45
Keterangan gambar : 1.
Ayah dari ego. Saat ini bekerja sebagai buruh di pabrik furniture. Hanya tamatan Sekolah Dasar.
2. Ibu dari ego. Saat ini bekerja sebagai buruh di pabrik minuman.
Menamatkan pendidikan di hingga bangku SMP. 3.
Ego. Saat ini masih duduk di kelas IX SMP dan berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Bekerja sambilan sebagai penjual kue
keliling. 4.
Adik laki-laki dari ego. Saat ini masih bersekolah di kelas VIII SMP. Dari diagram kekerabatan yang ada di atas terlihat bahwa pekerjaan ayah
yang menjadi buruh pabrik ternyata turut menentukan pendidikan si anak. Rian yang tidak mau menjalani kehidupan yang sulit seperti kedua orangtuanya yang
bekerja sebagai buruh, akhirnya mencoba untuk keluar dari kehidupan tersebut dengan cara berusaha untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Rian
berkeyakinan bahwa pendidikan lah satu-satunya sarana baginya untuk keluar dari kesulitan ekonomi yang dialami oleh keluarganya.
3.2. Jamal : Antara Sekolah Atau Bekerja
Jamal adalah salah seorang informan kunci dalam penelitian ini. Jamal saat ini statusnya masih sebagai pelajar Sekolah Menengah Kejuruan di salah satu
sekolah di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Sehari-harinya Jamal lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, bahkan bila dihitung-hitung, Jamal hanya
pulang ke rumahnya untuk tidur dan ganti baju saja. Jamal tinggal di Jalan Kawat IV, Kelurahan Tajung Mulia. Jamal berasal dari keluarga sederhana dimana
Universitas Sumatera Utara
46
ayahnya saat ini sudah bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan karet di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Jam bekerja ayahnya dari pukul 08.00 pagi
hingga pukul 15.30. Sedangkan ibu nya seorang ibu rumah tangga yang saat ini juga sedang sakit dan lebih banyak berbaring di rumah. Jamal sendiri merupakan
anak ke 6 dari 6 bersaudara. Kakak-kakaknya saat ini sudah menikah dan semuanya bekerja sebagai buruh pabrik.
Dalam kesehariannya Jamal merupakan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan SMK atau orang Kelurahan Tanjung Mulia Hilir lebih sering
menjulukinya sebagai Sekolah Teknik Mesin STM. Saat ini Jamal sudah memasuki kelas XII dan sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional UN.
Namun, ada yang berbeda dengan dirinya dibanding pelajar lainnnya. Bila biasanya anak sekolah akan sibuk belajar lengkap dengan seragamnya di sekolah
pada waktu pukul 07.30 hingga pukul 13.00, maka lain halnya dengan Jamal. Pada jam-jam itu Jamal akan berada di tempat-tempat permainan seperti Warnet
Warung Internet, Futsal, Billiard atau di tempat Rental Playstation. Kalau Jamal sedang tidak memiliki uang, maka dia akan pergi ke tempat dia bekerja sambilan
yakni tempat Doorsmer atau tempat jasa pencucian kereta sepeda motor. Peneliti juga mengamati gaya berpakaian dan juga kebiasaan-kebiasaan
Jamal. Ketika Jamal pergi ke sekolah, biasanya dia memakai seragam STM yang bajunya dibiarkan keluar artinya tidak dimasukkan kedalam pinggang celana.
Kebiasaan seperti ini merupakan hal yang wajar bagi anak-anak STM yang memang dalam kegiatan belajarnya hampir semua murid kelas adalah laki-laki.
Kemudian Jamal juga memiliki kebiasaan pergi ke sekolah tanpa membawa tas, biasanya satu-satunya buku miliknya akan diselipkan di dalam bajunya. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
47
juga merupakan sebuah fenomena yang terjadi di kalangan pelajar STM di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Walaupun mereka memiliki tas, namun mereka
lebih menyukai membawa buku seadanya dan menyelipkannya di dalam baju. Alasan dari Jamal melakukan hal tersebut adalah :
“ . . . ngapain pula bawa buku banyak-banyak. Bukannya awak aku sekolah, sikit dibawa buku biar gampang cabut bang. Kalau
pun sekolah ya paling kami pake buku tulis aja, buku bacaan pinjam sama kawan. Kadang kalau diperiksa guru paling
dimarahin. Kalau baju dimasukin itu bang lucu kali la ditengok dilihat sama kawan, macem betul aja. Kalau dikeluarin gini kan
lebih garang dia bang, namanya anak STM . . .”
Peneliti melihat bahwa dikalangan anak-anak STM di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ternyata sudah memiliki kebiasaan bahwa setiap siswa harus
mengeluarkan bajunya agar dianggap anak STM. Apabila ada orang yang memasukkan bajunya ke pinggang, maka akan dicap sebagai anak baik-baik. Hal
ini dikarenakan lingkungan belajar yang hampir semuanya adalah anak laki-laki dan sudah sejak lama memiliki trend sebagai anak-anak yang mencari kebebasan.
Satu hal lagi yang menjadi kebiasaan Jamal adalah merokok. Jamal tidak akan malu-malu lagi meghisap rokok di muka umum, walaupun ketika dirinya
berjalan dengan menggunakan seragam sekolah. Hal ini juga dilakukan oleh banyak anak-anak STM lainnya di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Ketika Jamal
berpapasan dengan teman sekolahnya di jalan, maka biasanya mereka akan mengobrol bersama kemudian nongkrong di Warnet dekat sekolah mereka. Selain
nongkrong di depan warnet, Jamal dan teman-temannya juga ikut bermain game online untuk mengusir rasa penat.
Universitas Sumatera Utara
48
Mereka menganggap bahwa sekolah atau tidak sekolah ujung-ujungnya mereka akan kerja menjadi buruh pabrik juga. Maka buat apa repot-repot pergi ke
sekolah, belajar dengan giat bila nanti hasilnya tetap sama yaitu menjadi buruh pabrik. Lebih baik waktu mereka dihabiskan untuk bermain atau mencari uang.
