Bahkan  di  beberapa  daerah  abu  vulkanik  sering  dijadikan  bahan  campuran untuk membuat semen dan material beton.
Pada penelitian ini sebelum abu vulkanik digunakan untuk membuat benda uji,  maka  abu  vulkanik  tersebut  perlu  dilakukan  pengujian  komposisi  kimianya.
Pengujian  dilakukan  di  Laboratorium  Kimia  Analitik,  Fakultas  Matematika  dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera utara. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan  terhadap  abu  vulkanik  yang  digunakan,  diperoleh  hasil  seperti  yang terlihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Hasil Pengujian Analisis Kimia Abu Vulkanik Gunung Sinabung No.
Parameter Hasil
Metode 1.
SiO
2
84,08 Gravimetri
2. Fe
2
O
3
0,03 Spektrofotometri
3. Al
2
O
3
9,94 Gravimetri
4. CaO
0,14 Titrimetri
Sumber : Hasil Percobaan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU.
2.3   Stabilisasi Tanah
Ketika  tanah  di  lapangan  bersifat  sangat  lepas  atau  sangat  mudah  tertekan atau pun memiliki indeks konsestensi yang tidak stabil, permeabilitas yang cukup
tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak diinginkan yang membuatnya tidak sesuai  untuk  digunakan  di  dalam  suatu  proyek  konstruksi,  maka  tanah  tersebut
perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah. Tanah  lempung  merupakan  salah  satu  jenis  tanah  yang  sering  dilakukan
proses stabilisasi. Hal ini disebabkan sifat lunak plastis dan kohesif tanah lempung disaat  basah.  Sehingga  menyebabkan  perubahan  volume  yang  besar  karena
Universitas Sumatera Utara
pengaruh  air  dan  menyebabkan  tanah  mengembang  dan  menyusut  dalam  jangka waktu  yang  relatif  cepat.  Stabilisasi  tanah  adalah  pencampuran  tanah  dengan
bahan  tertentu,  guna  memperbaiki  sifat-sifat  teknis  tanah,  atau  dapat  pula, stabilisasi  tanah  adalah  suatu  usaha  untuk  merubah  atau  memperbaiki  sifat-sifat
teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu. Bowles  1991  menyatakan  bahwa  stabilisasi  tanah  mungkin  dilakukan
dengan cara sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kepadatan tanah. 2.
Menambahkan  bahan-bahan  inert  untuk  meningkatkan  kohesi  danatau kekuatan geser dari tanah.
3. Menambahkan  bahan-bahan  yang  mampu  mengakibatkan  perubahan
secara kimiawi ataupun fisik dari tanah. 4.
Merendahkan permukaan air tanah. 5.
Memindahkan danatau mengganti tanah yang bersifat buruk tersebut. Proses stabilisasi tanah ada 3 cara yaitu :
1. Mekanis
Stabilisasi  mekanis  dilakukan  dengan  cara  pemadatan  yang  dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis peralatan mekanis seperti: mesin gilas
roller ,  benda  berat  yang  dijatuhkan,  ledakan,  tekanan  statis,  tekstur,
pembekuan, pemanasan dan sebagainya. 2.
Fisis Stabilisasi  secara  fisis  dilakukan  melalui  perbaikan  gradasi  tanah  dengan
menambah  butiran  tanah  pada  fraksi  tertentu  yang  dianggap  kurang,  guna mencapai gradasi yang rapat.
Universitas Sumatera Utara
3. Kimiawi  Modification by Admixture
Stabilisasi  secara  kimiawi  dilakukan  dengan  cara    menambahkan  bahan kimia  tertentu  sehingga  terjadi  reaksi  kimia.  Bahan  kimia  tersebut  dapat
berupa Portland cement PC, kapur, gypsum, abu terbang fly ash, semen aspal, sodium dan kalsium klorida, ataupun limbah pabrik kertas dan bahan-
bahan  limbah  lainnya  yang  memungkinkan  untuk  digunakan  seperti  abu sekam padi, abu ampas tebu, abu cangkang sawit dan lain-lain.
