Nilai CBR = PI70,37 x 100   PI dalam kg  cm
2
2.  Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm 0,2”
terhadap penetrasi standard yang besarnya 105,56 kgcm2 1500 psi Nilai CBR =PI105,56  x 100   PI dalam kg  cm
2
Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar. Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-2012.Nilai
kekuatan  tanah  tersebut  digunakan  sebagai  acuan  perlu  tidaknya  distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
a. CBR laboratorium rendaman soaked design CBR Pada  pengujian  CBR  laboratorium  rendaman  pelaksanaannya  lebih  sulit
karena  membutuhkan  waktu  dan  biaya  relatif  lebih  besar  dibandingkan  CBR laboratorium tanpa rendaman. Disini penulis akan menggunakan pengujian CBR
rendaman.
b. CBR laboratorium tanpa rendaman Unsoaked Design CBR Hasil  pengujian  CBR  laboratorium  tanpa  rendaman  sejauh  ini  selalu
menghasilkan  daya  dukung  tanah  lebih  besar  dibandingkan  dengan  CBR laboratorium rendaman.
2.2   Bahan-bahan Penelitian 2.2.1  Tanah Lempung Clay
Beberapa definisi tanah lempung antara lain: 1.
Das 1991
Universitas Sumatera Utara
Mendefenisikan  bahwa  tanah  lempung  sebagian  besar  terdiri  dari  partikel mikroskopis  dan  sub-mikroskopis  tidak  dapat  dilihat  dengan  jelas  bila
hanya  dengan  mikroskopis  biasa  yang  berbentuk  lempengan-lempengan pipih  dan  merupakan  partikel-partikel  dari  mika,  mineral-mineral  lempung
clay mineral, dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang.
Namun  pada  kadar  air  yang  lebih  tinggi  lempung  akan  bersifat  lengket kohesif dan sangat lunak.
2. Terzaghi 1987
Mendefenisikan  bahwa  tanah  lempung  sebagai  tanah  dengan  ukuran mikrokonis  sampai  dengan  sub  mikrokonis  yang  berasal  dari  pelapukan
unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan permeabilitas lempung sangat rendah. Sehingga bersifat
plastis pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket kohesif dan sangat lunak.
3. Bowles 1991
Mendefinisikan  tanah  lempung  sebagai  deposit  yang  mempunyai  partikel berukuran  lebih  kecil  atau  sama  dengan  0,002  mm  dalam  jumlah  apabila
lebih dari 50 . 4.
Hardiyatmo 1992 Mengatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung antara lain
ukuran  butiran  halus  lebih  kecil  dari  0,002  mm,  permeabilitas  rendah, kenaikan  air  kapiler  tinggi,  bersifat  sangat  kohesif,  kadar  kembang  susut
yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
Universitas Sumatera Utara
Secara  umum  dalam  klasifikasi  tanah,  partikel  tanah  lempung  memiliki diameter  2µm  atau  sekitar  0,002  mm  USDA,  AASHTO,  USCS.  Dibeberapa
kasus partikel berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai  partikel  lempung  ASTM-D-653.  Dari  segi  mineral  tanah  dapat  juga
disebut  sebagai  tanah  bukan  lempung  non  clay  soil  meskipun  terdiri  dari partikel-partikel  yang  sangat  kecil  partikel-partikel  quartz,  feldspar,  mika  dapat
berukuran  sub  mikroskopis  tetapi  umumnya  tidak  bersifat  plastis.  Partikel- partikel  dari  mineral  lempung  umumnya  berukuran  koloid,  merupakan  gugusan
kristal  berukuran  mikro,  yaitu    1  µm  2  µm  merupakan  batas  atasnya.  Tanah lempung merupakan hasil proses pelapukan mineral batuan induknya, yang salah
satu  penyebabnya  adalah  air  yang  mengandung  asam  atau  alkali,  oksigen,  dan karbondioksida.