Seperti yang diungkapkan Jamal : “ . . . untuk apa la sekolah bang ? presiden udah banyak gubernur
udah banyak. Sekolah.. sekolah.. nanti ujung-ujungnya kerja pabrik juga. Bagus awak main-main, disekolah pun awak gak nya ngerti
apa yang dijelasin. Sekolah gak sekolah lulus juga nya nanti bang. Mana la mau sekolah kami banyak muridnya yang gak lulus. Bisa-
bisa tahun depan gak ada lah muridnya . . .”
Orangtua Jamal sebenarnya sudah capek menasehati Jamal. Namun, Jamal selalu bersikeras untuk tidak pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Kalau pn
Jamal pergi ke sekolah, itu hanya agar dia bisa mendapatkan uang jajan Rp.3000, yang kemudian dia habiskan untuk bermain game online di Warnet. Tidak jarang
Jamal dan teman-temannya dipergoki oleh guru sekolahnya ketika bermain di warnet. Biasanya ketika mereka tertangkap mereka akan dibiarkan dulu, namun
keeseokan harinya sekolah akan memberikan surat SPO Surat Pemanggila Orangtua kepada mereka-mereka yang tertangkap.
Namun, bagi Jamal dan teman-temannya SPO adalah sebuah surat yang biasa-biasa saja. Artinya mereka tidak terbebani secara moral apabila orangtua
mereka sampai dipanggil ke sekolah karena kenakalan mereka. Biasanya ketika Jamal diberikan SPO maka surat tersebut akan dibuangnya, lalu Jamal tidak akan
Universitas Sumatera Utara
49
datang ke sekolah selama tiga hari. Hal ini dilakukan agar guru mereka sudah lupa dengan kejadian tersebut.
“ . . . biasanya kalau kami pigi ke warnet bang ada aja itu guru- guru kami yang nyariin muridnya yang cabut di warnet. Kalau
ketangkep udah lah, pasti kena SPO. Awak pun sering bang dapat SPO, cuman mana pernah kukasi sama bos1
Namun, lain halnya jika Jamal ketahuan oleh abangnya ketika cabut ku, mati lah aku
dibacok sama bos ku bang. Palingan kalo dapet SPO pas pulang kuliah buang ke paret selokan, abis itu gak usah datang ke
sekolah tiga hari . . .”
Hal tersebut sudah lazim dilakukan oleh pelajar-pelajar di STM tempat Jamal bersekolah. Membolos sekolah selama tiga hari untuk menghindari SPO
juga adalah saran-saran yang didapatnya dari teman-temannya di sekolah. Sehingga hal itu lah yang sampai saat ini masih dilakukan oleh Jamal dan teman-
temannya.
2
“ . . . kalau sama guru BP yang ketahuan cabut masih enggak papa bang. Tapi kalau uda ketahuan aku sama abangku, wihh ampun lah
bang. Pernah aku dipukulin sama abang ku waktu main PS aku di dekat sekolah. Habis aku bang ditunjangi dia, ini aja sampe masi
ada bekas cobel di plipisku gara-gara jatuh ditunjang dia. Itu sekolah. Biasanya bila Jamal ketahuan oleh abangnya cabut sekolah maka dia
akan langsung dipukuli di tempatnya cabut. Seperti ceritanya ketika dia cabut sekolah dan bermain Playstation di dekat sekolahnya, disitu abangnya
memukulinya hingga pelipisnya berdarah. Lalu kemudian abangnya membawa Jamal pulang untuk dilaporkan ke ayah dan ibunya.
1
Panggilan untuk ayahibu, dengan menggunakan bahasa slang 2
Istilah yang digunakan oleh anak sekolah di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir untuk istilah bolos sekolah
Universitas Sumatera Utara
50
makannya aku sekarang kalau mau cabut tengok-tengok tempat juga. Takutnya ketahuan lagi aku sama abangku . . .”
Keluarga Jamal sebenarnya menginginkan agar Jamal bersekolah yang baik, tidak usah cabut, merokok atau yang lainnya. Mereka mnginginkan agar
Jamal dapat menjadi orang yang lebih baik daripada mereka. Namun, pada akhirnya Jamal lebih nyaman dengan hidupnya yang seperti ini. Hal ini
sebenarnya juga merupakan pemberontakan yang dilakukan oleh Jamal, sebab dia merasa diperlakukan tidak adil. Mengapa dirinya tidak boleh cabut, merokok atau
bermain-main sementara abang-abangnya dulu juga melakukan hal yang sama. Sementara ketika dia juga ingin melakukannya dirinya dilarang bahkan dipukuli.
Seperti yang diungkapkan Jamal berikut : “ . . . sebenarnya bang bosku sama abang-bangku pengen aku
sekolah bagus-bagus. Jangan cabut, ngerokok atau main-main ngabisin duit. Tapi masalahnya orang itu kan duluan ngelakuin
daripada aku, awak kan cuman nyontoh abang-abang awak aja. Ini awak cabut dimarahin, merokok dimarahin, main warnet
dimarahin. Sementara orang itu gak pernah awak ganggu hidupnya, itu makannya aku males dirumah. Asik direpetin aja aku bang,
bagus aku kerja, dapet uang . . .”
Sementara itu dilain kesempatan ibu dari Jamal pernah berbicara kepada Jamal agar jangan cabut-cabut sekolah lagi. Ibu nya beralasan biarlah Jamal
menyelesaikan sekolahnya agar dapat mudah diterima bekerja di pabrik. Namun, Jamal bersikeras lebih memilih untuk bekerja saja di doorsmer untuk mencari
tambahan uang jajan. “ . . . sebenarnya mamak awak udah bilang supaya terus
ngelanjutin sekolah, sampe lulus STM aja. Maksud mamak supaya
Universitas Sumatera Utara
51
bisa gampang dimasukin kerja pabrik sama abang-abangku. Cuman males kali aku buat nunggu sampe tamat, udah enggak tahan aku . .
