3. Rita Esti
Perbedaan pendapat dalam mengasuh anak.
4. Betti Dameria
Mertua perempuan yang suka membanding-bandingkan dan pilih kasih.
5. Maria Pane
Perbedaan pendapat dalam mengasuh anak, mertua perempuan yang suka membanding-bandingkan dan pilih
kasih, serta pendapatannya yang sedikit. Sumber: Hasil Penelitian 2015
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis wawancara dan pengamatan peneliti dari setiap informasi dan observasi secara langsung di lapangan, peneliti dapat membahas
temuan dari penelitian ini secara keseluruhan. Pembahasan dikaitkan dengan tujuan dalam penelitian ini berdasarkan kelima informan, yaitu untuk mengetahui
strategi komunikasi menantu perempuan dengan mertua perempuan dalam menghadapi konflik serta penyebab konflik antara menantu perempuan dengan
mertua perempuan yang sudah tinggal bersama di Kota Medan. Bersatunya dua individu yang berbeda latar belakang serta kebiasaan bisa
menimbulkan berbagai masalah, apalagi jika harus tinggal bersama dengan mertua perempuan. Ketika orang tua berada dalam satu atap dengan anak-anaknya yang
telah berumah tangga, kemungkinan terjadinya konflik akan semakin besar. Fenomena konflik mertua perempuan dengan menantu perempuan yang tinggal
bersama memang lebih sering terjadi dibandingkan konflik mertua perempuan dengan menantu laki-lakinya. Secara psikologis, dua perempuan yang mempunyai
peran sama sebagai ibu rumah tangga dalam satu rumah akan sulit menghindari konflik. Ibarat kapal ada dua nakhoda, masing-masing merasa punya kekuatan dan
peran. Selain itu, kasus ketidakharmonisan ini pada dasarnya juga disebabkan oleh pola pikir perempuan yang sangat sensitif, sedangkan fase kehidupan yang paling
berharga baginya adalah keluarga. Ketidakharmonisan antara menantu perempuan dengan mertua perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah tidak jarang
Universitas Sumatera Utara
terjadi adanya sebuah konflik yang mengakibatkan adanya hambatan dalam berkomunikasi.Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi yang dianggap penting
sebagai sebuah kelancaran dalam proses komunikasi dan upaya mengatasi hambatan tersebut baik secara sosiologis, psikologis, dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan tujuan penelitian, hasil dari kelima informan yang telah peneliti teliti menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan menantu
perempuan dalam menghadapi konflik dengan mertua perempuan adalah meninggalkan Informan I dan diam Informan III dan V. Walaupun dari kelima
informan yang sudah peneliti wawancarai, ada beberapa informan yang tidak menggunakan strategi komunikasi dalam menghadapi konflik dengan mertua
perempuan. Salah satu alasan mengapa informan tersebut tidak menggunakan strategi komunikasi dalam menghadapi konflik dengan mertua perempuan adalah
karena informan tersebut mempunyai sifat yang cuek dan tidak terlalu peduli terhadap mertua perempuan sehingga jarang mengalami konflik dengan mertua
perempuan Informan II, dan ada juga informan yang merasa tidak nyaman untuk tinggal bersama dengan mertua perempuan dan memilih untuk pindah dan tidak
lagi tinggal bersama dengan mertua perempuan karena mertua perempuan yang suka membanding-bandingkan dan pilih kasih karena beberapa informan dalam
penelitian ini tidak hanya tinggal bersama dengan mertua perempuan, tetapi juga tinggal bersama dengan ipar-iparnya Informan IV.
Beberapa informan dari kelima informan yang telah peneliti wawancarai mengaku bahwa mereka juga mempunyai cara dalam menyelesaikan konflik
dengan mertua perempuan, yaitu dengan cara melakukan pendekatan secara pribadi kepada mertua perempuan dengan cara mengajak mengobrol mertua
perempuan sambil berjalan-jalan bersama Informan I dan mengadakan makan bersama Informan V. Dari kelima informan ini, ada satu informan yang
mengaku bahwa ia tidak pernah menyelesaikan konflik dengan mertua perempuan karena menganggap konflik tersebut seperti angin lalu atau tidak ada konflik,
karena ia menganggap konflik tersebut bukanlah konflik yang besar Informan III.
