163 Pasal 53 ayat 1 mengkualifikasi tindakan pada Pasal 30 ayat 1 huruf j
sebagai pelanggaran administratif, dan diancam sanksi administratif pada Pasal 53 ayat 3 UU Akuntan Publik ancaman: dari rekomendasi untuk
melaksanakan kewajiban tertentu hingga pengenaan denda. Tetapi, pada saat yang sama, Pasal 55 mendudukkannya sebagai tindak pidana.
Bahkan, tidak ada ketentuan tentang kualifikasi untuk membedakan, dalam hal apa pelanggaran administratif pada Pasal 30 ayat 1 huruf j berubah
menjadi tindak pidana menurut Pasal 55.
Inkoherensi antara Pasal 30 ayat 1 huruf j juncto Pasal 53 dengan Pasal 55 ini menunjukkan ketakpastian hukum yang adil sebagaimana diharuskan
oleh Pasal 28D ayat 1 UUD 1945. 3. Pasal 56 UU Akuntan Publik yang berbunyi:
Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun
dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.
Pihak Terasosiasi bukanlah Akuntan Publik. Menurut Pasal 1 angka 9 UU Akuntan Publik, Pihak Terasosiasi meliputi tiga subjek hukum, yaitu:
a Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan pemberian jasa; b Pegawai KAP yang yang terlibat dalam pemberian jasa;
c Pihak lain yang terlibat Iangsung dalam pemberian jasa.
Intinya, Pihak Terasosiasi bukanlah Akuntan Publik. Jelas bahwa Pihak Terasosiasi yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dirumuskan pada Pasal 55 huruf a-b, diancam dengan sanksi pidana yang sama persis dengan Akuntan Publik. Pada hal kedudukan dan tanggung
jawab Pihak Terasosiasi sangat berbeda dengan kedudukan dan tanggung jawab profesional Akuntan Publik. Maka ketentuan Pasal 56 ini bersifat
diskriminatif, karena memperlakukan sama kepada mereka yang berbeda kedudukan dan tanggung jawab profesional dan tidak dikehendaki oleh
Pasal 28I ayat 2 UUD 1945.
2. Drs. Agung Nugroho Soedibyo, M.Ak, CPA.
Auditor harus menyatakan pernyataan pendapatnya atas audit laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, yang mana laporan keuangan
tersebut menyajikan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
164 komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas serta
catatan atas laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Pada laporan Auditor Independen, seorang auditor harus menyatakan jenis perikatannya, yaitu audit atas laporan keuangan, tanggung jawabnya, ruang
lingkup pekerjaannya dan pernyataan pendapatnya. Proses untuk dapat membentuk pernyataan pendapat atas laporan
keuangan adalah proses audit yaitu perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan untuk memperoleh bukti audit. Auditor harus memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup, mengevaluasi dan menyimpulkannya, setelah itu barulah auditor dapat membentuk pernyataan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. Seluruh informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang ditarik auditor dicatat dalam kertas kerja.
Dalam hal auditor telah melaksanakan seluruh standar auditing dan memperoleh bukti audit kompeten yang memadai. Serta kesimpulan dari
evaluasi bukti audit tersebut menunjukan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia maka auditor dapat memberikan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan unqualified opinion
Dalam kondisi dimana auditor menghadapi pembatasan ruang lingkup yang signifikan, maka auditor tidak dapat melaksanakan auditnya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku. Dalam kondisi seperti ini auditor menghadapi ketidakpastian atas laporan keuangan, maka auditor akan menolak untuk
memberikan pendapat, atau yang disebut sebagai Pernyataan tidak memberi pendapat disclaimer of opinion
Apabila auditor berhasil melaksanakan standar auditing dan memperoleh bukti audit kompeten, akan tetapi dari hasil evaluasinya, ternyata terdapat
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, sehingga laporan keuangan tidak disajikan dengan wajar, maka auditor memberikan
pernyataan pendapat tidak wajar adverse opinion, yang artinya auditor berpendapat bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Modifikasi laporan auditor bentuk baku pendapat wajar tanpa pengecualianunqualified opinion, dapat juga terjadi apabila ada
165 pembatasan ruang lingkup audit atau penyimpangan dari standar akuntansi
keuangan, yang material tetapi tidak pervasive terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, auditor akan memberikan pernyataan pendapat wajar
dengan pengecualian qualified opinionuntuk akun-akun tertentu saja yang terkena dampak pembatasan ruang lingkup atau penyimpangan dari
standar akuntansi keuangan.
