasi pelaksana.Setiap jenis kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang berbeda sesuai dengan sifat kebijakan.Oleh karena itu, organisasi pelaksana harus memiliki kompetensi supaya dapat dapat berhasil. Selanjutnya outcome dari suatu kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima kebijakan atau target group supaya kebijakan tersebut terasa manfaatnya. Apabila outcome kebijakan tidak seperti yang dikehendaki masyarakat penerima kebijakan, maka terjadi pemborosan biaya kebijakan. 1.5.2 Implementasi Kebijakan 1.5.2.1. Pengertian Implementasi Dalam kamus Webster Wahab, 1997:64 pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implementation mengimplementasikan berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampakberakibat sesuatu. Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab 1997:65 menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan yakni memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya pedoman- pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibatdampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Menurut Wahab 1991 : 45, implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan, implementasi kebijakan tidak hanya sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi melainkan lebih dari itu. Ini menyangkut masalah konflik, keputusan dari siapa dan memperoleh apa dari suatu kebijakan. Ia juga mengatakan bahwa dalam implementasi, khususnya yang dilibatkan oleh banyak organisasi pemerintah, sebenarnya dapat dilihat dari 3 tiga sudut pandang yakni : 1. Pemrakarsa kebijakanpembuat kebijakan the center atau pusat 2. Pejabat-pejabat pelaksana di lapangan the periphery 3. Aktor-aktor perorangan di luar badan-badan pemerintah kepada siapa program- program itu diwujudkan, yakni kelompok-kelompok sasaran target group Wahab, 1997 : 63. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi kebijakan adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai “Outcome“ hasil akhir kegiatan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Sebab itu, fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara disebut “Policy delivery system” sistem penyampaianpenerusan kebijakan negara yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana tertentu yang dirancangdidesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki Wahab; 1990 : 123-124. Menurut Ripley Franklin1986:54 ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu compliance kepatuhan dan what”s happening Apa yang terjadi. Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan.Sementara untuk “what’s happening” mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. Sementara itu Cleaves dalam Wahab 1991 : 125 menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan implementasi dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskanmengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Sebaliknya, keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat dievaluasikan dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan tujuan- tujuan kebijakan. Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, tampak bahwa implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target grup, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut George C. Edward III, implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh pelaksanaan kebijakan implementor. Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan satu sama lain, yakni:

1. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan. 1 Transmisi; Pengetahuan implementor tentang program Raskin dan waktu pelaksanaannya. 2 Kejelasan; Pengetahuan implementor tahap-tahap pelaksanaan program Raskin. 3 Konsistensi; Pelaksanaan program Raskin sesuai dengan peraturan yang ada.

2. Sumber Daya

1 Staf; Ketersedian Sumber Daya Manusia SDM dalam proses Implementasi program Raskin. 2 Informasi; Ketaatan implementor dalam melaksanakan program Raskin sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis juknis dan petunjuk pelaksana juklak. 3 Wewenang; Hak masing-masing implementor dalam mengimplementasikan Raskin. 4 Fasilitas; fasilitas yang dimiliki Kantor Kelurahan Babura yang mendukung pengimplementasian program Raskin.

3. Disposisi

1 Komitmen yang dimiliki aparatur Kantor Kelurahan Babura dalam pelaksanaan program Raskin. 2 Kejujuran aparatur Kantor Kelurahan Babura terkait tugas dan fungsinya sebagai pelaksana program Raskin.

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai standard operating procedures SOP dan fragmentasi. a. Standards Operating Procedures SOP adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. b. Fragmentasi Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi. 1.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin RASKIN 1.5.3.1. Pengertian Raskin Program Raskin Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kgrumah tangga miskinbulan dengan masing-masing seharga Rp. 1.600,00 per kg netto di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog. Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain adalah: 1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS Badan Pusat Statistik, BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional, Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait. 2. Tim Koordinasi Divisi Regional Divre Provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre. 3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang dibentuk Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi. 4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan KSK yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan. 5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja Pokja di titik distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah DesaKelurahan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala DesaLurah, terdiri dari Aparat Desa Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan Raskin kepada penerima manfaat Raskin. 6. Titik Distribusi TD adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja Satker Raskin Sub Divre kepada pelaksana distribusi di Desa. Kelurahan yang dapat dijangkau penerima manfaat Raskin atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dan Sub Divre. 7. Rumah Tangga Miskin RTM adalah penerima manfaat Program Raskin di DesaKelurahan sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin. 8. Musyawarah DesaKelurahan adalah forum komunikasi di tingkat DesaKelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin. 9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik dan tidak berhama. 10. Unit Pengaduan Masyarakat UPM adalah lembaga yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur di Provinsi dan Keputusan BupatiWalikota di KabupatenKota yang berfungsi menerima dan menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik.

1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran Program RASKIN 1. Tujuan

Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

2. Sasaran

Sasaran Program Raskin Tahun 2010 adalah berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 2,73 juta ton selama setahun dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di Titik Distribusi.

1.5.3.3 Prinsip Pengelolaan

Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin RTM, yang maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti www.bapeda- jabar.go.id.