Selain peneliti menemukan strategi komunikasi yang digunakan menantu perempuan dalam menghadapi konflik dengan mertua perempuan, peneliti juga
Universitas Sumatera Utara
mengetahui penyebab konflik antara menantu perempuan dengan mertua perempuan yang sudah tinggal bersama. Kelima informan ini mempunyai
penyebab konflik yang berbeda-beda. Informan I mengaku bahwa penyebab konflik dengan mertua perempuan adalah karena anak-anaknya yang suka
berkelahi dan sering menganggu ibu mertuanya. Berbeda dengan Informan II mengaku bahwa ia jarang mengalami konflik karena ia mempunyai sifat yang
cuek dan tidak terlalu peduli terhadap ibu mertuanya sehingga konflik jarang terjadi. Berbeda dengan Informan III, ia mengaku bahwa penyebab konflik
dengan mertua perempuan adalah karena perbedaan pendapat dalam mengasuh anak. Berbeda lagi dengan Informan IV, ia mengaku bahwa penyebab konflik
dengan mertua perempuan adalah karena ibu mertuanya yang suka membanding- bandingkan dan pilih kasih karena beliau bukan hanya tinggal bersama dengan
mertua perempuan tetapi ia juga tinggal bersama dengan ipar-iparnya. Sama halnya dengan Informan III dan IV, Informan V ini mengaku bahwa penyebab
konflik dengan mertua perempuan adalah karena perbedaan pendapat dalam mengasuh anak, mertua perempuan yang suka pilih kasih, dan juga karena
pendapatannya yang sedikit. Beberapa dari kelima informan ini juga ada yang mengaku bahwa mereka
mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama dengan mertua perempuan karena mereka ingin lebih mandiri bersama suami dan anak-anaknya yaitu
Informan I, IV, dan V. Berbeda halnya dengan Informan II dan III, mereka belum mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama dengan mertua perempuan.
Informan II mengaku bahwa alasan mengapa ia masih bertahan dan belum mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama dengan mertua perempuan
karena sebelum menikah, ia bersama suaminya telah sepakat untuk menjaga dan merawat ibu mertuanya yang tinggal sendiri. Sama halnya dengan Informan III, ia
mengaku bahwa alasan mengapa ia masih bertahan dan belum mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama dengan mertua perempuan karena ia
membutuhkan bantuan ibu mertuanya untuk menjaga dan merawat anaknya yang masih kecil.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai penyebab konflik antara menantu perempuan dengan mertua perempuan serta dikaitkan dengan teori yang ada, tentu
Universitas Sumatera Utara
saja pemahaman akan strategi komunikasi dan realisasi perencanaan strategi dapat tergambar jelas dari keseluruhan aspek yang melibatkan aktor dalam penelitian ini
yaitu menantu perempuan dengan mertua perempuan dalam menghadapi konflik itu sendiri.
Adapun strategi komunikasi yang digunakan kelima informan dalam menghadapi konflik adalah meninggalkan dan diam. Akan tetapi, meskipun
kelima informan ini tidak menggunakan strategi komunikasi dalam menghadapi konflik secara maksimal, namun kelima informan ini mempunyai cara dalam
menyelesaikan konflik dengan mertua perempuan, yaitu dengan cara mengajak mengobrol mertua perempuan sambil berjalan-jalan bersama Informan I dan
mengadakan makan bersama Informan V. Mengajak mengobrol berarti melakukan kemampuan komunikasi. Itu artinya, komunikasi juga menuntun kita
untuk bersama-sama menuju kesamaan similarity namun komunikasi juga menciptakan, mempertahankan, dan mengelola berbagai perbedaan Morissan,
2013: 311. Hampir masing-masing informan dalam penelitian ini pada awalnya tidak
mengerti apa yang dimaksud dengan strategi komunikasi perencanaan dalam mencapai suatu tujuan namun, setelah peneliti menjelaskan hal tersebut, pada
kenyataannya setiap informan mengkonstruksikan strategi komunikasi dalam menghadapi konflik dengan cara yang berbeda-beda dengan maksud dan tujuan
yang sama. Dari kasus menantu perempuan yang sudah tinggal bersama dengan
mertua perempuan, maka dapat dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Dialektika Hubungan yang dialami oleh kelima
