3
B. Permasalahan
Permasalahan yang dirumuskan peneliti berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran dalam pokok bahasan gerak harmonis dengan model delikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri
3 Tegal? 2. Apakah aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal pada
pokok bahasan gerak harmonis dapat ditingkatkan dengan pembelajaran model delikan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3
Tegal dalam pokok bahasan gerak harmonis melalui pembelajaran model delikan.
2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal melalui pembelajaran model delikan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa a. Diharapkan meningkatkan terjadinya aktivitas belajar siswa.
b. Diharapkan siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dalam kelompoknya.
4
c. Diharapkan siswa terampil menyelesaikan soal fisika tentang gerak harmonis.
d. Diharapkan siswa terampil menyelesaikan soal-soal gerak harmonis.
2. Manfaat bagi guru a. Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan materi pelajaran.
b. Dengan usaha dan mencoba variasi mengajar yang menarik, guru akan berproses ke arah lebih baik.
c. Memberikan sumbangan yang positif dalam pengembangan cara berfikir. d. Guru dapat sedikit demi sedikit menerapkan strategi pembelajaran yang
bervariasi, sehingga dapat meminimalisir permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, guru maupun materi yang dirasa sulit disampaikan
pada prose belajar mengajar.
3. Manfaat bagi sekolah a. Diharapkan nilai siswa SMA Negeri 3 Tegal dalam menempuh Ulangan
Harian Blok semakin meningkat. b. Dengan PTK ini diharapkan terjadinya perubahan pendekatan
pembelajaran di lingkungan SMA Negeri 3 Tegal ke arah lebih baik sehingga menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
c. Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan inovasi pendidikan, dan praktisi pendidikan di SMA
Negeri 3 Tegal.
BAB II
5
KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Belajar Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukan beberapa definisi. a. Morgan, mengemukakan: ”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
b. Gagne, menyatakan bahwa: ”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatan performance-nya berubah dan waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c. Witherington, mengemukakan: ”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang
belajar. Menurut M. Ngalim Purwanto 1990:85 bahwa pengertian belajar adalah sebagai berikut.
a. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
6
b. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalahberpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, bagian terbesar upaya riset dan eksperiman psikologi
pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah,
manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara
bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan- keputusan penting untuk kehidupan.
2. Model Mengajar Dengar – Lihat – Kerjakan Delikan Model delikan diangkat dan dikembangkan oleh Nana Sudjana atas
dasar pengalaman empiris di lapangan. Kenyataan ini kemudian dikaji dari sudut teori dalam bidang pengajaran, terutama dari segi kegiatan
7
belajar siswa dalam hubungannya dengan guru dan siswa Nana Sudjana:1996.
Sesuai dengan namanya, model ini ada tiga aktivitas belajar siswa yaitu mendengar menyimak yang dimaksud adalah memperhatikan dan
menangkap makna uraian yang diberikan oleh guru tentang bahan pengajaran materi. Lebih luas lagi prosesw dengar tidak hanya terbatas
pada uraian guru, tetapi juga uraian – uraian dari media instruksional lain seperti kaset rekaman. Proses lihat adalah aktivitas siswa dalam hal
mengamati seperti mengamati demonstrasi, mengamati contoh pembahasan soal, mengamati tayangan percobaan atau lainnya melalui
LCD. Sedangkan proses kerja diartikan sebagai aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru dalam rangka
penerapan konsep-konsep bahan pengajaran. Misalnya mengerjakan soal- soal latihan, mendiskusikan pemecahan masalah, mengisi Lembar Kerja
Siswa, melaksanakan praktikum di laboratorium, dan sebagainya. Dengan proses kerja ini diharapkan siswa lebih menguasai bahan
pengajaran yang dijelaskan oleh guru. Mendengar – melihat merupakan kegiatan manusia yang paling utama
dalam kehidupannya dalam rangka memperluas wawasan. Nana Sudjana 1966 menegaskan bahwa kegiatan mendengar dan melihat merupakan
bagian penting dari aspek kognitif. Dengan demikian, kegiatan tersebut merupaqkan awal dalam proses belajar mengajar sebelum mengarah
siswa menuju pada kegiatan belajar mengajar yang lebih kompleks. Mengerjakan doing merupakan perwujudan sikap dan tingkah laku
8
manusia aspek psikomotorik. Aspek ini berkaitan dengan aspek kognitif dalam pengertian bahwa aspek kognitif mempengaruhi aspek efektif
sikap dan aspek psikomotorik perbuatan, behavior. Apabila ditinjau dari segi jenjang kognitif dalam proses belajar,
kegiatan mendengar dan melihat terutama menunjang tercapainya aspek kognitif tingkat rendah, yakni pengetahuan dan pemahaman, sedangkan
kegiatan mengerjakan menunjang aspek kognitif tingkat tinggi, yakni aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Oleh karena itu model delikan ini
dapat digunakan untuk mencapai semua jenjang aspek kognitif. Dalam model de3likan ini aspek dengar dan lihat lebih banyak berorientasi pada
guru, sedangkan aspek kerja lebih banyak berpusat pada siswa. Dengan demikian ada keseimbangan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan
kegiatan siswa sebagai pelajar. Dalam aplikasinya model delikan menempuh beberapa tahapan
meliputi tahapan Pra Instruksional, Instruksional, Evaluasi dan Tindak Lanjut. Untuk proses dengar, lihat dan kerjakan dilakukan pada tahapan
instruksional, sedangkan pada tahapan eveluasi meliputi kegiatan proses, hasil dan kesimpulan. Untuk perbaikan dan pengayaan dilakukan pada
tahapan tindak lanjut.
