Mohammad Fadjrul Falaakh Zainudin, SE.

161 khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Sebagai penutup keterangan kami, perlu kami tegaskan bahwa gangguan terhadap anggota mengakibatkan gangguan terhadap asosiasi profesi akuntan publik sebagai Pihak Terkait. [2.7] Menimbang bahwa untuk menguatkan keterangannya, Pihak Terkait mengajukan 4 ahli yang telah didengar keterangannya dalam persidangan Mahkamah pada tanggal 22 Februari 2012 dan 21 Maret 2012, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

1. Mohammad Fadjrul Falaakh

 Pasal 55 huruf a, Pasal 55 huruf b dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik adalah mengenai sanksi pidana yang diancamkan kepada profesi Akuntan Publik AP.  Ahli akan membahas tentang pihak yang diancam sanksi pidana, yaitu subjek hukum yang harus mempertanggungjawabkan tindakan yang dapat dikenai sanksi pidana, jenis tindakan, dan sanksi pidana. Ahli tidak membahas dari sudut ilmu hukum pidana. Ahli akan membahasnya dari ilmu hukum, khususnya hukum konstitusi.  Dalam membahas masalah tersebut, Ahli menggunakan sudut pandang Pasal 28D ayat 1 dan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945.  Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.  Pasal 28I ayat 2 UUD 1945 berbunyi: Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Ketentuan yang dimohonkan pengujian: 1. Pasal 55 huruf a UU Akuntan Publik, berbunyi: Akuntan Publik yang: a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, danatau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana 162 dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah .  Terlepas dari rumusan tentang jenis tindak pidana pada Pasal 55 huruf a, jelas bahwa ketentuan ini mempersamakan antara Akuntan Publik yang melakukan tindak pidana frasa: melakukan manipulasi danatau memalsukan data dan seterusnya dengan Akuntan Publik yang membantu pihak lain melakukan tindak pidana frasa: membantu melakukan manipulasi.  Ketentuan Pasal 55 huruf a berwatak diskriminatif karena mempersamakan pelaku tindak pidana dengan pihak yang membantu dilakukannya tindak pidana. 2. Mengenai Pasal 55 huruf b UU Akuntan Publik, ada 3 tiga rumusan tindak pidana yang dipersamakan dengan suatu tindak pidana lain, yaitu: a manipulasi data atau catatan pada kertas kerja sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam pemeriksaan oleh pihak yang berwenang dan b menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam pemeriksaan oleh pihak yang berwenang serta c tidak membuat kertas kerja sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang berwenang.  Ketiga jenis tindak pidana tersebut disamakan dengan tindak pidana memalsukan data atau catatan pada kertas kerja sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam pemeriksaan oleh pihak yang berwenang.  UU Akuntan Publik 2011 bersifat tidak koheren dalam mengancamkan sanksi terhadap tindakan yang secara substantif adalah sama, yaitu rumusan pada Pasal 30 ayat 1 huruf j dengan rumusan pada Pasal 55 huruf a tanpa kata dengan sengaja maupun rumusan pada Pasal 55 huruf b frasa dengan sengaja. Mengapa? 163  Pasal 53 ayat 1 mengkualifikasi tindakan pada Pasal 30 ayat 1 huruf j sebagai pelanggaran administratif, dan diancam sanksi administratif pada Pasal 53 ayat 3 UU Akuntan Publik ancaman: dari rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu hingga pengenaan denda. Tetapi, pada saat yang sama, Pasal 55 mendudukkannya sebagai tindak pidana. Bahkan, tidak ada ketentuan tentang kualifikasi untuk membedakan, dalam hal apa pelanggaran administratif pada Pasal 30 ayat 1 huruf j berubah menjadi tindak pidana menurut Pasal 55.  Inkoherensi antara Pasal 30 ayat 1 huruf j juncto Pasal 53 dengan Pasal 55 ini menunjukkan ketakpastian hukum yang adil sebagaimana diharuskan oleh Pasal 28D ayat 1 UUD 1945. 3. Pasal 56 UU Akuntan Publik yang berbunyi: Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.  Pihak Terasosiasi bukanlah Akuntan Publik. Menurut Pasal 1 angka 9 UU Akuntan Publik, Pihak Terasosiasi meliputi tiga subjek hukum, yaitu: a Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan pemberian jasa; b Pegawai KAP yang yang terlibat dalam pemberian jasa; c Pihak lain yang terlibat Iangsung dalam pemberian jasa. Intinya, Pihak Terasosiasi bukanlah Akuntan Publik.  Jelas bahwa Pihak Terasosiasi yang melakukan tindak pidana sebagaimana dirumuskan pada Pasal 55 huruf a-b, diancam dengan sanksi pidana yang sama persis dengan Akuntan Publik. Pada hal kedudukan dan tanggung jawab Pihak Terasosiasi sangat berbeda dengan kedudukan dan tanggung jawab profesional Akuntan Publik. Maka ketentuan Pasal 56 ini bersifat diskriminatif, karena memperlakukan sama kepada mereka yang berbeda kedudukan dan tanggung jawab profesional dan tidak dikehendaki oleh Pasal 28I ayat 2 UUD 1945.

2. Drs. Agung Nugroho Soedibyo, M.Ak, CPA.