2.2.1.1 Lempung dan Mineral Penyusun
Mineral  lempung  merupakan  senyawa  aluminium  silikat  yang  kompleks. Mineral ini terdiri dari dua lempung kristal pembentuk kristal dasar,  yaitu silika
tetrahedra dan aluminium oktahedra. Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon dan unit oktahedra terdiri dari enam
gugus ion hidroksil OH yang mengelilingi atom aluminium Das, 1991. Ciri tanah lempung adalah sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat
plastis pada kadar air sedang sedangkan pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket kohesif dan sangat lunak. Kohesif menunjukan bahwa pada
keadaan  basah  tanah  memiliki  kemampuan  gaya  tarik-menarik  yang  besar sehingga  partikel-pertikel  itu  melekat  satu  sama  lainnya  sedangkan  plastisitas
merupakan  sifat  yang  memungkinkan  bentuk  bahan  itu  diubah-ubah  tanpa
Universitas Sumatera Utara
perubahan  isi  atau  tanpa  kembali  ke  bentuk  aslinya  dan  tanpa  terjadi  retakan- retakan atau terpecah-pecah.
Lempung merupakan mineral asli yang mempunyai sifat plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai komposisi berupa hydrous
aluminium dan  magnesium  silikat  dalam  jumlah  yang  besar.  Mineral  lempung
sebagian  besar  mempunyai  struktur  berlapis  dimana  ukuran  mineralnya  sangat kecil yakni kurang dari 2 µm  1µm = 0,000001m, meskipun ada klasifikasi yang
menyatakan bahwa batas atas lempung adalah 0,005 m ASTM dan merupakan partikel  yang  aktif  secara  elektrokimiawi  yang  hanya  dapat  dilihat  dengan
mikroskop elektron. Bowles  1991  menyatakan  bahwa  sumber  utama  dari  mineral  lempung
adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung :   felspar ortoklas
  felspar plagioklas   mika muskovit
Dimana  semuanya  itu  dapat  disebut  silikat  aluminium  kompleks  complex aluminium silicates
. Lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral lempung kaolinite, montmorillonite dan illite group dan mineral-mineral
lain  yang  mempunyai  ukuran  sesuai  dengan  batasan  yang  ada  mika  group, serpentinite group
. Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika tetrahedron  dan  aluminium  oktahedron.  Satuan-satuan  dasar  tersebut  bersatu
membentuk struktur lembaran. Unit-unit silika tetrahedra berkombinasi membentuk lembaran silika silica
sheet dan  unit-unit  oktahedra  berkombinasi  membentuk  lembaran  oktahedra
Universitas Sumatera Utara
gibbsite  sheet.  Bila  lembaran  silika  itu  ditumpuk  di  atas  lembaran  oktahedra, atom-atom  oksigen  tersebut  akan  menggantikan  posisi  ion  hidroksil  pada
oktahedra untuk memenuhi keseimbangan muatan mereka.
a                                         b
c                                        d
e Gambar 2.7 Struktur Atom Mineral Lempung  a  silica tetrahedra ;  b  silica
sheet ;  c  aluminium oktahedra ;  d  lembaran oktahedra gibbsite ;  e
lembaran silika – gibbsite Das, 1991.
Universitas Sumatera Utara
a. Kaolinite
Istilah “kaolinite” dikembangkan dari kata “ Kauling” yang berasal dari nama  sebuah  bukit  yang  tinggi  di  Jauchau  Fu,  China,  dimana  lempung
kaolinite  putih  mula-mula  diperoleh  beberapa  abad  yang  lalu  Bowles, 1991.  Kaolinite  merupakan  hasil  pelapukan  sulfat  atau  air  yang
mengandung  karbonat  pada  temperatur  sedang  dan  umumnya  berwarna putih, putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.
