Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di tingkat sekolah menengah yakni mengganti kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana sekolah, mengintensifkan kegiatan workshop, seminar, MGMP, serta menaikkan gaji pegawai negeri dan tunjangan fungsional guru. Bahkan pemerintah memberikan tunjangan khusus bagi guru yaitu tunjangan profesi sebesar gaji pokok. Hal ini bertujuan agar kualitas pendidikan dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya kinerja guru. Pelajaran fisika dianggap pelajaran paling sulit menurut siswa, ini logis karena belajar fisika membutuhkankan pemahaman konsep materi yang cukup banyak, daya imajinasi yang kuat serta harus menguasai dasar matematika yang kuat pula.Oleh karenanya guru harus pandai merancang kegiatan yang dapat memotivasi peserta didik agar pelajaran fisika tidak lagi menjadi momok bagi siswa. Penampilan guru harus menarik, bahasa penyampaian harus jelas, sekali-kali perlu adanya humor agar tidak jenuh. Dan yang lebih penting adalah menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Jika perlu menggabungkan beberapa model pembelajaran. Kegiatan pengajaran IPA dapat dilaksanakan melalui pendekatan induktif dan deduktif. Moh. Amin 1987:115 mengemukakan bahwa di dalam pengajaran melalui pendekatan induktif kegiatan percobaan dilaksanakan lebih awal dari proses belajar mengajar, di dalam pendekatan induktif kegiatan percobaan bertujuan menemukan materi, konsep dan teori dari fakta yang ada. 2 Sedangkan di dalam pendekatan deduktif kegiatan percobaan akan mengikuti uraian guru, karena bertujuan untuk membuktikan konsep yang telah disampaikan oleh guru Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka untuk pembelajaran fisika perlu menggabungkan pendekatan sentral guru dengan pendekatan sentral siswa. Metode yang tepat adalah metode pembelajaran melalui dengar – lihat – kerjakan delikan. Model ini pada hakekatnya mengabungkan model ekspositori dan inquiry. Sesuai dengan namanya model delikan menempuh tiga langkah yaitu a aktivitas siswa mendengarkan informasi bahan pengajaran dari guru, b aktivitas siswa melihat berbagai prose, gejala, fakta yang diperlihatkan oleh guru bisa melalui LCD, c aktivitas kerja yaitu mengerjakan tugas-tugas yang dibeikan guru yang berkenaan dengan bahan pengajaran Purwnto : 1997 . Model delikan berorientasi pada CBSA, sebagai bentuk operasional dari pendekatan ketrampilan proses. Pada kelas XI IPA 1 nilai perolehan fisika pokok bahasan gerak harmonis dengan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata kelas 65, ini sangat memprihatinkan karena masih jauh dari nilai KKM nya sebesar 75. Maka peneliti mencoba pembelajaran model delikan pada kelas lain untuk membandingkan keberhasilannya, yaitu kelas XI IPA 4 dengan pokok bahasan yang sama, diharapkan nilai rata-rata kelasnya meningkat paling tidak mencapai nilai KKM. 3

B. Permasalahan