80
malah merasa dirinya semakin nakal dan juga semakin jauh tertinggal dari orang lain. Hal tersebut diungkapkan Wawan karena ketika masuk kuliah dirinya sama
sekali tertinggal dalam bidang apapun dari teman-teman kuliahnya yang rata-rata berasal dari SMA. Wawan memang tidak mengambil kesimpulan bahwa STM
merupakan pilihan yang buruk dan SMA adalah pilihan yang terbaik. Namun, hal yang ingin disampaikan Wawan adalah seharusnya orangtua memberi kesempatan
kepada anak untuk memilih pendidikan yang seperti apa yang diinginkan. Wawan juga ingin agar setiap anak di lingkungannya memilih jenis pendidikan yang
diinginkannya, bukan karena ingin ikut-ikutan dengan teman.
3.4. Dewi : Untuk Meringankan Beban Orangtua
Dewi merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang saat ini bekerja di Pabrik PT. Tjipta Rimba Djaja yang berlokasi di daerah Gg. Tape, Kelurahan
Tanjung Mulia Hilir. Dewi tinggal bersama kedua orangtuanya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan tersebut dan begitu pula dengan abangnya.
Sementara ketiga adiknya saat ini masih bersekolah. Usia Dewi saat ini sudah menginjak usia 20 tahun, dan Dewi beserta keluarganya tinggal di perumahan
buruh yang memang diperuntukan untuk pekerja di Pabrik Tjipta tersebut. Keluarga Dewi adalah salah satu diantara sedikit keluarga yang dapat menempati
tempat tinggal tersebut dengan harga yang murah. Harga sewa yang murah didapat karena keluarga Dewi merupakan orang yang sudah lama bekerja di
pabrik Tjipta tersebut. Tempat tinggal Dewi berada pas disebelah tembok yang membatasi Pabrik
PT. Tjipta Rimba Djaja dengan perumahan penduduk. Tentu hampir setiap hari
Universitas Sumatera Utara
81
dalam hidupnya Dewi hidup dalam lingkungan buruh yang serba teratur jam kerja dan jam istirahatnya. Pergaulan Dewi dengan teman-temannya hanya terbatas
pada teman yang ada di sekitaran rumahnya saja. Sejak kecil Dewi sangat akrab dengan kehidupan industri yang berlangsung di sekitar rumahnya, seperti bunyi
mesin pabrik, asap pembakaran pabrik dan juga kehidupan keluarga yang menggantungkan hidup dari pabrik tersebut. Sehingga hal ini pula yang membuat
Dewi hanya memiliki keinginan untuk bekerja di Pabrik yang sama dengan tempat orangtuanya bekerja.
Memang tidak sesimpel itu, pada perjalanannya Dewi bergaul dengan anak-anak yang berasal dari keluarga buruh pabrik juga. Untuk bersekolah dari
mulai Sekolah Dasar hingga SMP, Dewi dan teman-temannya relative bersekolah di sekolah yang sama. Yaitu di SD Asuhan Raya dan SMP di Swa Bina Karya
SBK. Namun yang membedakan mereka adalah ketika akan memasuki masa Skolah Menengah Atas atau Kejuruan. Menurut Dewi biasanya teman-temannya
yang laki-laki akan mendaftar di Sekolah Kejuruan SMK Swa Bina Karya atau yang lebih sering disebut SBK. Hal ini menurut Dewi karena biasanya para laki-
laki akan bekerja di pabrik ketika tamat nanti, maka penting bagi mereka untuk mengerti bagaimana caranya untuk menangani mesin.
Foto 3: Suasana Rumah-Rumah Sewa Yang Ditempati Para Buruh Pabrik PT. Tjipta Rimba Djaja
Universitas Sumatera Utara
82
Sumber : Peneliti Sementara itu para anak perempuan biasanya akan memilih bersekolah di
Sekolah Kejuruan di Sekolah Martadinata yang ada di Pulo Brayan ataupun Sekolah Sinar Husni. Perbedaan ini terjadi karena di Sekolah Swa Bina Karya
hanya memiliki jurusan teknik mesin otomotif, elektro dan industri. Sementara menurut Dewi para anak perempuan lebih suka Sekolah Kejuruan yang belajar
tentang akuntansi perusahaan, karena tidak perlu berkotor-kotoran dengan mesin. Walaupun berbeda pilihan sekolah, tetapi menurut Dewi tujuannya tetap
saja satu yakni menjadi buruh pabrik. Bagaimana tidak, pekerjaan sebagai sudah sangat akrab dikehidupan Dewi semenjak dia lahir hingga saat ini, begitu pula
teman-temannya yang tinggal di dekat rumahnya. Menurut Dewi, lingkungan ini sangat mempengaruhi dirinya sehingga melahirkan suatu keinginan untuk bekerja
di pabrik tersebut. Salah satu factor lainnya adalah kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Menurut Dewi sejak kecil dirinya tidak berani meminta yang macam-
macam kepada kedua orangtuanya karena melihat kondisi ekonomi keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
83
serba pas-pasan. Kondisi inilah yang akhirnya membuat Dewi memiliki keinginan untuk bekerja demi membantu ekonomi keluarganya.
Ketika ditanyai mengenai alasan Dewi mengapa lebih memilih bersekolah di Sekolah Kejuruan ketimbang di sekolah SMA atau yang lainnya adalah karena
memang sudah sejak dahulu para orang tua dan abang-abangan yang ada di lingkungannya memilih bersekolah di Sekolah Kejuruan tersebut. Hal ini
menurutnya juga dapat membantu mereka ketika nanti harus bekerja di pabrik. Sementara jika memilih Sekolah Menengah Atas SMA ilmunya akan sama saja
seperti ketika di bangku SMP, dan tidak akan tepat guna. Menurut Dewi bersekolah di SMA hanya untuk orang yang ingin melanjut ke jenjang kuliah saja,
sementara baginya dan anak-anak lain yang berasal dari keluarga buruh, impian untuk kuliah adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk diwujudkan.
Bahkan menurut Dewi bersekolah di SMA dan kemudian melanjutkan ke bangku kuliah akan banyak membuang-buang waktu dan uang keluarganya.
Sementara hasil yang didapatkan belum tentu seindah yang dibayangkan, berbeda dengan dirinya yang langsung bekerja di Pabrik selepas tamat dari Sekolah
Kejuruan yang sudah memiliki penghasilannya sendiri. Dalam kegiatannya sehari-hari Dewi memang telah terbiasa sejak berada
di bangku SMK membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan aksesoris perempuan di sekolahnya. Dewi mengaku pekerjaan tersebut dilakukan dengan
senang hati dan tidak membuat dirinya malu sedikitpun, karena tujuannya hanya membantu orangtuanya. Ketika ditanya mengenai adakah keinginan untuk bekerja
di tempat lain atau membuka usaha sendiri, Dewi mengatakan dirinya tidak berani
Universitas Sumatera Utara
84
untuk mengambil resiko. Dewi mengaku sudah nyaman dengan kondisinya saat ini yang sudah dapat mengantongi gaji sebesar Rp.2000.000bulan. Untuk
berjualan makanan Dewi mengaku tidak terlalu pandai memasak, sementara ketika mencoba untuk bekerja di kantoran Dewi merasa tidak percaya diri karena
dirinya hanya lulusan SMK Akuntansi yang bahkan tidak terlalu mengerti dengan masalah pembukuan keuangan.
Foto 4: Tembok Pabrik PT Tjipta Rimba Djaja Kiri Yang Berjarak Beberapa Meter Dari Perumahan Buruhnya Kanan
Sumber : Peneliti Menurut Dewi pilihannya untuk bersekolah di SMK sudah terbentuk pada
saat dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP. Pada saat menginjak kelas 3 SMP Dewi sudah diwanti-wanti oleh kedua orangtuanya untuk
bersiap-siap melanjut ke bangku SMK. Beberapa sekolah pun ditawarkan oleh orangtuanya untuk kelak dipilih oleh Dewi, diantaranya Sekolah Martadinata,
Universitas Sumatera Utara
85
Sinar Husni, dan Perguruan Amal Bakti PAB. Akhirnya pilihannya jatuh pada Sekolah Sinar Husni, karena jaraknya tidak jauh dari rumah dan banyak juga
teman sebayanya di lingkungan rumahnya yang ikut bersekolah di Sekolah tersebut.
Ayah dan ibu Dewi yang merupakan buruh di Pabrik Tjipta sudah bekerja di pabrik tersebut semenjak tahun 1990. Ayah dan ibu Dewi merupakan orang asli
di daerah Kelurahan Tanjung Mulia, dan sejak kecil juga sudah terbiasa dengan kehidupan industri di daerah tersebut. Saudara-saudara Dewi dari keluarga ayah
dan ibunya juga rata-rata adalah pekerja pabrik, sehingga bisa dikatakan bahwa menjadi buruh pabrik merupakan suatu hal yang biasa dalam keluarganya.
Pada perjalanannya, Dewi mendapatkan pekerjaan sebagai buruh Pabrik Tjipta berkat bantuan dari orangtuanya. Ayah Dewi menduduki posisi sebagai
mandor di pabrik tersebut, sehingga sangat mudah untuk memasukkan Dewi untuk bekerja di pabrik tersebut. Abang Dewi sudah lebih dahulu bekerja di
pabrik tersebut, atau sekitar dua tahun sebelum Dewi bekerja di pabrik tersebut. Mudahnya Dewi untuk masuk dan bekerja di pabrik tersebut merupakan suatu
berkah tersendiri menurut Dewi. Karena menurutnya di jaman sekarang sangatlah sulit untuk mendapatkan pekerjaan, maka bila ada kesempatan untuk menjadi
buruh di pabrik maka pilihan tersebut menurutnya adalah pilihan yang terbaik. Bila dilihat dari diagram kekerabatannya, hampir seluruh keluarga dan
saudara Dewi bekerja sebagai buruh pabrik. Karena keluarga Dewi merupakan keluarga yang berasal dari suku Melayu maka keluarganya memakai sistem
Universitas Sumatera Utara
86
kekerabatan patrilineal atau garis keturunan menurut sang ayah. Selengkapnya dalam gambar berikut ini :
Gambar 5 : Diagram Kekerabatan Keluarga Dewi
1 2
3 4
5 6
7 8. ego 9
10 11
Sumber : analisis data lapangan Keterangan gambar :
1. Ayah dari ayahnya ego. Saat ini sudah meninggal, dahulu bekerja sebagai
buruh di pabrik triplek. 2.
Ibu dari ayahnya ego. Saat ini sudah meninggal, dahulu bekerja sebagai petani sayur. Hanya menamatkan sekolah sampai di bangku SD.
3. Ayah dari ego. Saat ini masih aktif bekerja di pabrik. Lulusan SMK
jurusan mesin otomotif. 4.
Ibu dari ego. Saat ini masih aktif bekerja di pabrik. Lulusan SMP
Universitas Sumatera Utara
87
5. Suami dari adik perempuan ayahnya ego. Saat ini bekerja di pabrik
pengelolahan karet. Lulusan SMK jurusan mesin otomotif. 6.
Adik perempuan dari ayahnya ego. Saat ini bekerja di pabrik minuman di Kelurahan Tanjung Mulia. Lulusan SMK jurusan akuntansi.
7. Abang dari ego. Saat ini bekerja di pabrik yang sama dengan ego. Lulusan
SMK di jurusan teknik elektro. 8.
Ego. Saat ini bekerja di pabrik Tjipta Rimba Djaja. Lulusan SMK di jurusan Akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
88
BAB IV ORANGTUA DAN PILIHAN PENDIDIKAN ANAK