Dr. Mudzakkir, S.H., M.H.

47 untuk itu sebelum temuan tersebut diserahkan kepada aparatur penegak hukum untuk melakukan proses pemeriksaan secara pidana;  Fokus permohonan para Pemohon dalam perkara ini tertuju kepada pengujian materiil. Menurut Ahli pengujian pasal-pasal Undang-Undang a quo sesungguhnya dapat pula dilakukan pada aspek formilnya untuk menguji apakah norma di dalam kedua pasal Undang-Undang a quo memenuhi syarat-syarat pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan atau tidak?  Asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana normanya diatur dalam Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah asas kejelasan rumusan. Materi muatan peraturan perundang- undangan sebagai mana diatur dalam Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 haruslah mencerminkan antara lain asas pengayoman, asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, serta asas ketertiban dan kepastian hukum;  Sebagaimana telah diuraikan dalam aspek-aspek materiil pengujian norma Undang-Undang a quo terhadap UUD 1945 maka jika hal yang sama diterapkan secara mutatis mutandis maka nyatalah bahwa perumusan norma dalam Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang a quo secara formil adalah bertentangan dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dan materi muatan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 huruf f dan Pasal 6 ayat 1 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011.

4. Dr. Mudzakkir, S.H., M.H.

 Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 55 huruf a adalah “melakukan manipulasi data atau memalsukan data”.  Penggunaan kata “manipulasi” yang dalam praktik dapat dimaknai secara positif dan negatif yang apabila diterapkan sebagai perumusan tindak pidana bagi akuntan publik akan menimbulkan ketidakjelasan, kerancuan atau kekaburan maksud pelarangan suatu perbuatan yang berpotensi terjadinya perluasan norma hukum pidana yang bersumber dari interpretasi kata “manipulasi” data yang bertentang dengan asas kepastian hukum dalam hukum pidana lex scripta, lex certa, dan lex stricta. 48  Pengenaan ancaman pidana bagi pelaku membantu melakukan manipulasi data dengan pelaku manipulasi data bertentangan dengan asas hukum pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHP dan Pasal 55 KUHP. Dalam pasal tersebut memuat prinsip hukum:  Ada perbedaan prinsipiil antara pembantuan dalam Pasal 56 KUHP dengan pelaku tindak pidana dalam Pasal 55 KUHP;  Ancaman pidana bagi pelaku pembantu adalah ancaman pidana pokok dikurangi sepertiga, sedangkan pelaku tindak pidana diancam pidana pokok.  Atas dasar pertimbangan tersebut, membuktikan bahwa norma hukum pidana yang dimuat dalam Pasal 55 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tidak memberikan jaminan kepastian hukum dan keadilan bagi akuntan publik yang apabila rumusan tersebut dipertahankan penerapannya berpotensi merugikan kepentingan jaminan perlindungan hukum dan konstitusional orang yang menjalankan profesi akuntan publik.  Norma hukum pidana yang dimuat dalam Pasal 55 ayat 1 huruf b tersebut perbuatan yang dilarang sama dengan Pasal 55 ayat 1 huruf a, tetapi berbeda objeknya, yaitu data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja. Karena memuat perbuatan yang sama, maka analisis hukum Pasal 55 ayat 1 huruf a berlaku juga terhadap analisis hukum Pasal 55 ayat 1 huruf b.  Rumusan norma hukum pidana Pasal 56 yang ditujukan kepada Pihak Terasosiasi sedangkan norma hukum pidana bersumber dari Pasal 55 yang ditujukan kepada akuntan publik, atau subjek hukum yang memiliki kualifikasi yang berbeda, adalah bentuk penerapan hukum yang tidak tepat.  Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan pemberian jasa, pegawai KAP yang terlibat dalam pemberian jasa, atau pihak, yang menjalankan pekerjaannya atas tanggung jawab akuntan publik. Semestinya rumusan norma hukum pidana dan ancaman pidananya berbeda dengan Pasal 55.

5. Dr. Himawan Estu Bagyo, S.H., M.H.