Auditor Akuntan Publik tidak menyusun laporan keuangan, melainkan melaksanakan audit atas laporan keuangan tersebut dan auditor
berkewajiban untuk memberikan pernyataan pendapat opini atas laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu pada paragraf pertama
laporan auditor independen, dinyatakan bahwa tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit yang dilakukan oleh auditor.
Kertas kerja merupakan catatan auditor tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat oleh auditor
mengenai masalah-masalah yang signifikan. Sama halnya dengan patient record, kertas kerja disusun oleh Akuntan Publik dan seluruh staf auditor
yang membantu pelaksanaan suatu perikatan audit;
Kertas kerja adalah catatanrekaman utama dari prosedur audit yang dipergunakan, bukti audit yang dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan
yang diambil oleh auditor dalam suatu perikatan audit Arens et.al, 2012. Ada 3 hal yang penting yaitu i prosedur audit ii bukti audit iii
kesimpulan.
Informasi yang lain yang harus diperoleh pada tahap ini adalah pemahaman mengenai bisnis klien, kebijakan dan prosedur akuntansi yang dianut oleh
klien serta sistem pengendalian internal yang dibangun oleh klien. Seluruh informasi sehubungan dengan pelaksanaan standar pekerjaan
lapangan yang pertama dicatat pada kertas kerja. Pengendalian intern yang relevan dengan suatu audit adalah berkaitan
dengan tujuan entitas dalam membuat laporan keuangan bagi pihak luar pihak ketiga yang disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Dalam semua pekerjaan audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal untuk menaksir
resiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan
166 transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pekerjaan pada tahap ini meliputi pengujian efektifitas pada pengendalian intern, yang akan digunakan sebagai dasar untuk mendesain program dan
prosedur audit, luas pemeriksaan dan saat dilakukannya pemeriksaan. Informasi yang diperoleh serta kesimpulan yang ditarik oleh auditor pada
tahap ini seluruhnya dicatat pada kertas kerja.
Sebagian besar pekerjaan auditor dalam rangka membentuk dan memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk
mendapatkan bukti audit. Program dan prosedur yang disusun dan dilaksanakan oleh auditor untuk memperoleh bukti audit serta bukti audit
yang diperoleh, evaluasi, temuan-temuan findings dan kesimpulan terhadap masing-masing bukti dicatat dalam kertas kerja.
Dengan adanya pengembangan teknologi informasi yang semakin canggih, memungkinkan pemanfaatan teknologi untuk melaksanakan audit dan
merekam data hasil audit, sehingga definisi kertas kerja tidak terbatas pada kertas kerja dalam bentuk phisik tetapi termasuk kertas kerja dalam bentuk
data elektronik.
Auditor harus menyusun kertas kerja pada waktunya timely basis. Penyusunan kertas kerja yang memadai pada waktu yang tepat mampu
memfasilitasi auditor untuk melakukan review secara efektif, mengevaluasi bukti audit yang diperoleh dan menarik kesimpulan, sebelum laporan auditor
diselesaikan.
Auditor harus menyusun kertas kerja dengan memadai dalam arti kertas kerja tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh orang yang mempunyai
pengalaman dan kompetensi yang sama, walaupun orang tersebut tidak terlibat dalam pelaksanaan auditnya. ISA International Standard On
Auditing mendefinisikan orang lain yang mempunyai pengalaman dan kompetensi sebagai “Experienced Auditor”, yaitu individual yang
mempunyai pengalaman praktik audit dan memiliki pengetahuan yang pantas tentang i proses audit, ii standar auditing dan peraturan
perundangan yang relevan, iii industri dan lingkungan usaha dimana entitas klien beroperasi iv pengetahuan auditing, standar akuntansi
keuangan dan pelaporan keuangan untuk industri dimana entitas klien beroperasi.
167 Kertas kerja harus mendokumentasikan prosedur audit yang dilaksanakan
dan bukti audit yang diperoleh; Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan kertas kerja
tunduk pada pembatasan yang diatur oleh Kode Etik Profesi Akuntan Publik Indonesia dan peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini berkaitan
dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.
Auditor harus menerapkan prosedur yang memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam periode yang dapat
memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.
3. Jusuf Wibisono