.
Cabut sekolah merupakan kebiasaan yang wajar bagi Jamal dan teman- temannya. Dalam waktu seminggu bersekolah, biasanya Jamal cabut dua hingga
empat kali seminggu. Tergantung pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusannya untuk cabut, misalnya seperti :
1. kondisi keuangan : Jamal dan teman-temannya biasanya akan cabut sekolah bila uang mereka sedang banyak. Sehingga ketika mereka cabut sekolah
mereka bisa pergi ke warnet, rental PS ataupun bermain futsal dengan anak-anak sekolah lain.
2. kondisi sekolah : Jamal akan pergi cabut sekolah apabila dirinya sedang mendapatkan masalah di sekolah seperti pengutipan uang SPP, mendapatkan
SPO, atau bila guru yang tidak disukainya sedang masuk pada hari itu. 3. waktu ujian : walaupun Jamal suka sekali cabut, namun dirinya tidak
akan mau cabut ujian apabila sedang waktu ujian. Lalu untuk biaya selama cabut tersebut peneliti mendapatkan beberapa
fakta yang mengejutkan. Karena apabila Jamal hanya mengandalkan uang jajan sekolahnya yang hanya Rp.3000 tentu uang tersebut hanya dapat membeli rokok 3
batang. Sementara sisanya Jamal dapati dari memakan uang sekolah yang diberikan oleh orangtuanya. Jamal mengaku uang sekolah yang dibayarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
52
orangtuanya tiap bulannya kerap kali dipakainya untuk membeli rokok atau pun keperluan lain ketika dirinya cabut sekolah.
Jumlah uang SPP nya sebesar Rp.150.000 bulan dan biasanya ketika ditanyai oleh bagian keuangan sekolah Jamal hanya menjawab “belum dikasih
sama orangtua”. Tentunya jika Jamal hanya memakai uang sekolah nya saja, tanpa mencoba untuk mencari uang lain maka lambat laun orangtuanya akan tahu.
Ternyata Jamal memiliki cara untuk menutupi uang sekolah yang sudah diambilnya tersebut. Menurut pengakuan Jamal selain dirinya bekerja mencari
uang dari doorsmer biasanya Jamal juga menjual barang-barang dirumahnya. Bahkan dari penuturan Jamal, dirinya pernah menjual tabung gas elpiji 3 Kg,
ayam, sepatu dan juga pakaian miliknya. “ . . . untuk nutupinya ya harus pande-pande lah bang. Kalao aku
kan kerja doorsmer, tapi kadang juga enggak cukup jadi kujual aja lah bang barang-barang yang ada dirumahku. Kalo tabung gas bisa
diangkut ya angkut . . .”
Tindakan Jamal ini merupakan upayanya untuk menutupi lubang yang sudah digalinya dengan membuka lubang lainnya. Dirinya terpaksa melakukannya
karena sudah terjepit tidak memiliki uang. Biasanya ketika Jamal sedang cabut sekolah, dirinya akan berpapasan dengan teman-teman lainnya yang satu sekolah
ataupun dari sekolah lainnya. Bahkan untuk menghindari rajia yang dilakukan oleh guru-guru mereka, Jamal dan teman-temannya biasanya pergi ke tempat-
tempat yang cukup jauh dari sekolah mereka seperti daerah Brayan, Cemara, Belawan dan bahkan hingga ke Kota Binjai.
Universitas Sumatera Utara
53
Jamal mengaku dirinya dan teman-temannya sangat suka pergi ke tempat- tempat baru karena lebih menantang. Satu tempat yang menjadi favorit Jamal dan
teman-temannya cabut sekolah adalah di warnet. Ada salah satu warnet yang berlokasi di Jalan Yosudarso yang menjadi tempat favorit mereka untuk cabut.
Jamal dan teman-temannya menyukai warnet tersebut karena bukan hanya siswa laki-laki saja yang cabut disitu tetapi juga siswa perempuan dari sekolah lain.
Biasanya ditempat ini juga dijadikan sebagai tempat untuk mencari pacar atau bahkan hanya untuk sekedar berkenalan dengan perempuan dari sekolah lain.
“ . . .biasanya bang kalo kami cabut di warnet kami pigi ke warnet langganan kami. Disitu tempatnya banyak kali cewek-cewek nya
bang dari sekolah lain, hitung-hitung cari cewek la bang . . .”
Sementara itu apabila Jamal dan teman-temannya cabut sekolah dan bermain futsal hanya sekali-sekali saja. Karena untuk bermain futsal dibutuhkan
orang yang banyak dan juga uang yang tidak sedikit untuk menyewa lapangan futsal. Maka apabila Jamal dan teman-temannya ingin cabut sekolah dan bermain
futsal, maka harus disepakati dulu siapa-siapa saja orang yang sudah pasti bermain futsal. Kemudian mereka juga akan menyepakati uang taruhan yang akan
mereka pertaruhkan dalam pertandingan tersebut, karena menurut Jamal bila mereka hanya bermain futsal tanpa bertaruh maka tidak akan seru.
Satu hal lain yang juga cukup mengejutkan dilakukan oleh Jamal dan teman-temannya adalah ngelem. Jamal menyadari bahwa perilaku ngelem nya
merupakan suatu usaha pelaRian yang dia lakukan karena merasa tidak betah di rumah, merasa kurang diperhatikan, merasa dikecewakan, dan merasa tidak
berarti. Sehingga dirinya mencari apa yang tidak ada di rumah, seperti mencari
Universitas Sumatera Utara
54
keluarga baru, mencari kesenangan untuk menghilangkan kesedihannya, dan mencari orang yang lebih peduli dengan dirinya untuk mengekspresikan diri
sendiri serta mengikuti cara hidup anak jalanan3
Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, anak mulai
mempelajari nilai-nilai keadilan. Semakin meningkat umur anak, semakin penting pula pengaruh kelompok teman sepermainan. Kadang-kadang dapat terjadi
konflik antara norma yang didapatkan dari keluarga dengan norma yang diterimanya dalam pergaulan dengan teman sepermainan. Tahap ini ditandai
dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang .
