Prof. Dr. Eddy O.S Hiariej, S.H., M.Hum.

70  Kita melihat bagaimana hak para investor Satyam dilindungi oleh rule of law sekalipun mereka berdomisili dalam jurisdiksi hukum yang berbeda. Contoh Satyam menunjukkan bekerjanya rule of law secara universal.  Dr. Mohammad Hatta, salah seorang Bapak Pendiri Negara Republik Indonesia, memikirkan mengenai Accountant ejaan untuk akuntan di era itu dan melindungi mereka dari para Accountant palsu, dengan Undang- Undang mengenai Accountant.  Demi perkembangan dan kemajuan profesi akuntansi yang tertib dan berwibawa dan untuk melindungi para investor dan kreditor, dalam permohonan Pengujian Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang Akuntan Publik terhadap UUD 1945, ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

2. Prof. Dr. Eddy O.S Hiariej, S.H., M.Hum.

 Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang a quo telah dirumuskan secara jelas sehingga tidak bersifat multi tafsir dan oleh karena itu tidak membahayakan bagi kepastian hukum dan rasa aman. Tegasnya, ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 a quo tidaklah bertentangan dengan Pasal 28D ayat 1 dan Pasal 28G ayat 1 UUD 1945 terkait kepastian hukum dan rasa aman.  Dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban pidana, Pasal 55 dan Pasal 56 memuat pertanggungjawaban pidana dengan bentuk kesalahan berupa kesengajaan yang mensyaratkan adanya weten en wilen dalam melakukan suatu tindak pidana. Membuktikan kesengajaan dalam hukum pidana bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih untuk menentukan adanya dolus malus dari pelaku sehingga kedua pasal tersebut tidak rentan terhadap penyalahgunaan. Hal ini berbeda seandainya Pasal 55 dan Pasal 56 menganut bentuk kesalahan berupa kealpaan yang tentunya lebih mudah untuk dibuktikan dan sangat rentan untuk disalahgunakan oleh aparat penegak hukum. Tegasnya, dengan adanya rumusan delik dalam Pasal 55 dan Pasal 56 yang menggunakan bentuk kesalahan berupa kesengajaan, justru memberikan rasa aman sehingga tidak bertentangan dengan Pasal 28G ayat 1 UUD 1945. 71  Ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 tidaklah terlepas dari ketentuan Pasal 30 Undang-Undang a quo yang pada intinya menyatakan perihal larangan terhadap Akuntan Publik. Salah satu larangan tersebut adalah melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, danatau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Perbuatan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, danatau memalsukan adalah bersifat rechtsdelicten atau perbuatan yang sejak awal merupakan kejahatan sehingga haruslah diancam dengan sanksi pidana yang tegas.  Jika dilihat dari adresat atau subjek hukum yang diatur dalam Pasal 55 juncto Pasal 58 Undang-Undang a quo terkait kedaluwarsa tuntutan pidana, ketentuan pidana dalam Pasal 55 bersifat sebagai bijzondere delic atau delik khusus karena menyimpang dari KUHP. Di satu sisi, ada adresat yang khusus hanya ditujukan kepada Akuntan Publik yang memenuhi unsur Pasal 55 Undang-Undang a quo dengan ancaman pidana kumulatif yang menggabungkan pidana penjara dan pidana denda, namun di sisi lain, kedaluwarsa Akuntan Publik yang dapat dituntut dengan pasal tersebut lebih singkat dari kedaluwarsa yang diatur dalam KUHP. Sanksi pidana dalam Pasal 55 Undang-Undang a quo adalah maksimal 5 tahun penjara. Kalau mengikuti KUHP, perbuatan yang diancam dengan pidana lebih dari 5 tahun, kedaluwarsanya 12 tahun. Akan tetapi, menurut Undang-Undang a quo, kedaluwarsa tuntutan terhadap Akuntan Publik yang memenuhi unsur Pasal 55 adalah 5 tahun. Dalam konteks teori, kejahatan maupuan ketentuan kedaluwarsa yang diatur menyimpang dari KUHP bukanlah merupakan suatu diskriminasi. Tegasnya, ketentuan Pasal 55 tidaklah bertentangan dengan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945 terkait diskriminasi.  Pasal 55 Undang-Undang a quo adalah perihal ketentuan pidana untuk mecegah perilaku jahat individu dalam menjalankan suatu jabatan atau profesi dan tidak ada kaitannya dengan pemberian hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Tegasnya ketentuan Pasal 55 Undang-Undang a quo tidak bertentangan dengan Pasal 28C ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945.

3. Ito Warsito, Ak., MBA.