BBM Bahan Bakar Minyak

33 Petani bersama-sama dengan sub sektor pertanian lainnya, seperti tanaman pangan NTP-P, hortikultura NTP-H, tanaman perkebunan rakyat NTP-Pr dan Peternakan NTP-Pt.

2.1.3 BBM Bahan Bakar Minyak

Bahan Bakar Minyak BBM merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktivitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana, tujuan investasi adalah untuk memaksimalkan kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha menanamkan dana pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman. Dalam ilmu ekonomi, terdapat prinsip ekonomi “pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar- besarnya”. Sehingga harga BBM yang termasuk sebagai bahan bakar pokok dalam kehidupan manusia sangat berpengaruh harga terhadap hasil dari kegiatan produksinya. Harga Bahan Bakar Minyak BBM di Indonesia berpengaruh dari harga bahan bakar dunia atau harga minyak dunia. Menurut situs Kementerian Enegi dan Sumber Daya Mineral www.esdm.go.id, “beberapa faktor yang berpengaruh kepada harga minyak dunia antara lain, permintaan dan pasokan, stok minyak, situasi perekonomian dunia, kapasitas produksi cadangan OPEC, cuaca dan gangguan terhadap suplai, geopolitik, nilai dolar dan spekulasi di pasar berjangka”. Universitas Sumatera Utara 34 Sedikitnya ada 6 enam saluran yang dapat mentransmisikan dampak guncangan harga minyak oil price shocks terhadap aktivitas ekonomi yang tidak terlepas dari bahan bakar minyak BBM, yaitu: 1. Efek Sisi Penawaran Supply Side Shock Effect Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan output, karena kenaikan harga memberikan sinyal berkurangnya ketersediaan input dasar untuk produksi. Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas menurun. 2. Efek Transfer Kekayaan Wealth Transfer Effect Efek transfer kekayaan menekankan pada pergeseran daya beli purchasing power dari negara importir minyak ke negara eksportir minyak. Pergeseran daya beli menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap minyak di negara pengimpor dan bertambahnya permintaan konsumen di negara pengekspor. Apabila harga sulit turun, penurunan permintaan terhadap barang-barang yang dihasilkan negara pengimpor minyak lebih lanjut akan menurunkan pertumbuhan PDB. 3. Efek Saldo Riil Real Balance Effect Kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang. Apabila otoritas moneter gagal meningkatkan jumlah uang beredar untuk memenuhi pertumbuhan permintaan uang, maka saldo riil akan turun, suku bunga akan naik dan laju pertumbuhan ekonomi melambat. 4. Efek Inflasi Inflation Effect Kenaikan harga minyak juga menyebabkan meningkatnya inflasi. Harga minyak mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti oleh naiknya harga Universitas Sumatera Utara 35 produk-produk minyak, seperti bensin dan minyak bakar yang digunakan konsumen. 5. Efek Konsumsi, Investasi dan Harga Saham Kenaikan harga minyak memberikan efek negatif terhadap konsumsi, investasi dan harga saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan dengan pendapatan disposibel yang berkurang, karena kenaikan harga minyak, sedangkan investasi dipengaruhi melalui peningkatan biaya perusahaan. 6. Efek Penyesuaian Sektoral Sectoral Adjustment Effect Guncangan harga minyak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja melalui perubahan biaya produksi relatif industri. Jika harga minyak naik secara berkelanjutan, maka struktur produksi akan berubah dan berdampak terhadap pengangguran. Guncangan harga minyak bisa menambah biaya produksi marjinal di banyak sektor yang intensif menggunakan minyak oil intensive sectors dan bisa memotivasi perusahaan mengadopsi metode produksi baru yang kurang intensif menggunakan minyak. Perubahan ini pada gilirannya menghasilkan realokasi modal dan tenaga kerja antar sektor yang bisa mempengaruhi pengangguran dalam jangka panjang. M. Afdi Nizar, 2012. Pada tahun 2014 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No.06 Tahun 2014, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2013, tentang harga jual eceran jenis BBM tertentu untuk konsumen pengguna tertentu, dengan dikeluarkannya peraturan Menteri ESDM No. 06 tahun 2014 tersebut, maka nelayan dapat kembali menikmati BBM bersubsidi dan instruksi Ka BPH migas Universitas Sumatera Utara 36 2907Ka.BPH2014 tertanggal 15 Januari 2014, gugur dengan sendirinya, demikian diutarakan Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian ESDM, Saleh Abdurrahman. Jumat, 21022104. Dengan terbitnya Permen ESDM No. 06 tahun 2014 tersebut, maka nelayan dengan kapal dibawah atau diatas 30 Gross ton GT dapat membeli BBM Bersubsidi dengan volume sebanyak 25 kiloliter per bulan. “Permen ESDM No.06 tahun 2014 secara eksplisit menyebutkan, kapal nelayan berbendera Indonesia dibawah atau diatas 30 gross ton GT yang terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan, SKPD Provinsi, KabupatenKota, dapat membeli BBM Bersubsidi dengan pemakaian paling banyak 25 kiloliter per bulan dengan verifikasi dan surat rekomendasi dari pelabuhan perikanan atau kepala SKPD Provinsi, KabupatenKota yang membidangi perikanan sesuai bidangnya masing-masing. Besaran volume BBM yang dibatasi hanya 25 kiloliter sudah diperhitungkan secara matang. Pertimbangan dikeluarkannya Permen yang sudah mulai berlaku sejak tanggal 20 Februari 2014 tersebut, antara lain, pemerintah masih memandang nelayan dengan bobot kapal 30 GT masih memerlukan BBM Bersubsidi sebagai bahan bakar dan kapal-kapal tersebut umumnya masih dimiliki kelompok nelayan yang memiliki penghasilan menengah kebawah. SF

2.2. Penelitian Terdahulu