Jusuf Wibisono Zainudin, SE.

167  Kertas kerja harus mendokumentasikan prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh;  Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan kertas kerja tunduk pada pembatasan yang diatur oleh Kode Etik Profesi Akuntan Publik Indonesia dan peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.  Auditor harus menerapkan prosedur yang memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.

3. Jusuf Wibisono

 Pricewaterhouse India dapat penugasan mengaudit Satyam Computer Service Limited pada tahun buku 2007 dan 2008. Audit dipimpin oleh dua orang partner, satu senior, yaitu Gopala Krishnan dan satu junior, yaitu Talluri. Audit terakhir mencakup periode April 2007 sampai akhir kuartal September 2008;  Pada tanggal 7 Januari 2009, pendiri dan sekaligus juga pemegang saham dan chairman Satyam, Rama Lingkaraju mengirim surat ke board of directors, dengan tembusan ke beberapa bursa efek di India yang memperdagangkan Satyam dan securities lainnya. Surat tersebut berisi pengakuan bahwa dia telah mengatur kecurangan yang mengakibatkan kas perusahaan disajikan lebih besar dari seharusnya atau over stated, sebesar Indian Rupee 7000 atau setara dengan 1,2 miliar Dollar Amerika;  Pengakuan tersebut mengejutkan otoritas pasar modal di seluruh dunia karena Satyam adalah perusahaan yang bergerak di bidang IT yang cukup punya nama dan juga mengejutkan Pricewaterhouse Coopers disebut PW;  Serangkaian penyelidikan dan penyidikan terkait kecurangan dilakukan oleh otoritas yang berwenang di India termasuk oleh Central Biro of Investigation atau CBI;  Dalam masa investigasi, Rama Lingkaraju atau pendiri chairman Satyam beserta tim manajemen, termasuk di dalamnya adalah managing directors atau executive directors-nya dan chief financial officer atau direktur 168 keuangan, Pihak-pihak tersebut yang seharusnya saling menjaga corporate government-nya, tetapi mereka semua terlibat dalam kolusi. Mereka ditangkap pada bulan Januari 2009;  Dua partner PW kemudian ditangkap untuk diinterogasi sebelum masa persidangan. Raju dan manajemen Satyam dikenai tuduhan melakukan tidakan kriminal yang melibatkan konspirasi atau makar, pemalsuan, foul section of account atau mencatat rekening yang sesungguhnya bukan nilai yang sebenarnya serta penghilangan dokumen dan penipuan kepada investor. Sedangkan partner PW dituduh melakukan kolusi dengan manajemen Satyam dalam kasus kecurangan dengan cara menerbitkan laporan auditor independent atau menurut opini-opini audit yang tidak tepat. Sehingga dengan cara tersebut dituduh memanipulasikan audit opini untuk mendapatkan pembayaran audit yang lebih tinggi dari tingkat yang normal. Dia tidak dituduh oleh pengadilan kriminal di India tersebut dalam kasus melakukan manipulasi atau melakukan misconduct dalam audit, dan berkolusi dengan manajemen;  Partner PW diutus secara sadar overlooked atau secara sadar tidak melihat secara mendetail, tidak secara rinci praktik kecurangan manajemen. Sehingga dianggap ikut bertanggung jawab sebagai konspirator. Karena dia dianggap oleh Penuntut tidak melakukan review atau pengujian dengan mendetail sekali maka dianggap ikut berkonspirasi;  Dalam proses persidangan pihak Penuntut masih berusaha untuk membuktikan keterlibatan dua partner PW tersebut. Tetapi belum ada bukti keterlibatan dua partner tersebut secara jelas. Karena itu, persidangan masih terus berlangsung sampai dengan saat ini;  Dua partner PW ditangkap 24 Januari 2009, Talluri ditangguhkan penahanannya oleh pengadilan pada bulan Februari 2010. Setelah proses pengadilan Gopala