Jamal melakukan perilaku ngelem sebagai proses sosialisasi yang dia peroleh dari anak-anak lainnya yang dia temui ketika cabut sekolah. Kemudian
anak-anak ini yang menjadi kelompok baru dimana temanteman sebaya merupakan agen sosialisasi utama karena seorang anak belajar berinteraksi dengan
orang-orang yang sebaya dengan dirinya. Awalnya dirinya hanya sebatas coba- coba, namun setelah mencoba Jamal mengaku dirinya langsung ketagihan dan
akhirnya ngelem setiap hari. Uang dari hasil mencuri, dan bekerjanya akan Jamal belikan lem untuk dihirup ketika cabut dengan teman-temannya.
“ . . . sebenarnya malu juga bang ngomongnya. Karena dulu waktu pertama kali aku ngelem diajakin sama kawan-kawan anak bengkel
Brayan Bengkel waktu aku cabut. Katanya enak kalo udah abis ngelem, memang pertama-tamanya enak kali rasanya. Cuman
sekarang ketagiha awak jadinya. Kek gini lah bang apapun tegade gara-gara awak pengen ngelem . . .”
3 Dalam berbagai penelitian, kebiasaan ngelem biasanya dilakukan oleh anak jalanan.
Universitas Sumatera Utara
55
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini seorang anak mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya.
Jenis lem yang digunakan Jamal dalam melakukan aktifitas “ngelem” yakni, lem jenis fox, aibon untuk mnimbulkan efek nyaman fly, lem perabotan
atau lem alat rumah tangga. Lem ini mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat berbahaya jika dikonsumsi. Perilaku ngelem, khususnya pada remaja
sering berawal dari pengaruh pola pergaulan dan gaya berteman, di samping berasal dari keinginan pribadi dan problem yang terjadi di masyarakat serta akibat
dari adanya sosialisasi yang berjalan dengan tidak baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Sosialisasi dalam keluarga dianggap berjalan dengan tidak baik, ketika peran keluarga sebagai orang terdekat pada anak, kurang atau tidak berfungsi
sama sekali seperti apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh anak. Sedangkan pada lingkungan sekitar, sosialisasi juga tidak jarang dilakukan untuk
mengajarkan hal-hal buruk untuk mengajak orang lain melakukan tindakan menyimpang salah satunya perilaku ngelem di kalangan remaja. Banyak faktor
yang dapat menjelaskan kejadian ini, dilihat dari akibat ngelem, remaja mengalami perubahan emosional yang tidak jarang membawa mereka kepada
halusinasi dan perilaku negatif seperti, berbicara kotor, mencuri dan berkelahi. Semakin banyak mengambil peran dari individu lain, maka self semakin
berkembang dengan baik. Ngelem pada umumnya diajarkan oleh anak-anak jalanan yang telah lebih dahulu tinggal di jalanan. Mereka menjadikan lem
Universitas Sumatera Utara
56
sebagai salah satu kebiasaan yang menyenangkan dan kemudian mengajak anak- anak jalanan lainnya yang baru turun ke jalanan untuk ikut merasakannya.
Perjalanan Jamal dan teman-temannya ketika cabut sekolah cukup jauh. Mereka tidak ragu jika ingin pergi ke Belawan yang letaknya berpuluh-puluh
kilometer dari rumah mereka. Bahkan mereka juga pernah pergi ke luar kota yaitu Kota Binjai hanya untuk cabut sekolah. Namun, ternyata usaha mereka untuk
pergi ke tempat-tempat jauh tersebut bukan ditempuh dengan menggunakan sepeda motor ataupun angkutan umum, melainkan dengan manaiki kereta api.
Foto 2 : Salah Satu Sekolah Kejuruan Yang Ada Di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
Sumber : Peneliti Kereta api merupakan salah satu transportasi masal yang digunakan
masyarakat Kota Medan untuk bepergian ke kota-kota lain di sekitarnya. Namun,
Universitas Sumatera Utara
57
yang Jamal dan teman-temannya naiki bukan lah kereta api penumpang, tetapi kereta api pengangkut CPO Crude Palm Oil. Menurut pengakuan Jamal dirinya
dan teman-temannya awalnya hanya iseng-iseng saja pergi dengan kereta api. Mereka berjalan menelusuri rel kereta api yang letaknya sangat dekat dengan
kereta kemudian menuju Setasiun Kereta Api Pulo Brayan Bengkel. Disini lah mereka akan naik diam-diam disalah satu gerbong kereta api.
Namun, mereka sama sekali tidak mengetahui arah dari jalannya kereta api tersebut menuju kemana. Akhirnya mereka sampai di Kota Binjai dan tidak tahu
bagaimana jalan pulang. Disepanjang perjalanan mereka tidak lupa membawa lem yang akan mereka hirup dalam perjalanan.
Jamal saat ini memiliki pekerjaan sambilan untuk menambah uang jajan, yakni bekerja sebagai pencuci kereta doorsmeer sepeda motor. Pekerjaan ini
dilakukan oleh Jamal setiap hari ketika selesai pulang sekolah atau pada saat dirinya tidak sekolah. Jamal biasanya bekerja hingga 8 jam sehari dengan gaji
Rp.3000 motor. Gaji yang relative kecil tersebut didapat karena Jamal adalah anak buah di tempat usaha doorsmeer tersebut, sehingga dirinya hanya
mendapatkan upah pencucian saja. Untuk tarif mencuci kereta4
4 Mulai dari bagian ini peneliti akan menggunakan istilah kereta untuk menyebutkan istilah sepeda motor. Karena kereta adalah penyebutan untuk sepeda motor di masyarakat Kota Medan.
sendiri Jamal menetapkan tariff yang sama dengan tempat doorsmeer lainnya yaitu Rp.10.000. Jamal tidak sendiri di tempat
doorsmer tersebut, dirinya juga ditemani oleh anak-anak seumurannya yang bekerja menjadi “tukang doorsmeer” di tempat tersebut. Dari lima orang tukang
doorsmeer yang ada ditempat itu, hanya ada dua orang termasuk Jamal yang
Universitas Sumatera Utara
58
masih bersekolah, anak-anak yang lain sudah tidak bersekolah lagi putus sekolah.