1.5.3.4 Penentuan Pagu

a. Pagu Raskin Nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat berdasarkan data RTS dari BPS dan kuantum Pagu Raskin Nasional sesuai dengan Undang Undang No. 47 tahun 2009 tentang APBN 2010. b. Pagu Raskin Provinsi dialokasikan ke kabupatenkota oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi yang dituangkan dalam Keputusan Gubernur. Untuk Sumatera Utara ini sendiri dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :501670K Tahun 2009 tanggal 2 Maret 2009 tentang penetapan Pagu beras Raskin untuk RTM Kabupatenkota se-Sumatera Utara Tahun 2009 dan mendapat alokasi pagu RTM sebanyak 86.323 RTM yang masing- masing memperoleh beras Raskin sebanyak 15 Kg RTMperbulan dengan harga Rp.1.600Kg.

1.5.3.5 Pembiayaan Operasional

Pemerintah Provinsi menyediakan anggaran untuk pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin dari APBD setempat. Pemerintah KabupatenKota mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional dari Titik Distribusi sampai di tangan Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat Raskin yang bersumber dari APBD dengan tetap mendorong keterlibatanpartisipasi masyarakat. Disamping itu anggaran Daerah hendaknya diarahkan juga untuk pembinaan UPM, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin di tingkat KabupatenKota.

1.5.3.6 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

a. RTM yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTM yang terdaftar dalam PPLS 08 BPS sebagai RTS di desakelurahan. b.Dalam rangka mengakomodir adanya dinamika RTM ditingkat desakelurahan, maka perlu dilakukan MudesMuskel untuk menetapkan kebijakan lokal: 1. Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLS 08 BPS yang sudah tidak layak atau pindah alamat keluar desakelurahan dapat diganti oleh RTM yang belum terdaftar sebagai RTS. Sedangkan untuk RTS yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah tangganya. Apabila RTS yang meninggal dunia merupakan rumah tangga tunggal tidak memiliki anggota rumah tangga dapat digantikan RTM yang belum terdaftar. 2. RTM yang belum terdaftar sebagai RTS hasil PPLS 08 BPS dan butir 1 diatas, yang dinilai layak sesuai kriteria RTS BPS dapat diberikan Raskin. c. RTS BPS yang telah diverifikasi dan hasil MudesMuskel yang memutuskan nama rumah tangga penerima manfaat Raskin tersebut butir b. diatas dimasukkan dalam daftar RTS-PM sesuai model DPM-1, yang ditetapkan oleh kepala desalurah dan disahkan oleh camat. d. Data RTS-PM Raskin di desakelurahan direkap di tingkat kecamatan dan dilaporkan kepada Tim Koordinasi RASKIN KabupatenKota.

1.5.3.7 Mekanisme Distribusi Raskin

1. Bupatiwalikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi SPA kepada kepala Sub Divisi Regional Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing KecamatanDesaKelurahan. 2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 tiga bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani. 3. Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB DO beras untuk masing-masing KecamatanDesaKelurahan kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras HPB pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan. 4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum Bulog, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas Bulog. Apabila tidak memenuhi standar kualitas Bulog, maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukardiganti. 5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima BAST yang merupakan pengalihan tanggung jawab. 6. Pelaksana distibusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin. 7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin KabupatenKota dengan kondisi objektif masing-masing daerah. Sumber : Buku Pedoman Umum Raskin 2010. Kriteria Untuk Menentukan KeluargaRumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik BPS yaitu sebagai berikut : 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10.Hanya sanggup makan satudua kali dalam sehari 11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik 12.Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan 13.Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolahtidak tamat SDhanya SD 14.Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah, seperti sepeda motor kreditnon-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1999:33.Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti maka penulis mengemukakan definisi konsep seperti dibawah ini, yaitu: 1. Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi suatu tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. 2. Program Beras miskin adalah sebuah program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu yang diharapkan dapat berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin dan secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan produktivitas keluarga miskin. Jadi, pengertian implementasi program beras miskin adalah suatu proses pengembangan kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin. Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Program Raskin adalah: 1. Standar dan Sasaran Kebijakan meliputi: a. Tingkat kesesuaian data RTS Rumah Tangga Sasaran penerima raskin sesuai dengan daftar penerima manfaat yang dikeluarkan BPS b. Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS berdasarkan pedoman umum raskin, yakni sebesar 15KgRTMBulan selama 12 bulan c. Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTM berdasarkan standar pedoman umun Raskin yakni Rp 1.600,00,- d. Kelayakan Beras Raskin untuk dikonsumsi 2. Sumber Daya, yaitu meliputi: a. Sumber daya manusia, yaitu kemampuan para pengelola Program Raskin untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. b. Sumber daya finansial yaitu merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk pengadaan Raskin dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfat itu sendiri untuk menebus Beras Raskin ini. 3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu meliputi sosialisasi internal pelaksanapengelola Program Raskin, dan sosialisasi eksternal masyarakat penerima raskin, serta koordinasi antara instansi terkait. 4. Disposisi, yakni karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti kejujuran, kemauan dalam menjalankan kebijakan tersebut. Adapun tujuan dari peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup Suharto:2005 : a. Peningkatan standar hidup melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat. b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung tinggi harga diri dan martabat masyarakatkemanusiaan. c. Penyempurnaan kebebasan dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaankemasyarakatan.

1.7 Sistematika Penulisan BAB I

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal (Studi pada Kelurahan Babura)

3 118 82

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

3 116 161

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

1 49 128

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. (Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan).

2 78 122

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Untuk Keluarga Miskin Di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

3 37 118

Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli

41 306 114

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal (Studi pada Kelurahan Babura)

0 0 23

ABSTRAKSI IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) Di Kecamatan Medan Sunggal (Studi Pada Kelurahan Babura)

0 0 23

ABSTRAKSI IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )

0 0 9