berjalan, penangguhan Gopala ternyata dibatalkan, yakni pada bulan April 2011. Kemudian ketika pengadilan berjalan lagi, Gopala kembali dibebaskan oleh Mahkamah Agung secara permanen. Sekarang Gopala statusnya tidak di dalam tahanan. Pada bulan Oktober 2011, dia sudah bebas secara permanen dalam proses persidangan;  Menurut legal council PW, dua rekan PW ditangkap polisi, bukan karena tuduhan kurang profesional dalam mengaudit atau melakukan professional 169 misconduct atau professional negligence, melainkan untuk memudahkan investigasi terkait dengan tuduhan melakukan kolusi dengan manajemen Satyam;  Terkait dengan pengadilan profesi sendiri, The Institute of Chartered Accountants of India ICAI telah menjatuhkan sanksi pendisiplinan dengan tuduhan melakukan professional misconduct, jadi kurang tepat dalam melakukan audit. Pada bulan Januari 2012, keanggotaan Talluri di ICAI dicabut dan dia dijatuhi hukuman denda sekitar US 10.000 dengan menunggu persetujuan Pengadilan Tinggi Delhi. Penetapan tersebut menunggu persetujuan Pengadilan Tinggi Delhi. Hukuman pendisplinan yang sama juga dijatuhkan kepada Gopala, tapi masih menunggu keputusan akhir;  Bahwa sesungguhnya di India ada dua pengadilan yang terpisah. Pertama adalah proses tuduhan kriminal karena meragukan konspirasi dalam kolusi dengan manajemen. Kemudian adalah pengadilan profesional yang berbeda sama sekali, yakni yang mengadili apakah audit yang dilakukan oleh dua partner, PW tersebut sudah dilakukan sesuai dengan standard auditing yang berlaku atau tidak?  Standard auditing berlaku juga comparable atau relatif sama dan standar akuntansi yang ada di Indonesia. Dalam proses pengadilan profesi tersebut keputusan akhir sudah dijatuhkan, cuma dalam kasus kriminal yang menggunakan pengadilan lain mungkin juga buku undang-undang lain;  Bahwa audit keuangan atau general financial audit yang dimaksudkan untuk menguji apakah laporan keuangan perusahaan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku? Dalam proses audit, auditor diharuskan melakukan assessment, apakah ada risiko kecurangan dan bunga yang dapat menyebabkan salah saji yang material dalam laporan keuangan? Auditor melakukan assessment dengan diskusi dengan manajemen menganalisis peluang, tekanan, perilaku atau rasionalisasi manajemen atas terjadinya kecurangan dan melakukan uji pengendalian internal termasuk jurnal manual. Dalam kondisi umum auditor kemungkinan atau dalam bahasa Inggris most likely dapat menemukan area yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan, yakni dalam kondisi normal dimana corporate governance perusahaan berjalan dengan baik; 170  Auditor seharusnya kalau melakukan pengujian internal kontrol yang baik bisa melihat area di mana kira-kira kecurangan mungkin terjadi. Tetapi kecurangan tersebut dilakukan dengan kolusi dari pihak-pihak yang seharusnya menjaga aset perusahaan. Auditor mungkin tidak dapat atau sulit menemukan kecurangan tersebut, misalnya pihak seharusnya mengotorisasi pengeluaran kas berkoalisi dengan yang minta pembayaran. Jadi kalau misalnya ada pengeluaran Rp 10.000.000,00 diminta oleh direktur pemasaran harusnya otorisasinya di direktur keuangan. Tetapi ini menjadi satu hal yang sulit diamati oleh auditor, apabila ternyata direktur keuangan dengan direktur pemasaran kolusi sesungguhnya perusahaan tidak membutuhkan pengeluaran tersebut, tetapi seolah-olah membutuhkan yang seharusnya saling menjaga ternyata berkolusi. Dalam perkara Satyam bahwa pemegang saham utama atau chairman dan pendirinya Ramalinga Raju beserta managing director, CFO, dan manajemen kunci semua