Menurut Ruslan 2007 kebanyakan anak yang berprestasi di sekolahnya sampai lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang
dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan. Sedangkan anak-anak yang prestasi belajarnya kurang baik atau drop out di sekolah lebih besar dikarenakan
lingkungan keluarga. Oleh karena itu keluarga mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik
dan berkualitas. Mereka bekerja menjadi tukang doorsmer karena tidak tahu mau bekerja
apa lagi. Karena jika mereka ingin bekerja di pabrik seperti kebanyakan orang di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, maka mereka harus memiliki ijazah SMA atau
sederajat untuk bisa masuk, sementara mereka tidak memiliki ijazah SMA. Jamal sendiri belum tamat dari STM dan masih menunggu beberapa bulan lagi untuk
tamat dari sekolah. Lingkungan yang begitu keras membuat anak-anak ini harus bisa mandiri menghidupi dirinya sendiri walaupun masih muda.
Putus sekolah dan pekerja anak adalah dua masalah yang saling terkait. Secara umum, anak putus sekolah dan kemudian masuk ke pasar kerja merupakan
rasionalisasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang dilanda kemiskinan. Keterbatasan ekonomi memaksa keluarga mengerahkan sumber daya
yang ada untuk secara kolektif memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian pendapat juga mengatakan bahwa terdapat faktor lain yang ikut mendorong timbulnya
Universitas Sumatera Utara
59
masalah ini, seperti rendahnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan ditambah tingginya biaya pendidikan.
Walaupun begitu, mereka tetap menyimpan harapan yang lebih baik untuk masa depan mereka. Seperti Jamal yang mengatakan bahwa selain untuk
menambah uang jajan, dirinya bekerja juga untuk membantu meringankan beban orangtuanya. Pada awalnya Jamal diajak oleh salah seorang teman di
lingkungannya untuk bekerja mencuci kereta di doorsmeer. Temannya tersebut mengatakan kepada Jamal bahwa dirinya kasihan melihat Jamal yang hanya
berkeliaran saja, dan menambah fikiran orangtuanya. Jamal pun menyetujui ajakan temannya tersebut, namun sebelumnya Jamal meminta ijin kepada
orangtuanya untuk bekerja. Orangtua Jamal pun mengijinkan dirinya bekerja, asalkan tidak melupakan sekolahnya.
“ . . . waktu diajak sama kawan buat kerja aku mau-mau aja bang. Tapi aku minta ijin dulu sama bos ku, rupanya bos pun senang-
senang aja aku kerja. Asalkan enggak ganggu sekolah katanya . . .”
Salah satu kekhawatiran dari munculnya kebudayaan kemiskinan sebagaimana yang diistilahkan oleh Oscar Lewis adalah semakin banyaknya anak-
anak yang terjun dalam dunia kerja. Menurut Bellamy Usman, 2004 :149 bahwa pekerja anak akan terperangkap dalam lingkaran setan karena anak-anak yang
bekerja pada usia yang dini yang biasanya berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan yang terabaikan akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak
dengan pekerjaan yang terlatih dengan upah yang sangat buruk. Anak-anak ini pada gilirannya akan kembali melahirkan anak-anak miskin yang besar
Universitas Sumatera Utara
60
kemungkinannya kembali menjadi pekerja anak yang tidak punya kesempatan luas untuk mendapatkan pendidikan yang memadai.
Anwar Sitepu Amalia, 2009 mengatakan bahwa anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan dalam kehidupannya di
tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi dengan orangtuanya. Jika orangtua lalai menjalankan
tanggung jawabnya, maka anak akan menghadapi masalah. Anak dalam setiap masyarakat adalah anggota baru karena usianya masih muda dan ia merupakan
generasi penerus. Dalam kedudukan demikian amat penting bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga kelak akan bisa melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sosialnya secara mandiri. Sebelum bekerja di Doorsmeer Jamal juga pernah ikut dengan tetangganya
menjadi kuli bangunan dan juga buruh las di tempat pengelasan milik tetangganya. Semua itu Jamal lakukan agar mendapatkan uang tambahan, karena
bila mengandalkan orangtuanya saja dirinya tidak akan bisa membeli apapun, bahkan hanya untuk membeli satu batang rokok untuk dihisap. Setelah Jamal
bekerja sebagai pencuci kereta di Doorsmeer, dirinya mulai mengenal teman- teman baru lagi.
Diantara Jamal dan teman-temannya tersebut tidak ada satu pun yang berencana untuk menjadikan pekerjaan doorsmeer tersebut sebagai pekerjaan
jangka panjang mereka. Jamal dan teman-temannya memiliki keinginan untuk bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di daerah Kelurahan Tanjung Mulia
Universitas Sumatera Utara
61
Hilir ataupun sekitarnya. Hampir setiap hari di tempat doorsmeer mereka selalu berbagi cerita mengenai info-info lowongan kerja di pabrik-pabrik tersebut.
Bahkan ketika peneliti menanyakan kepada Jamal tentang pilihan pabrik yang paling ingin dia masuki, Jamal menjawab yang paling pertama adalah Pabrik
Musimas, PT. Sumatera, dan Nitori. Alasan Jamal memilih ketiga pabrik tersebut adalah karena ketiga pabrik tersebut lah yang dia tahu memberikan gaji paling
tinggi dibandingkan pabrik-pabrik lainnya. Dua orang kakak Jamal saat ini juga bekerja di pabrik Nitori sebagai Harlep HaRian Lepas.