Struktur  unit  kaolinite  terdiri  dari  lembaran-lembaran  silika  tetrahedral yang  digabung  dengan  lembaran  alumina  oktahedran  gibbsite.  Lembaran
silika  dan  gibbsite  ini  sering  disebut  sebagai  mineral  lempung  1:1  dengan tebal  kira-kira  7,2  Å  1  Å=10
-10
m.  Mineral  kaolinite  berwujud  seperti lempengan-lempengan tipis dengan diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan
ketebalan dari 100 Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik per unit massa ± 15 m
2
gr yang memiliki rumus kimia: OH
8
Al
4
Si
4
O
10
Keluarga mineral kaolinite 1:1 yang lainnya adalah halloysite. Halloysite memiliki  tumpukan  yang  lebih  acak  dibandingkan  dengan  kaolinite
sehingga molekul tunggal dari air dapat masuk. Halloysite memiliki rumus kimia sebagai berikut.
OH
8
Al
4
Si
4
O
10
. 4H
2
O
Gambar dari struktur kaolinite dapat dilihat dalam Gambar 2.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Struktur Kaolinite Das, 1991
b. Illite
Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois.
Mineral illite bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai hubungan dengan mika biasa Bowles, 1991. Mineral illite memiliki rumus
kimia sebagai berikut: OH
4
K
y
Si
8-y
. Al
y
Al
4
. Mg
6
.Fe
4
. Fe
6
O
20
Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,  tebal  dan  komposisi  yang  hampir  sama  dengan  montmorillonite.
Perbedaannya ada pada :  Kalium K berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai
penyeimbang muatan.  Terdapat ± 20 pergantian silikon Si oleh aluminium Al pada lempeng
tetrahedral.  Struktur mineral illite tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.
Pembentukan  mineral  lempung  yang  berbeda  disebabkan  oleh  subtitusi kation-kation  yang  berbeda  pada  lembaran  oktahedral.  Bila  sebuah  anion
dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
Universitas Sumatera Utara
disubstitusikan  kedalam  lembaran  aluminium  dan  mengisi  seluruh  posisi kation, maka mineral tersebut disebut  brucite. Struktur mineral  illite dapat
dilihat dalam Gambar 2.9
Gambar 2.9 Struktur Illite Das, 1991
c. Montmorillonite
Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang
ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847 yang memiliki rumus kimia:
OH
4
Si
8
Al
4
O
20
. nH
2
O Dimana nH
2
O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral montmorillonite
juga disebut mineral dua banding satu 2:1 karena satuan susunan  kristalnya  terbentuk  dari  susunan  dua  lempeng  silika  tetrahedral
mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya. Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al
2
O
3
diantara dua lempeng SiO
2
.  Inilah  yang  menyebabkan  montmorillonite  dapat  mengembang  dan mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation
lebih  tinggi.  Tebal  satuan  unit  adalah  9,6  Å  0,96  μm,  seperti  yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. Gaya Van Der Walls mengikat satuan unit
Universitas Sumatera Utara
sangat lemah diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika, oleh karena itu lapisan  air  nH
2
O  dengan  kation  dapat  dengan  mudah  menyusup  dan memperlemah  ikatan  antar  satuan  susunan  kristal.  Sehingga  menyebabkan
antar lapisan terpisah. Ukuran unit massa montmorillonite sangat besar dan dapat menyerap air dengan sangat kuat sehingga mudah mengalami proses
pengembangan.  Gambar  dari  struktur  kaolinite  dapat  dilihat  di  dalam Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Struktur Montmorillonite Das, 1991
2.2.1.2 Sifat Umum Tanah Lempung
Bowles 1991 menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung adalah: 1.  Hidrasi
Partikel  lempung  hampir  selalu  mengalami  hidrasi,  hal  ini  disebabkan karena  lempung  biasanya  bermuatan  negatif,  yaitu  partikel  dikelilingi
oleh  lapisan-lapisan  molekul  air  yang  disebut  sebagai  air  teradsorbsi adsorbed  water.  Lapisan  ini  umumnya  memiliki  tebal  dua  molekul.
Sehingga  disebut  sebagai  lapisan  difusi  diffuse  layer  lapisan  difusi ganda  atau  lapisan  ganda.
