68 perbuatan kejahatan maupun kecurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
dan Pasal 56 UU Akuntan Publik, serta mengurangi hak negara dalam memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat, yang sekaligus juga
sangat merugikan masyarakat dan pihak yang berkepentingan terhadap profesi Akuntan Publik, yang dalam skala nasional dapat mengganggu stabilitas
perekonomian nasional.
Karena itu menurut Pemerintah, ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 UU Akuntan Publik telah mewujudkan adanya kepastian hukum dan telah memberikan keadilan
bagi masyarakat.
Berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas menurut Pemerintah tidak terdapat alasan yang tepat untuk menyatakan bahwa ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 UU
Akuntan Publik inkonstitusional apalagi di anggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 28C ayat 1 dan ayat 2; Pasal 28D ayat 1; Pasal 28G ayat 1; Pasal 28I
ayat 2 UUD 1945.
Karena itu Pemerintah mohon agar KetuaMajelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang mengadili permohonan Pengujian Pasal 55 dan Pasal 56 UU Akuntan Publik
untuk menyatakan permohonan para Pemohon,
ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.
[2.4] Menimbang bahwa untuk menguatkan keterangannya, Pemerintah
mengajukan 4 ahli yang telah didengar keterangannya dalam persidangan Mahkamah pada tanggal 14 Februari 2012 dan 22 Februari 2012, dan 8 Maret
2012 yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
1. Drs. Theodorus M. Tuanakotta, Ak., MBA.
Pasal 55 mengandung unsur-unsur tindak pidana bestandeelen, di antaranya perbuatan melawan hukum. Jika kita berbicara tentang perbuatan
melawan hukum, tentunya kita bicara tentang makna negatif dari kata manipulasi. Terlalu naif dan tendensius untuk mengkhawatirkan bahwa
penegak hukum akan mendakwa AP karena melakukan manipulasi dalam artian positif.
Pencantuman Pasal 55 dan Pasal 56 tidak bertentangan dengan prinsip ultimum remedium;
Bahwa pemidanaan merupakan upaya perbaikan yang terakhir.
69 Meskipun argumen seolah-olah dengan pencantuman ketentuan pidana
bertentangan dengan prinsip ultimum remedium ini muncul dalam berkas Pemohon.
Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011. Sebelumnya, AP Indonesia tidak pernah dihadapkan dengan ancaman pidana.
Dalam melaksanakan tugas audit ada berbagai pengaman yang digariskan organisasi profesi IAPI. Jika pengaman-pengaman ini dipatuhi AP,
seharusnya tidak ada perbuatan AP yang perlu dipidanakan. Namun, dunia nyata tidak selalu mencerminkan kondisi yang ideal.
Entitas bisa membuat kekeliruan, pelanggaran dan kejahatan. AP juga bisa membuat kekeliruan, pelanggaran dan kejahatan. Tentunya wujud
kekeliruan, pelanggaran dan kejahatan EntitasAuditee dan APAuditor berbeda.
Jika dan hanya jika APAuditor melakukan perbuatan-perbuatan yang termaktub dalam definisi tindak pidana, kita para Pemohon dan kami
berpendapat bahwa para pelaku memang seharusnya dijerat dengan ketentuan pidana. Inilah pengakuan bahwa negara wajib melindungi warga
negaranya. Jika dan hanya jika warga negara dirugikan atau cidera karena tindak pidana APAuditor, mereka harus dilindungi. Itulah hak konstitusional
mereka yang tidak boleh diingkari siapapun, apalagi oleh Oknum Praktisi Hitam.
Jeritan ini sebagian merupakan cerminan audit sebagai komoditas, dan sebagian lagi adalah persepsi dan fakta mengenai kelemahan penegakan
hukum di Indonesia. Kelemahan penegakan hukum di Indonesia, kelemahan mengenai due legal
process, dan kekhawatiran tentang ketidakpahaman penegak hukum mengenai profesi akuntansi bukanlah argumen yang mengada-ada. Di lain
pihak, mereka juga bukan argumen yang sahih untuk menyatakan bahwa beberapa pasal mengenai ketentuan pidana tidak selaras dengan hak-hak
konstitusional AP.
Hak-hak konstitusional adalah hak semua warga, bukan hak AP semata. Jika ada benturan antara hak-hak sesama warga dalam kedudukan yang
berbeda Entitas vs AP, AP vs Pengguna, Entitas vs Pengguna, Regulator vs AP, dst jalan keluarnya ialah rule of law.
70 Kita melihat bagaimana hak para investor Satyam dilindungi oleh rule of law
sekalipun mereka berdomisili dalam jurisdiksi hukum yang berbeda. Contoh Satyam menunjukkan bekerjanya rule of law secara universal.
Dr. Mohammad Hatta, salah seorang Bapak Pendiri Negara Republik Indonesia, memikirkan mengenai Accountant ejaan untuk akuntan di era
itu dan melindungi mereka dari para Accountant palsu, dengan Undang- Undang mengenai Accountant.
Demi perkembangan dan kemajuan profesi akuntansi yang tertib dan berwibawa dan untuk melindungi para investor dan kreditor, dalam
permohonan Pengujian Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang Akuntan Publik terhadap UUD 1945, ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima.
2. Prof. Dr. Eddy O.S Hiariej, S.H., M.Hum.