terlibat di dalam kasus. Maka akan sangat sulit bagi siapa pun untuk mendeteksi kecurangan tersebut;  Kolusi dalam skala yang masif terjadi di Satyam. Dalam kolusi tersebut manajemen membukukan penjualan palsu untuk mendongkrak penghasilan. Karena kalau perusahaan go publik dengan income yang dilaporkan atau penghasilannya naik itu berarti nilai saham dari pemegang saham akan naik juga sebagai tujuan utama;  Dalam kolusi tersebut manajemen membukukan penjualan palsu untuk mendongkrak penghasilan dengan cara: membuat faktur penjualan asli, tapi palsu. Aspal karena yang mengenerate adalah perusahaan sendiri, tapi sesungguhnya pesanan penjualanan tersebut sebenarnya tidak ada. Kemudian menciptakan order pembelian palsu dari costumer, berarti costumer-nya juga palsu, order-nya atau perusahaan palsu juga. Untuk mendukung tersebut perusahaan memproduksi secara benar barang yang dipesan. Anehnya penjualannya di-inflated atau digelembungkan, tetapi perusahaan juga mengeluarkan work order, perintah untuk membuat barang atau jasa itu. Untuk mendukung produksi barang atau jasa yang dijual secara fiktif, perusahaan merekrut tenaga kerja dan menggajinya. Kemudian perusahaan menciptakan website dan email address palsu, terus perusahaan memalsukan laporan bank, hal tersebut yang menjebak partner 171 PW. Laporan bank yang diterima oleh auditor itu ternyata fabricated atau diproduksi oleh perusahaan dan ketika standar audit meminta auditor minta konfirmasi ke bank untuk minta langsung. Ternyata bank tersebut tidak mengirimkan konfirmasinya ke auditor melainkan auditor menerima konfirmasi tentang saldo bank tersebut dari perusahaan dan hal ini adalah kesalahan yang mendasar dari Auditor PW terkait dengan Satyam. Seharusnya standar mengharuskan dia mendapat konfirmasi dari bank tentang saldo Satyam secara langsung, kalaulah tidak mendapatkan respon dari bank, maka auditor harus mendokumentasikan dan menggunakan prosedur alternatif untuk meyakinkan saldo tersebut. Tetapi mungkin dalam prosesnya ini dipandang kurang robust proses untuk konfirmasi, sehingga dianggap dia melakukan misconduct untuk profesional dan dijatuhi hukuman;  Kemudian memalsukan jawaban atas konfirmasi bank yang dikirim dalam proses audit untuk menyakinkan saldo bank. Jadi laporan bank bulanan dipalsukan, konfirmasi yang dikirim jawabannya dipalsukan oleh manajemen kunci tadi. Dengan persuasive dan massive collusion seperti ini akan mustahil atau paling tidak sangat sulit untuk menemukan kecurangan tersebut;  Proses pengadilan atas dua rekan PW masih berlangsung, pengacara dan rekan PW tersebut tampak cukup yakin bahwa pada akhirnya mereka dibebaskan dari tuduhan makar atau ber-participate dalam kolusi yang di chairman dan manajemen kunci Satyam. Tetapi ini keyakinan mereka dan keputusan akhir masih menunggu keputusan pengadilan;  Dalam kasus Satyam adalah kasus professional misconduct tersebut ada dua pengadilan. Terhadap perilaku kriminal criminal charges berada di pengadilan kriminal biasa yang tuduhannya adalah berkolusi dengan manajemen yang melakukan konspirasi. Kemudian pengadilan profesi yang menilai apakah audit yang dilakukan oleh PW tersebut sudah dilakukan sesuai dengan standar auditing atau belum? Kedua hal tersebut tidak bisa dicampur karena untuk melihat apakah professional misconduct dilakukan oleh auditor tersebut harus pengadilan yang memang orang-orangnya paham dengan standar auditing, paham dengan standar akuntansi yang 172 berlaku umum. Kalau dua-duanya digabung, mungkin saja nanti keputusan pengadilan menjadi kurang baik atau kurang valid.

4. Batara Manurung