Ketika peneliti menanyakan apakah Jamal memiliki cita-cita atau keinginan lain selain menjadi buruh pabrik, Jamal menjawab bahwa dirinya tidak
tahu mau menjadi apa lagi. Jamal sadar bahwa dirinya berasal dari keluarga yang pas-pasan dan tidak terlalu berharap banyak untuk bisa menjadi lebih dari sekedar
buruh. “ . . . kalau ditanya mau jadi apa besar nanti ya enggak tahu bang.
Karena awak pun enggak mau berharap yang tinggi-tinggi lah. Karena kan bos pun juga orang gak mampu, mana la sanggup awak
minta yang macem-macem . . .”
Tentu tanggapan yang begitu dalam seperti ini sangat miris kita rasa, apalagi bila yang mengatakannya adalah seorang anak sekolah. Namun, keadaan
kehidupan lah yang memaksa Jamal untuk mempunyai pola fikir seperti itu. Kemiskinan yang dihadapi oleh para orangtua, secara tidak langsung akan
mempengaruhi pola fikir dan penanaman nilai-nilai budaya pada anak anaknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Supriatna 2000 bahwa kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
62
merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas
kerja, pendapatan, kesehatan, dan gizi serta kesejahteraannya sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun nonformal dan
membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah. Anak sendiri memiliki nilai ekonomi. Pepatah mengatakan banyak anak,
banyak rezeki ‖. Hal ini dapat kita jumpai pada masyarakat di pedesaan di Jawa.
Anak merupakan faktor terpenting dalam kehidupan berkeluarga terutama berkaitan dengan potensi nilai ekonomis yang ditimbulkannya. Para orangtua atau
calon ayah dan ibu yang membuat keputusan-keputusan terpenting dalam menentukan jumlah anak mereka hidup dalam lingkungan ekonomi yang bisa
dinamakan ekonomi rumah tangga Benyamin White dalam Koentjaraningrat, 1997 : 145.
Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat besar terhadap anak anak, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Faktor lainnya adalah
pola fikir yang pendek dan sederhana akibat rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rumah tangga terutama seorang ayah mempunyai peranan yang
sangat besar dalam rumah tangga, termasuk dalam hal menentukan boleh atau tidaknya anak melanjutkan sekolah. Untuk mengambil keputusan tersebut tentu
sangat dipengaruhi oleh pandangan orangtua terhadap pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
63
Dalam pergaulannya sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun di tempat doorsmeer, Jamal dan temannya terbiasa menggunakan bahasa-bahasa
slang atau bahasa-bahasa yang menjurus ke kasar seperti :
Tabel 7 : Kata-Kata Slang Dan Kasar Yang Sering Dipakai Anak-Anak Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
Kata-Kata Slang Arti Dalam Bahasa Indonesia
Mana bos ? Kemana ?
Santing la dulu Meminta berbagi rokok
Pakdul Pake Dulu Meminjam uang
Kimak Ungkapan yang menjurus ke kata kasar
untuk mengumpat Mana anjeng mana anjing
Untuk bertanya kepada temannya Pompa
Menghisap sabu Abis bius
Kondisi dimana seseorang sudah kehabisan efek dari narkoba atau lem
Sporing Kabur dari rumah
GL goyang lemari Kondisi dimana seseorang sudah tidak
punya uang dan bermaksud untuk mencuri uang orangtuanya
Sumber : Analisis Data Lapangan Penggunaan kata-kata slang ini sudah biasa dikalangan anak-anak remaja
di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir dalam bergaul. Slang berasal dari kata Slang atau Slanguage. Istilah ini pertama kali digunakan di Inggris pada pertengahan
abad ke-18. Slang merupakan bahasa yang datang dari kelas sosial terendah dalam masyarakat, yang dianggap sebagai bahasa kasar , vulgar dan tidak berpendidikan.
Slang terbentuk dari upaya menghadirkan kata lama dengan makna yang baru agar memiliki kesan segar dalam komunikasi antar individu. Dalam menggunakan
Universitas Sumatera Utara
64
slang, siapa yang berbicara tidaklah penting, melainkan kesepakatan dan pemahaman antar individulah yang memegang kendali. Status Slang sebagai
kelompok bahasa terendah cenderung berjuang untuk mendapatkan status yang lebih formal atau ingin lebih diakui keberadaannya di masyarakat.
Perbedaan bahasa Inggris Slang dan bahasa Inggris standar diantaranya terletak pada diterima atau tidaknya bahasa tersebut oleh masyarakat bahasa dan
lebih kepada statusnya dalam masyarakat bahasa, selain itu menurut Fasold 1984:195 mengatakan perbedaan utama antara bahasa formal bahasa Inggris
standar dengan bahasa slang adalah dalam perbedaharaan kata. Jamal dan teman-temannya mengaku sudah terbiasa memakai kata-kata
slang dan kasar semenjak kecil. Lingkungan yang keras dan juga pemakaian kata- kata kasar menjadi sesuatu yang setiap hari didengar mereka semasa kecil. Jamal
pun tidak merasa risi bila menggunakan kata-kata slang dan kasar seperti itu, menurutnya kata-kata tersebut adalah kata-kata dalam pergaulan dirinya dan
teman-temannya. “ . . . dari mulai kecil bang uda terbiasa dengar omongan-omongan
yang kayak gitu, jadinya tebawa-bawa sampe sekarang. Kan gak mungkin la kami pake bahasa yang bagus waktu ngumpul, nanti
dipikir sok pula sama kawan . . .”
Menurut Marzali Spradley, 1997 bahwa penanaman nilai-nilai budaya pada anak bukan hanya sekedar merawat dan mengawasi saja melainkan lebih dari
itu yaitu meliputi pendidikan, sopan santun, tanggung jawab, mandiri, dan sebagainya yang bersumber kepada pengetahuan dan kebudayaan serta pendidikan
Universitas Sumatera Utara
65
yang diberikan orangtuanya. Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah dari proses belajar, walaupun ada sebagian kecil
aktivitas yang merupakan gerakan reflek dan bukan kegiatan belajar. Biasanya gerakan reflek tersebut terjadi secara tiba-tiba di bawah kendali dari manusia itu
sendiri. Lebih lanjut Spradley menjelaskan bahwa kebudayaan sebagai suatu
sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka sekaligus
untuk menusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Jamal merupakan seorang anak yang memakai bahasa slang dan kasar dalam
sehari-harinya, dimana kebiasaan tersebut didapat dari lingkungan tempat tinggalnya.
Carl Sandburg dalam Suwito 1983-1967 “Slang is a language that takes off its coat, spits on its hands and goes to work”. Slang dinyatakan sebagai bahasa
yang tidak memandang siapa pembicaranya dan datang dari latarbelakang masyarakat apa, jadi slang bebas digunakan oleh siapa saja.
Pei dan Gaynor menjelaskan: “ . . . Slang is a style of language in common use, produces by
popular adaptation and extension of the meaning of existing words and by coining a new words with disregard for scholastic standards
and linguistic principles for formation of words; generally peculiar to certain classes and social or age groups . . .” dalam Suwito
1983:57
Universitas Sumatera Utara
66
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa slang merupakan bahasa yang datang dari kelas sosial yang rendah, yang dianggap sebagai bahasa yang
kasar, vulgar, dan tidak berpendidikan yang terbentuk dari upaya untuk menghadirkan kata lama dengan makna baru yang berasal dari kesepakatan dan
pemahaman antar individu yang memegang kendali. Penggunaan bahasa ini juga sering diucapkan disekolah, karena menurut Jamal hampir semua teman
sekolahnya sama-sama berasal dari lingkungan yang sama. Jamal menceritakan awalnya dirinya sudah tidak mau lagi melanjutkan
sekolahnya setelah tamat SMP. Karena menurutnya sekolah merupakan kegiatan yang membosankan dan juga membuang-buang waktu. Namun, dirinya harus
melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya karena desakan dari orangtua dan kakak-kakaknya.
Awalnya Jamal ingin bersekolah di SMA saja karena menurutnya akan lebih menyenangkan jika bersekolah ditempat yang banyak perempuannya.
Namun, orangtuanya memaksa agar dirinya masuk ke Sekolah Teknik Mesin STM agar kelak bisa lebih mudah melamar pekerjaan sebagai buruh pabrik.
“ . . . pertamanya aku maunya di SMA bang, karena banyak ceweknya. Cuman bosku asik maksa aku buat sekolah di STM.
Katanya biar gampang nanti dimasukin abangku kerja pabrik. Ya terpaksa lah aku turutin bang . . .”
Jamal tidak dapat menolak keinginan orangtuanya tersebut, lagi pula hampir seluruh anak-anak dilingkungannya bersekolah di STM. Sebagaimana
diketahui rata-rata anak laki-laki di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir bersekolah di STM. Hal ini terjadi karena orangtua mempercayai bahwa jika anak-anaknya
Universitas Sumatera Utara
67
bersekolah di STM maka akan lebih mudah melamar pekerjaan sebagai buruh pabrik.
Hal yang terjadi ti Kelurahan Tanjung Mulia Hilir saat ini adalah orangtua membuat semacam klaster atau dinding terhadap pendidikan anaknya, agar setelah
tamat dapat bekerja menjadi buruh pabrik seperti orangtuanya. Pada masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir pekerjaan sebagai buruh pabrik adalah lebih baik
dibandingkan berdagang makanan atau wiraswasta lainnya. Bahkan pekerjaan sebagai buruh pabrik terkesan diturunkan orangtua kepada anak-anaknya.
Orangtua menggunakan posisinya sebagai orang lama di pabrik tersebut untuk memudahkan anaknya kelak masuk di pabrik tersebut. Seperti pengakuan
Jamal ketika pertama kali masuk ke STM : “ . . . dulu bos bilang masuk aja kau ke STM, kalau SMA susah
buat kerja pabrik. Nanti kalau kau uda tamat sekolah biar bapak masukkan kau ke pabrik tempat kerja bapak. Kek gitu bang
dibilang bos, ya awak mana la bisa ngebantah . . .”
Pembatasan seperti ini sangat lah miris apabila masih terjadi pada zaman yang sangat canggih seperti sekarang ini. Sekalipun pengaruh kemiskinan sangat
besar terhadap anak anak, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Faktor lainnya adalah pola fikir yang pendek dan sederhana akibat
rendahnya pendidikan. Dalam budaya Indonesia, kepala rumah tangga terutama seorang ayah mempunyai peranan yang sangat besar dalam rumah tangga,
termasuk dalam hal menentukan boleh atau tidaknya anak melanjutkan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
68
Untuk mengambil keputusan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh pandangan orangtua terhadap pendidikan.
Sekolah merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh karenanya investasi masyarakat semakin banyak di tanam di sekolah..Dalam hal ini Dimyati Mahmud
Amalia, 2009 mengatakan bahwa sekolah meraih dua tujuan yaitu 1 tujuan- tujuan yang menitikberatkan pada aspek individual, yaitu mengembangkan anak
didik secara optimal agar kelak menjadi pribadi yang bebas dan pandai, memikirkan secra merencakan kehidupan yang lebih baik; 2 tujuan yang
menakankan pada aspek sosial yakni memindahkan warisan-warisan budaya yang penting untuk kebaikan dan kesejahteraan hidup serta kehidupan bersama. Dua
tujuan ini nampaknya berorienatasi agar anak kelak menjadi waarga Negara yang mengabdi kepada masyarakat.
Namun, sayangnya pendapat Amalia tersebut seolah terpatahkan dengan kasus-kasus yang terjadi di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Masyarakat di
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir selalu dihadapkan kepada pilihan-pilahan yang kritis menganai pekerjaan. Ketika anda memiliki pekerjaan yang jelas tentu hidup
anda akan jelas. Hal itu lah yang melatarbelakangi pilihan yang diambil oleh orangtua di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir seperti orangtua Jamal. Peneliti sadar
bahwa pilihan orangtuanya untuk menyekolahkan anaknya di STM agar bisa menjadi buruh pabrik adalah pilihan rasional bagi para orangtua.
Bila dilihat dari diagram kekerabatannya, pola pekerjaan sebagai buruh di keluarga Jamal sudah terjadi di mulai dari sang ayah yang bekerja sebagai buruh
di pabrik pengolahan karet. Karena keluarga Jamal merupakan keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
69
berasal dari persilangan antara suku Aceh ayah dan Jawa ibu maka keluarganya memakai sistem kekerabatan patrilineal atau garis keturunan menurut
sang ayah. Selengkapnya dalam gambar berikut ini :
Gambar 3: Diagram Kekerabatan Keluarga Jamal
1 2
3 4
5 6
7 8. ego
Sumber : Analisis Data Lapangan 1.
Ayah dari ego. Saat ini masih aktif bekerja di pabrik dan juga berjualan es cendol. Lulusan SMP.
2. Ibu dari ego. Ibu rumah tangga. Lulusan SMA
3. Abang pertama dari Ego. Saat ini bekerja sebagai buruh las besi di pabrik
besi. Lulusan SMP. 4.
Abang kedua dari Ego. Saat ini bekerja di perusahaan pengolahan karet. Berasal dari SMP.
5. Kakak dari ego. Saat ini bekerja di pabrik pengolahan kayu. Tamatan SMP.
6. Abang ke tiga dari ego. Saat ini bekerja di pabrik minuman. Tamatan SMP.
7. Abang keempat dari ego. Saat ini bekerja di pabrik roti di Kawasan
Industri Medan KIM. Tamatan SMP. 8.
Ego. Saat ini selain menjadi pelajar juga bekerja di tempat pencucian sepeda motor.
Universitas Sumatera Utara
70
Bisa dikatakan di keluarga Jamal memang memang memiliki kebiasaan untuk bekerja menjadi buruh pabrik. Hal ini terlihat dari diagram kekerabatan
yang menunjukan keluarga dari ego Jamal seluruhnya bekerja menjadi buruh pabrik, kecuali ibunya. Hal yang sama juga terjadi pada pilihan untuk menentukan
sekolah, dalam hal ini seluruh anggota keluarga Jamal memilih untuk bersekolah di SMK daripada harus memilih bersekolah di SMA.
Peneliti memang tidak menyalahkan orangtua untuk memiliki pandangan seperti itu terhadap duni pendidikan. Terlebih lagi Jamal merupakan anak yang
berasal dari keluarga yang pas-pasan sehingga akan sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik, ditambah lagi dengan lingkungannya. Keluarga
atau orangtua yang serba kekurangan tentunya sangat mempengaruhi akan pola fikir tentang pendidikan anak-anaknya. Menurut Fauzul Amin 2012 ada
beberapa alasan yang menyebabkan orang miskin enggan menyekolahkan anak- anak mereka, yaitu :
1. Keyakinan yang salah tentang sekolah: boleh dibilang banyak orang miskin memiliki sebuah keyakinan bahwa sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang hanya boleh diisi oleh anak-anak dari keluarga berduit, anak- anak yang pintar. Sedangkan mereka orang miskin merasa bahwa mereka tidak
memiliki uang serta anak-anak mereka bodoh sehingga mereka akhirnya enggan menyekolahkan anak-anaknya.
2. Kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang dunia pendidikan. Harus diakui bahwa faktor kurangnya informasi mengenai dunia pendidikan
menyebabkan orang-orang miskin berpikiran sempit. Pendidikan bagi orang
Universitas Sumatera Utara
71
miskin masih dianggap sebagai kebutuhan tersier istimewa yang tidak harus dipenuhi saat ini. Padahal kalau mau jujur pendidikan sama pentingnya dengan
kebutuhan primer manusia seperti makan, minum, sandang dan papan. Bahkan bisa dikatakan pendidikan merupakan kunci sukses manusia untuk bisa makan,
minum, memiliki sandang dan juga papan. 3. Anggapan salah tentang sekolah. Selama ini ada anggapan yang salah
dari orang miskin tentang sekolah, mereka mengganggap bahwa sekolah itu mahal dan tidak bisa terjangkau oleh orang-orang miskin. Anggapan bahwa sekolah
mahal memang tak salah, tetapi menjadi salah apabila mereka merasa bahwa sekolah tidak bisa dijangkau oleh mereka adalah keliru. Karena saat ini telah ada
berbagai program beasiswa dari pemerintah, lembaga swasta, lsm dan lain sebagainya bagi anak-anak dari keluarga miskin, apalagi bagi anak-anak yang
memiliki prestasi. Jadi ada baiknya jika anggapan salah tentang sekolah harus di buang jauh-jauh. Sudah jelas sekolah adalah tempat belajar semua orang baik
yang miskin ataupun kaya punya hak yang sama untuk bersekolah. 4. Sikap mudah putus asa pada keadaan. Satu hal yang menjadi kebiasaan
dari orang miskin adalah terlalu pasrah putus asa terhadap keadaan. Sikap ini pula yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak anak-anak orang miskin
yang tidak bersekolah. Mereka lebih banyak menerima keadaan bahwa orang miskin hanya memiliki kewajiban untuk mencari nafkah untuk makan bukan
untuk memiliki pendidikan. 5. Terbawa lingkungan. Biasanya orang miskin akan menjalani kehidupan
sebagaimana kehidupan masyarakat disekitarnya. Jika mayoritas orang miskin
Universitas Sumatera Utara
72
jarang berpendidikan, maka besar kemungkinan anak-anaknya juga tidak akan berpendidikan. Kondisi semacam itu hampir terjadi dilinkungan masyarakat
miskin, jikapun ada keluarga miskin yang menyekolahkan anaknya hanya satu dua orang saja. Mereka lebih suka menikmati kehidupan sebagaimana kehidupan
masyarakat miskin lainnya yang tidak menyekolahkan anak-anaknya dan lebih merasa nyaman jika anak-anaknya membantu mencari nafkah keluarga.
3.3. Wawan : Mahasiswa Yang Merasa Asing Di Lingkungannya