Tahapan Mengajar Model Delikan
9
3. Proses Pembelajaran Fisika M
o d
e l
M e
n g
a ja
r
D e
lik a
n Pra Instruksional
Absensi siswa, kegiatan apersepsi, informasi materi
Instruksional Dengar
Siswa menyimak bahan pengajaran yang dijelaskan guru, dan bertanya apabila masih
belum jelas
Melihat Siswa melihat peragaan guru
demonstrasi, contoh soal-soal yang dikerjakan guru, membaca
buku literatur, dan lain-lain
Kerjakan Siswa melakukan eksperimen di
Lab., mengerjakan
tugas, melakukan
diskusi, mengisi
lembar kerja siswa.
Evaluasi
Proses Bimbingan
guru dan
pemantauan belajar
siswa, perbaikan
belajar siswa,
pembahasan hasil tugas dan soal - soal latihan tes
Hasil Pemeriksaan hasil-hasil tugas dan hasil tes
formatif, penilaian hasil tugas dan hasil belajar.
Kesimpulan Rangkuman
Guru dan siswa membuat kesimpulan resume pelajaran
Tindak Lanjut
Perbaikan dan pengayaan belajar
10
Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika di lapangan, ternyata masih belum memuaskan. Jika diamati lebih
dalam lagi, ternyata kemampuan siswa dalam unit-unit tertentu sangatlah beraneka ragam. Misalnya, ada sebagian siswa yang pandai dalam hafalan
teori atau hafal rumus tetapi dalam proses matematikanya lemah atau mengalami hambatan. Ada juga sebagian siswa yang pandai dalam
hitungan, tetapi dalam pemahaman konsep masih juga mengalami hambatan.
Pelajaran fisika mempunyai sifat sekrup, suatu materi melandasi materi berikutnya, sehingga suatu materi merupakan prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari fisika hendaklah berprinsip pada hal-hal berikut.
a. Materi fisika disusun menurut urutan tertentu atau setiap topik fisika berdasarkan subtopik tertentu.
b. Seorang siswa dapat memahami suatu topik fisika jika telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya.
c. Perbedaan kemampuan antar siswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik fisika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh
perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya. d. Penguasaan topik baru oleh siswa tergantung pada topik sebelumnya.
e. Mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan merupakan suatu kebutuhan dan bukan suatu beban sehingga dapat dilaksanakan
dengan ikhlas dalam mengerjakan tugas yang berupa latihan soal-soal. 4. Uraian Materi yang Terkait dengan Penelitian
11
Sebelum diberikan materi tentang gerak harmonis , siswa perlu diberi stimulus dengan cara siswa diminta untuk menceritakan peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan gerak yang bersifat berulang-ulang. Pegas diberi bandul atau tali diberi bandul kemudian diayunkan.
F = K. Δx Ket. F = gaya Newton Δx = pertambahan panjang meter
K = tetapan pegas Newton meter T = 2π √ lg Ket. T = periode ayunan secon
l = panjang tali meter g = percepatan gravitasi bumi
meters2 T = 2π √mK Ket. m = massa beban kilogram
K = tetapan pegas Newton meter
B. Kerangka Berpikir Materi gerak harmonis khususnya tentang pegas dan ayunan jika
dijelaskan dengan model ceramah siswa masih kabur pemahamannya, hal ini bisa dilihat pada hasil ulangan harian pada kelas lain. Bertolak dari masalah
tersebut peneliti mencoba merancang penelitian dengan model pembelajaran yang bervariatis, yaitu menggabungkan ceramah, penayangan gambar melalui
LCD, dan praktikum tentang gerak harmonis. Untuk itu peneliti mengangkat masalah tentang apakah cara
pembelajaran dengan model dengar – lihat – kerjakan delikan dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan apakah dapat meningkatkan aktifitas
12
belajar siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 3 Tegal dalam menyelesaikan soal – soal fisika pada materi gerak harmonis.
C. Hipotesis Tindakan Dengan dasar kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka
hipotesis tindakan pada penelitian ini diajukan sebagai berikut. Melalui model pembelajaran dengar – lihat – kerjakan delikan dalam menyelesaikan soal-
soal fisika maka hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal dapat ditingkatkan.
BAB III
13
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 3 Tegal yang
beralamat di Jalan Sumbodro Nomor 81 Tegal, Telepon 0283 351093. Jarak dari pusat kecamatan satu kilometer dan jarak ke pusat kota dua kilometer.
B. Subjek Penelitian