Universitas Sumatera Utara
2.  Aktivitas Aktivitas  tanah  lempung  adalah  perbandingan  antara  Indeks  Plastisitas
IP  dengan  persentase  butiran  lempung,  dan  dapat  disederhanakan dalam persamaan:
2.23 Dimana  persentase  lempung  diambil  sebagai  fraksi  tanah  yang    2  µm
untuknilaiA Aktivitas, A  1,25
: tanah digolongkan aktif dan bersifat ekspansif 1,25 A 0,75  : tanah digolongkan normal
A  0,75 : tanah digolongkan tidak aktif.
Nilai- nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Aktivitas tanah lempung Bowles, 1991
Minerologi Tanah Lempung Nilai Aktivitas
Kaolinite 0,4
– 0,5 Illite
0,5 – 1,0
Montmorillonite 1,0
– 7,0 Sumber: Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah Mekanika Tanah, Bowles, 1994
1 . Flokulasi dan Dispersi
Pengertian flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel lempung di dalam  larutan  air  akibat  mineral  lempung  umumnya  mempunyai  pH7.
Flokulasi  larutan  dapat  dinetralisir  dengan  menambahkan  bahan-bahan yang  mengandung  asam  ion  H
+
,  sedangkan  penambahan  bahan-bahan alkali  akan  mempercepat  flokulasi.  Untuk menghindari  flokulasi  larutan
air  dapat  ditambahkan  zat  asam.  Lempung  yang  baru  saja  terflokulasi
Universitas Sumatera Utara
dapat  dengan  mudah  didispersikan  kembali  ke  dalam  larutan  dengan menggoncangnya,  menandakan  bahwa  tarikan  antar  partikel  jauh  lebih
kecil  dari  gaya  goncangan.  Apabila  lempung  tersebut  telahdidiamkan beberapa  waktu  dispersi  tidak  dapat  tercapai  dengan  mudah,  yang
menunjukkan adanya gejala tiksotropik, dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu.
2 . Pengaruh Zat Cair
Air  berfungsi  sebagai  penentu  plastisitas  tanah  lempung.  Molekul  air merupakan  molekul  yang  dipolar,  yaitu  atom  hidrogen  tidak  tersusun
simetri  di  sekitar  atom-atom  oksigen  Gambar  2.12a.  Hal  ini  berarti bahwa  satu  .molekul  air  merupakan  batang  yang  mempunyai  muatan
positif  dan  negatif  pada  ujung  yang  berlawanan  atau  dipolar  Gambar 2.11b.
Gambar 2.11 Sifat dipolar molekul air Hardiyatmo, 1992
Molekul  bersifat  dipolar,  yang  berarti  memiliki  muatan  positif  dan negatif  pada  ujung  yang  berlawanan,  sehingga  dapat  tertarik  oleh  lempung
secara elektrik. Terdapat 3 mekanismenya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tarikan  antara  permukaan  bermuatan  negatif  dari  partikel  lempung
dengan ujung positif dari dipolar. 2.
Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari  ujung  dipolar.  Kation-kation  ini  tertarik  oleh  permukaan  partikel
lempung yang bermuatan negatif. 3.
Andil  atom-atom  hidrogen  dalam  molekul  air,  yaitu  dengan  ikatan hidrogen antara atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen
dalam molekul-molekul air hydrogen bonding.