informan. Peneliti dapat melihat asumsi dasar Teori Dialektika Hubungan Relational Dialectics Theory, yaitu kontradiksi merupakan fakta fundamental
mendasar dalam berhubungan yang berarti menekankan kontradiksi atau ketegangan yang terjadi antara dua hal yang berlawanan tidak pernah hilang
ataupun tidak pernah berhenti menciptakan ketegangan. Manusia mengelola ketegangan dan oposisi dengan cara yang berbeda, tetapi hal ini selalu ada dalam
hidup berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
Kontradiksi tersebut juga merujuk pada oposisi dua elemen yang bertentangan. Sama halnya dengan menantu perempuan yang sudah tinggal
bersama dengan mertua perempuan. Walaupun konflik yang terjadi bukanlah sepenuhnya kesalahan yang dibuat oleh menantu perempuan, tetapi yang tidak
bisa dipungkiri bahwa mau tidak mau menantu perempuan harus menerima resiko untuk menerima semua perlakuan yang dilakukan oleh mertua perempuan. Di
sinilah seharusnya peran komunikasi berperan penting untuk mengelola dan menegosiasikan kontradiksi dalam hubungan. Namun, menantu perempuan ini
lebih memilih untuk meninggalkan dan diam pada saat berkonflik dengan mertua perempuan. Meskipun kelima informan ini tidak menggunakan strategi khusus
dalam menghadapi konflik dengan mertua perempuan, kelima informan ini mempunyai cara dalam menyelesaikan konflik dengan mertua perempuan. Salah
satu yang digunakan adalah pendekatan secara pribadi terhadap mertua perempuan dengan cara mengajak mengobrol sambil berjalan-jalan bersama dan
mengadakan makan bersama. Itu artinya, menantu perempuan ingin menyelesaikan konflik tersebut secara kekeluargaan dan tidak ingin melibatkan
banyak orang dalam menyelesaikan konflik dengan mertua perempuan. Dengan adanya strategi, maka komunikasi antara menantu perempuan
dengan mertua perempuan yang sudah tinggal bersama akan dapat berjalan baik dan efektif, selama tidak ada pihak yang menganggu dan tidak memberi tekanan
pada kedua pihak. Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab
pemilihan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga Cangara, 2013: 61.
Kelima informan ini pun juga lebih memilih untuk menceritakan kepada suami-suaminya apabila sedang berkonflik dengan mertua perempuan. Kelima
informan ini juga lebih jujur kepada suaminya apabila sedang berkonflik dengan mertua perempuan. Kelima informan ini memilih suaminya sebagai perantara
dalam hal mengurangi kesal-kesalan dibandingkan dengan perantara orang lain. Beberapa dari kelima informan ini, sebelum menikah ada yang sudah
mengetahui bahwa harus tinggal bersama dengan mertua perempuan . Namun, ada juga yang belum mengetahui bahwa harus tinggal bersama dengan mertua
Universitas Sumatera Utara
perempuan sehingga membayang-bayangkan mertua perempuan seperti layaknya di televisi.
Beberapa dari kelima informan ini juga mengaku bahwa mereka merasa tidak nyaman tinggal bersama dengan mertua perempuan karena beberapa
informan dalam penelitian ini tidak hanya tinggal bersama dengan mertua perempuan, tetapi juga tinggal bersama dengan ipar-iparnya. Beberapa informan
dalam penelitian ini mengaku bahwa mereka pernah mengalami konflik dengan ipar-iparnya. Salah satu penyebabnya adalah karena anak-anak mereka yang suka
berkelahi Informan I dan pendapatan yang dimiliki oleh menantu perempuan tidaklah sama dengan pendapatan ipar-iparnya yang membuat konflik besar terjadi
Informan V. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai strategi komunikasi yang
digunakan menantu perempuan dalam menghadapi konflik dan penyebab konflik antara menantu perempuan dengan mertua perempuan serta dikaitkan dengan teori
yang telah ada, telah menunjukkan bahwa bagaimana strategi komunikasi menantu perempuan dengan mertua perempuan dalam menghadapi konflik di
Kota Medan. Hal tersebut tergambar jelas melalui segala aspek bahwa strategi komunikasi turut mempengaruhi proses dalam penyelesaian konflik antara
menantu perempuan dengan mertua perempuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN