BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. PerspektifParadigma Kajian
Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar dalam menyusun kerangka pemikiran. Paradigma ibarat sebuah jendela
tempat seseorang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian orang menyatakan paradigma paradigm sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra
fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Namun, secara umum paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar
yang menuntun seseorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Paradigma merupakan
perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita, bagaimana mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam
menginterpretasikan temuan Chariri, 2009: 120. Dalam pandangan filsafat, paradigma merupakan pandangan awal yang
membedakan, memperjelas, dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap perilaku, cara berpikir, intepretasi, dan
kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat
memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan.
Menurut Thomas Kuhn paradigma dipergunakan dalam dua arti yang berbeda yakni paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik,
dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu. Di sisi lain paradigma juga berarti menunjukkan pada sejenis unsur dalam
konstelasi itu, pemecahan teka-teki yang konkrit, yang jika digunakan sebagai model atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar
bagi pemecahan teka-teki sains yang normal yang masih tertinggal Kuhn, 2002: 180. Thomas Kuhn 2002: 103 juga mengeksplisitkan bahwa perubahan
paradigma dapat menyebabkan perbedaan dalam memandang realitas alam semesta. Realitas dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu,
kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Denzin dan Lincoln 1994: 107 paradigma dipandang sebagai seperangkat keyakinan-keyakinan dasar basic believesyang berhubungan dengan
yang pokok atau prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan tentang alam semesta world. Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu
berada di dalamnya, dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta dengan bagian-bagiannya.
Paradigma menurut Guba dan Lincoln 1994 dalam Hidayat 2004, mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme,
postpositivisme, kritikal, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing
http:www.scribd.comdoc15252080Paradigma-Konstruktivisme-Paradigma- Kritikal diakses pada 30 Desember 2015 pukul 12.30 WIB.
Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan
sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah
menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam
realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri.
Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti. Paradigma konstruktivisme berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori
yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivisme. Littlejohn mengatakan bahwa paradigma konstruktivisme berlandaskan pada ide bahwa
realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya Wibowo, 2011: 27.
Sesuai dengan metodologi penelitian ini yakni penelitian kualitatif, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme.
Universitas Sumatera Utara
Konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekannya. Asumsi
ontologism pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks
spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu, realita juga dianggap sebagai konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami
secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks, dan waktu Kriyantono, 2008: 51.
Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilator yang menjembatani
keragaman subjektifitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksikan realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan
moral sebagai bagian integral dari penelitian dengan tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.
Konstruktivisme constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan interpretasi
dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring melalui cara
seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan pada teori dari George Kelly Budyatna Ganiem, 2011: 221 mengenai konsep-konsep pribadi
atau personal constructs yang mengemukakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan peristiwa-peristiwa
yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah alamiah tetapi ditentukan oleh
sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem kognitif individu. Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam
komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu
berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya. Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu tersebut cenderung
Universitas Sumatera Utara
melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki perbedaan secara kognitif, maka individu tersebut akan melakukan perbedaan-
perbedaan secara halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif mengarah kepada pemahaman yang
lebih besar mengenai pandangan-pandangan orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam arti dapat memahami orang lain.
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau strategychoicetheory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya
menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan mengklasifikasikannya yang berkenaan dengan kategori-kategori strategi
Budyatna Ganiem, 2011: 225.
2.2. Kerangka Teori