Gambar 2.12 Molekul air dipolar dalam lapisan ganda Das,1991
Mineral  lempung  yang  berbeda  memiliki  defisiensi  dan  tendensi  yang berbeda untuk menarik exchangeablecation. Exchangeable cation adalah keadaan
dimana kation dapat dengan mudah berpindah dengan ion  yang bervalensi sama dengan  kation  asli.  Montmorillonite  memiliki  defisiensi  dan  daya  tarik
exchangeable cation yang lebih besar daripada kaolinite. Kalsium dan magnesium merupakan  exchangeable  cationyang  paling  dominan  pada  tanah,  sedangkan
potassium dan  sodium  merupakan  yang  paling  tidak  dominan.  Ada  beberapa
Mekanisme 3 Mekanisme 2
Mekanisme 1
Universitas Sumatera Utara
faktor  yang  mempengaruhi  exchangeable  cation,  yaitu  valensi  kation,  besarnya ion  dan  besarnya  ion  hidrasi.  Kemampuan  mendesak  dari  kation-kation  dapat
dilihat dari besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut: Al
+3
Ca
+2
Mg
+2
NH
+4
K
+
H
+
Na
+
Li
+
Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain yang berada dikirinya Das, 2008 Semakin  luas  permukaan  spesifik  tanah  lempung,  air  yang  tertarik  secara
elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda jumlahnya akan semakin  besar.  Air  lapisan  ganda  inilah  yang  menyebabkan  sifat  plastis  pada
tanah lempung. Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung memberi bentuk dasar dari susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya terikat satu sama lain
lewat  lapisan  air  serapannya.  Selain  itu  jarak  antara  partikel  juga  akan mempengaruhi  hubungan  tarik  menarik  atau  tolak  menolak  antar  partikel  tanah
lempung  yang  diakibatkan  oleh  pengaruh  ikatan  hidrogen,  gaya  Van  der  Walls serta macam ikatan kimia dan organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi
gaya antar partikel. Sehingga  ikatan  antar  partikel  tanah  yang  disusun  oleh  mineral  lempung
akan sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe, konsentrasi  dan  distribusi  kation-kation  yang  berfungsi  untuk  mengimbangi
muatannya. Kapasitas  pertukaran  kation  tanah  lempung  didefinisikan  sebagai  jumlah
pertukaran  ion-ion  yang  dinyatakan  dalam  miliekivalen  per  100  gram  lempung kering.  Beberapa  garam  juga  terdapat  pada  permukaan  partikel  lempung  kering.
Pada  waktu  air  ditambahkan  pada  lempung,  kation-kation  dan  anion-anion mengapung di sekitar partikelnya Gambar 2.13.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 Kation dan anion pada partikel Das,1991
Pada  penelitian  ini  akan  dilakukan  usaha  penggantian  kation-kation  yang terdapat pada lempung dengan kation-kation dari bahan semen yang dicampurkan
dengan abu vulkanik dengan variasi yang berbeda-beda.
2.2.2  Semen 2.2.2.1 Umum
Semen  adalah  bahan  yang  mempunyai  sifat  adhesif  maupun  kohesif,  yaitu bahan  pengikat.  Semen  juga  merupakan  perekat  hidrolis  dimana  senyawa-
senyawa  yang  terkandung  di  dalam  semen  dapat  bereaksi  dengan  air  dan membentuk  zat  baru  yang  bersifat  sebagai  perekat  terhadap  batuan.  Semen
mimiliki  susunan  yang  berbeda-beda,  dan  semen  dapat  dibedakan  menjadi  2 kelompok yaitu:
1. Semen hidrolik
Semen hidrolik adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air, tahan  terhadap  air  water  resistance  dan  stabil  di  dalam  air  setelah
mengeras.  Contoh  semen  hidrolik  antara  lain  semen  portland,  semen
Universitas Sumatera Utara
pozzolan,  semen  alumina,  semen  portland-pozzolan,  semen  terak,  semen alam dan lain-lain.
2. Semen non-hidrolik.
Semen  non  hidrolik  adalah  semen  yang  tidak  memiliki  kemampuan  untuk mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara.
Contoh dari semen non hidrolik adalah kapur.
2.2.2.2 Semen Portland
Semen  portland  adalah  perekat  hidrolis  yang  dihasilkan  dari  penggilingan klinker dengan kandungan utamanya adalah kalsium silikat yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan. Unsur penting dalam semen portland yaitu:
a. Dikalsium silikat 2CaO. SiO
2
atau C
2
S b.
Trikalsium silikat 3CaO.SiO
2
atau C
3
S c.
Kalsium sulfat dihidrat gypsum CaSO
4
.2H
2
O d.
Trikalsium aluminat 3CaO.Al
2
O
3
atau C
3
A e.