2.3.1  Stabilisasi Tanah dengan Semen
Stabilisasi tanah dengan semen adalah pencampuran antara tanah yang telah dihancurkan,  semen  dan  air,  kemudian  dipadatkan  dan  menghasilkan  suatu
material baru yaitu tanah – semen dimana karakteristik deformasi, kekuatan, daya
tahan terhadap air, cuaca dan sebagainya dapat disesuikan dengan kebutuhan. Pada  penelitian  ini  digunakan  semen  dengan  jenis  Portland  Cement  tipe-I
dan  abu  vulkanik.  Kelebihan  penggunaan  semen  sebagai  bahan  stabilisasi  tanah adalah:
a. Meningkatkan kekuatan dan kekakuan stiffness
b. Stabilitas volume yang lebih baik
c. Meningkatkan durabilitas
2.3.2  Proses Kimia Pada Stabilisasi Tanah dengan Semen
Suardi  2005  mengatakan  tahapan  proses  kimia  pada  stabilisasi  tanah menggunakan semen adalah sebagai berikut:
a. Absorbsi air dan reaksi pertukaran ion;
Universitas Sumatera Utara
Jika semen portland ditambahkan pada tanah, ion kalsium Ca
++
dilepaskan melalui  proses  hidrolisa  dan  pertukaran  ion  berlanjut  pada  permukaan
partikel-partikel  lempung,  Butiran  lempung  dalam  kandungan  tanah berbentuk halus dan bermuatan negatif. Ion positif seperti ion hidrogen H
+
, ion sodium Na
+
, ion kalsium K
+
, serta air  yang berpolarisasi. Sehingga membentuk  kalsium  silikat  dan  kalsium  aluminat  yang  mengakibatkan
kekuatan  tanah  meningkat.  Reaksi  pozolan;  semuanya  melekat  pada permukaan  butiran  lempung.   Dengan  reaksi  ini  partikel-partikel  lempung
menggumpal sehingga mengakibatkan konsistensi tanah menjadi lebih baik. b.
Reaksi pembentukan kalsium silikat dan kalsium aluminat; Secara umum hidrasi adalah sebagai berikut:
23CaO.SiO
2
+ 6H
2
O 3CaO.2SiO
2
. 3H
2
O+3CaOH
2
22CaO.SiO
2
+ 4H
2
O 3CaO.2SiO
2
. 3H
2
O+ CaOH
2
Reaksi  antara  silika  SiO
2
dan  alumina  Al
2
O
3
halus  yang  terkandung dalam  tanah  lempung  dengan  kandungan  mineral  reaktif,  sehingga  dapat
bereaksi  dengan  kapur  dan  air.  Hasil  reaksi  adalah  terbentuknya  kalsium silikat
hidrat seperti:
tobermorit, kalsium
aluminat hidrat
4CaO.Al
2
O
3
.12H
2
O dan gehlenit hidrat 2CaO.Al
2
O
3
.SiO
2
.6H
2
O  yang tidak larut dalam air. Pembentukan senyawa-senyawa ini berlangsung lambat dan
menyebabkan  tanah  menjadi  lebih  keras,  lebih  padat  dan  lebih  stabil.  Jadi semen  yang  umum  digunakan  untuk  stabilisai  tanah  dengan  bahan  semen
adalah ordinary portland cement atau dikenal sebagai semen tipe I.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Stabilisasi Tanah dengan Abu Vulkanik
Butiran  lempung  dalam  kandungan  yang  berbentuk  halus  dan  bermuatan negatif.  Ion  positif  seperti  ion  hidrogen  H
+
,  ion  sodium  Na
+
,  dan  ion  kalium K
+
,  serta  air  yang  berpolarisasi,  semuanya  melekat  pada  permukaan  butiran lempung. Jika unsur kimia seperti Fe
2
O
3
, CaO dan MgO ditambahkan pada tanah dengan  kondisi  seperti  diatas,  maka  pertukaran  ion  segera  terjadi,  dan  ion  yang
berasal  dari  larutan  Fe
2
O
3
,  CaO  dan  MgO  diserap  oleh  permukaan  butiran lempung.  Jadi,  permukaan  butiran  lempung  tadi  kehilangan  kekuatan  tolaknya
repulsion  force,  dan  terjadilah  kohesi  pada  butiran  itu  sehingga  berakibat kekuatan konsistensi tanah tersebut akan bertambah.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG