16 berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Menurut Brigham 2005:13 dalam mengembangkan target capital structure
perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau
utang baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang: sedangkan sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham equity dan laba tak
dibagi retained earning. Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal hutang terhadap sumber
dana pihak internal ekuitas lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio. Menurut Harahap 2007:303
“Semakin kecil rasio ini maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih basar dari jumlah
hutang atau minimal sama ”.
Debt To Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang hutang lancar dan hutang jangka panjang, dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rumus dari Debt to Equity Ratio DER adalah sebagai berikut :
� � � � �
� = �
� �
Modal Sendiri
2.4. Pertumbuhan Laba
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik
pemegang saham sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer
Universitas Sumatera Utara
17 diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan merupakan cerminan kinerja perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut penting bagi pengguna ektemal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya. Ali, 2002.
Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap 2008:113 “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.
Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur
kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Harahap 2008: 263 laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian
kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
Universitas Sumatera Utara
18 sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya Warsidi dan
Pramuka, 2000. Laba bersih tahun t
– Laba bersih tahun t-1 Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun t-1 Menurut Angkoso 2006 pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: 1.
Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi. 2.
Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3.
Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan.
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin
tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu.
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.5. Penelitian Terdahulu