Tetrakalsium aluminoferit 4CaO.Al
2
O
3
. Fe
2
O
3
atau C
4
AF
2.2.2.2.1 Hidrasi Semen
Ketika  air  ditambahkan  ke  dalam  campuran  semen,  proses  kimiawi  yang disebut  hidrasi  akan  berlangsung.  Senyawa  kimia  dalam  semen  akan  bereaksi
dengan air dan membentuk komponen baru. Proses kimia untuk reaksi hidrasi dari unsur C
2
S dan C
3
S dapat ditulis sebagai berikut: 2 C
3
S + 6 H
2
O   C
3
S
2
H
3
+ 3 Ca OH
2
2 C
2
S + 4 H
2
O   C
3
S
2
H
3
+ Ca OH
2
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dapat dipakai  waktu  proses  hidrasi  berlangsung.  Pada  dasarnya  jumlah  air  yang
diperlukan untuk proses hidrasi sekitar 20  dari berat semen Nugraha, 2007. 2.2.2.2.2 Jenis-jenis Semen Portland
Sesuai  dengan  kebutuhan  pemakaian  semen  saat  ini,  dalam perkembangannya dikenal berbagai jenis semen portland antara lain:
1. Semen portland biasa
Semen portland ini digunakan dalam pelaksanaan konstruksi secara umum jika  tidak  diperlukan  sifat-sifat  khusus,  seperti  ketahanan  terhadap  sulfat,
panas  hidrasi  rendah,  kekuatan  awal  yang  tinggi  dan  sebagainya.  ASTM mengklasifikasikan semen portland ini sebagai tipe I.
2. Semen portland dengan ketahanan sedang terhadap sulfat
Semen  ini  digunakan  pada  konstruksi  jika  sifat  ketahanan  terhadap  sulfat dengan tingkat sedang, yaitu dimana kandungan sulfat SO
3
pada air tanah dan tanah masing-masing 0,8 - 0,17 dan 125 ppm, serta PH tidak kurang
dari 6. ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe II. 3.
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi Semen  portland  ini  mengandung  tricalsium  silikat  C
3
S  lebih  banyak dibanding  semen  portland  biasa.  Semen  jenis  ini  memiliki  kekuatan  awal
yang  tinggi  dan  kekuatan  tekan  pada  waktu  yang  lama  juga  lebih  tinggi dibanding  semen  Portland  biasa.  ASTM  mengklasifikasikan  semen  ini
sebagai tipe III. 4.
Semen portland dengan panas hidrasi rendah
Universitas Sumatera Utara
Semen jenis ini memiliki kandungan tricalsium silikat C
3
S dan tricalsium aluminat  C
3
A  yang  lebih  sedikit,  tetapi  memiliki  kandungan  C
3
S  yang lebih banyak dibanding semen Portland biasa dan memiliki sifat-sifat :
a. Panas hidrasi rendah
b. Kekuatan  awal  rendah,  tetapi  kekuatan  tekan  pada  waktu  lama  sama
dengan semen Portland biasa c.
Susut akibat proses pengeringan rendah d.
Memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, terutama sulfat ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe IV.
5. Semen portland dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat
Semen jenis ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen ini diklasifikasikan sebagai tipe V pada ASTM. Semen jenis ini digunakan pada
konstruksi apabila dibutuhkan ketahanan  yang tinggi terhadap sulfat,  yaitu kandungan  sulfat  SO
3
pada  air  tanah  dan  tanah  masing-masing  0,17  - 1,67 dan 125 ppm
– 1250 ppm, seperti pada konstruksi pengolah limbah atau konstruksi dibawah permukaan air.
Persyaratan komposisi kimia semen portland menurut ASTM Designation C150- 92, seperti terlihat pada Tabel. 2.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2.5. Komposisi kimia semen Portland
Sumber : ASTM Standart On Soil Stabilization With Admixure 1992. 2.2.3  Abu Vulkanik Gunug AVG
Gunung  Sinabung  adalah  gunung  api  di  daratan  Tinggi  Karo,  Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung ini mendadak aktif kembali dengan meletus pada
tahun  2010.  Letusan  terakhir  gunung  ini  terjadi  sejak  September  2013  dan berlangsung  hingga  sekarang.  Material  vulkanik  terdiri  dari  batuan  yang
berukuran  besar  hingga  berukuran  halus,  yang  berukuran  besar  biasanya  jatuh disekitar  kawah  dalam  radius  5-7  km,  sedangkan  yang  berukuran  halus  sampai
ratusan  bahkan  ribuan  km  dari  kawah  disebabkan  oleh  adanya  hembusan  angin. Material yang paling sering menyebabkan bahaya dari peristiwa gunung meletus
adalah seperti lahar, lava, abu vulkanik dan material batu. Abu  vulkanik  merupakan  salah  satu  jenis  bahan  alami  yang  terbentuk  di
dalam  perut  gunung  yang  kemudian  menjadi  material  vulkanik  jatuhan  yang
Universitas Sumatera Utara
disemburkan  ke  udara  pada  saat  terjadi  letusan.  Abu  vulkanik  tidak  larut  dalam air, sangat kasar dan agak korosif.
Secara  umum  komposisi  abu  vulkanik  terdiri  atas  Silika  dan  Kuarsa, sehingga abu vulkanik digolongkan kedalam bahan yang bersifat pozolan. Bahan
pozolan didefinisikan bahan bukan semen yang mengandung silika dan alumina. Sementara  klasifikasi  bahan  pozolan  terbagi  menjadi  dua  bagian,  pozolan  alam
natural  dan  buatan  sintetis,  contoh  pozolan  alam  adalah:  tufa,  abu  vulkanis, tanah diatomae dan trass adalah sebutan pozolan alam yang terkenal di Indonesia.
Selanjutnya contoh pozolan buatan adalah hasil pembakaran tanah liat, abu sekam padi, abu ampas tebu dan hasil pembakaran batu bara fly ash.
Abu vulkanik menjadi material yang paling bermanfaat untuk manusia. Abu vulkanik mengandung beberapa jenis mineral yang penting untuk mempengaruhi
kesuburan  tanah  seperti  magnesium,  seng,  mangan,  zat  besi  dan  selenium. Komponen  ini  akan  menambah  kesuburan  tanah  ketika  bercampur  dengan
senyawa tanah. Beberapa kegunaan abu vulkanik yaitu: -
Dapat  menyuburkan  tanah,  abu  vulkanik  yang  keluar  dari  gunung  berapi mengandung berbagai mineral yang sangat penting untuk tanah. mineral yang
bercampur dengan tanah akan membentuk tanah yang lebih subur. Dampak ini dapat  kita  lihat  secara  langsung  yaitu  kawasan  di  sekitar  pegunungan  selalu
subur. -
Berguna untuk menyediakan bahan bangunan, berbagai jenis batu apung, abu vulkanik  keluar  dan  akan  bercampur  dengan  pasir  dan  tanah  di  sekitar
pegunungan.  Bahan-bahan ini sering diambil untuk menjadi bahan bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Bahkan  di  beberapa  daerah  abu  vulkanik  sering  dijadikan  bahan  campuran untuk membuat semen dan material beton.
Pada penelitian ini sebelum abu vulkanik digunakan untuk membuat benda uji,  maka  abu  vulkanik  tersebut  perlu  dilakukan  pengujian  komposisi  kimianya.
Pengujian  dilakukan  di  Laboratorium  Kimia  Analitik,  Fakultas  Matematika  dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera utara. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan  terhadap  abu  vulkanik  yang  digunakan,  diperoleh  hasil  seperti  yang terlihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Hasil Pengujian Analisis Kimia Abu Vulkanik Gunung Sinabung No.
Parameter Hasil
Metode 1.
SiO
2
84,08 Gravimetri
2. Fe
2
O
3
0,03 Spektrofotometri
3. Al
2
O
3
9,94 Gravimetri
4. CaO
0,14 Titrimetri
Sumber : Hasil Percobaan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU.
2.3   Stabilisasi Tanah