Hasil Penelitian .1 Data Pengukuran Pasticle Size Analizer 2 Pembahasan Kesimpulan Saran Kitosan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Pengukuran Pasticle Size Analizer Kitosan berat molekul tinggi sebelum dilakukan pengukuran partikel terlebih dahulu dilakukan ball mill agar semua partikel kitosan menjadi halus. Padas ampel kitosan berat molekul tinggi dilakukan 2 dua perlakuan, yaitu tanpa melalui ball mill langsung dibuat nano dan melalui ball mill langsung dibuat ukuran nano, dan hasil yang didapat ditunjukkan pada table 4.1. Tabel 4.1 Data pengukuran Particle Size Analizer No Diameter nm Intensity Decay rate Diffusion coef 1 466.25

0.80 1.056.34

10.13 2

93.26 0.18

5.280.91 5.12 Keterangan : 1.Kitosan tanpa melalui Ball mill 2. Kitosan melalui Ball mill Dari tabel 4.1 hasil penelitian diperoleh bahwa ukuran partikel kitosan setelah dilakukan penyediaan mikro partikel tanpa melalui Ball mill diperoleh partikel sebesar 466.25 nm dengan intensitas sebesar 0.80 sedangkan kitosan melalui Ball mill diperoleh partikel sebesar 93.26 dengan intensitas 0.18. Perbedaan ukuran ini pada pembuatan nano partikel kitosan yang diletakkan pada ultrasonic Bath selama 30 menit. Hal ini dikarenakan partikel kitosan akan dipecah oleh gelombang-gelombang suara yang dihasilkan pada proses Ultrasonik Bath, sehingga ukuran partikel yang diperoleh lebih kecil dibandingkan tanpa Ultrasonik Bath. Kitosan yang dilakukan melalui Ball mill dimana partikel kitosan dihaluskan terlebih dahulu hingga mudah dipecahkan partikelnya menjadi halus melalui ultrasonic bath. Pengaruh ultrasonik bath dengan gelombang electromagnetic yang mampu dan mudah memecahkan partikel. Jika permukaan partikelnya didapati lebih luas seperti yang dilakukan Li Du et al 2008. Ini menunjukkan Nano partikel yang diperoleh telahs esuai.

4.1.2 Data Pengukuran SEM

Gambar 4.1 Hasil Scanning Elektron Microscope Kitosan Tanpa Ball Mill Gambar 4.2. Hasil Scaning Electron Microscope Kitosan Ball Mill Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahan kitosan yang tidak melalui proses ball mill didapati ukuran partikelnya lebih besar yaitu 277 nm dimana semuanya menunjukkan nilai diatas 100 nm, Ini disebabkan partikel kitosan belum merata bentuknya. Untuk Gambar 4.2 menunjukkan kitosan yang melalui proses ball mill didapati ukurannya sebesar 90 nm, kerana proses ball mill membantu ukuran partikel menjadi lebih kecil, sehingga semua partikel menunjukkan ukuran yang sama.

4.2 Pembahasan

Dengan pembuatan kitosan dengan ukuran nano partikel dapat memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Homogenitasnya lebih tinggi, Temperatur rendah, Kemurnian lebih baik dan hemat energi. 2. Pencemaran rendah, Menghindari reaksi dengan container dan kemurnian tinggi. 3. Fase pemisahan cepat dan kristalisasi cepat.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yaitu ukuran Partikel Kitosan sebelum dilakukan proses Ball mill diperoleh adalah 277.25 nm ukuran partikel kitosan setelah melalui proses Ball mill diperoleh adalah 90.00 nm. Dengan hasil yang diperoleh melalui proses Ball mill menunjukkan ukuran Partikel yang dihasilkan adalah kitosan nano.

5.2 Saran

Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh proses Ball Mill terhadap penurunan berat molekul kitosan terhadap hasil pembuatan kitosan nano. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

Kitosan adalah jenis polimer alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin. Kitosan mempunyai sifat yang khas yakni bioaktifis, biodegradasi dan tidak beracun. Kitosan merupakan jenis polimer alam yang mempunyai rantai tidak linier dan mempunyai rumus C6H11NO4n. Mempunyai sifat tidak berbau,berwarna putih dan terdiri dari dua jenis polimer yaitu poli 2-deoksi,2-asetilamin,2-glukosa dan poli2- deoksi,2- amino glukosa yang berikatan secara beta 1,4. Kitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3 encer, dan H3PO4 0,5, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Sifat kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi. Bobot molekul kitosan beragam, bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi Sugita 2010. O OH CH 2 OH NH 2 O O O OH CH 2 OH NH 2 O n Gambar 2.1 struktur kitosan Proses deasetilasi kitosan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun ezimatik. Proses kimiawi menggunakan basa misalnya NaOH, dan dapat menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi, yaitu mencapai 85-93. Namun proses kimiawi menghasilkan kitosan dengan bobot molekul yang beragam dan deasetilasinya juga sangat acak , sehingga sifat fisik dan kimia kitosan tidak seragam. Selain itu proses kimiawi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sulit dikendalikan, dan melibatkan banyak reaksi samping yang dapat menurunkan rendemen. Proses enzimatik dapat menutupi kekurangan proses kimiawi. Pada dasarnya deasetilasi secara enzimatik bersifat selektif dan tidak merusak struktur rantai kitosan, sehingga menghasilkan kitosan dengan karakteristik yang lebih seragam agar dapat memperluas bidang aplikasinya Sugita, 2009. Tabel 2.1 Spesifikasi Kitosan Komersil Parameter Ciri Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk Kadar air ≤ 10,0 Kadar abu ≤ 2,0 Warna larutan Tidak berwarna N-deasetilasi ≥ 70,0 Kelas viskositas cps • Rendah 200 • Medium 200799 • Tinggi pelarut organic 8002000 • Sangat tinggi ˃ 2000 Sugita, 2009

2.2 Mikro Kitosan