Analisis isi pesan dakwah dalam naskah drama qasidah barzanji Karya WS Rendra
Oleh :
WILDAH NIM. 107051000068
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
(2)
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Juni 2011
(3)
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: WILDAH NIM. 107051000068
Pembimbing:
DRS. JUMRONI. M.Si NIP. 1963 0515 1992031 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011 M
(4)
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
WILDAH
Tr*.
1070s1000068Pembimbing:
,iil
AL
DRS. JUMRONI. M.Si NIP. 1953 05ls 1992031 006JURUSAN
KOMUNIKASI
DAN PENYIARAN
ISLAM
FAKUI-,TAS
ILMU
DAKWAH DAN
ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
(5)
'(Qasidah
Barzanjit'
Karya
ws
Rendra
sudah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta pada anggal 21 Juni 2011. skripsi
ini
sudahdi
terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Program Studi Komunikasi dan penyiaran Islam.Jakartia, 27 Agustus 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
1 I
Sekertaris Sidang
Anggota
NIP. 1
Pembimbing
C-t
/
crf
Drs. Jumroni. M.SiF[IP. 19630515 199203 1 006
,f Subhan. MA
16198103
I
m2 N"IP. 19710816(6)
i
Di zaman modern ini, banyak sekali media yang digunakan untuk berdakwah seperti radio, televisi, dan media cetak. Bahkan seni drama pun bisa dijadikan alat untuk berdakwah. Contoh drama teater yang mengisahkan tentang religi. Naskah drama Qasidah Barzanji merupakan karya lama Rendra yang telah dipentaskan pertama kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang sampai saat ini belum tertandingi. Qasidah Barzanji ini, berisi shalawat serta pujian untuk Rasul yang isinya penuh dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari kata-kata sholawat dan pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan kembali nilai hari-hari besar Islam.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan analisi naskah drama dan mengkhususkan pada dialog Solo Putra dengan merumuskan dua pertanyaan yakni, Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra? Pesan apa yang cenderung mendominasi isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra?
Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal, dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasikan isi pesan, seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep, tema atau penyajian suatu informasi. Untuk memperoleh data yang akurat dan objektif dengan menggunakan tiga orang juri yang kompeten. Untuk memperoleh data dari penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, wawancara, teknik pengolahan dengan menggunakan coding sheet atau lembar koding dan analisis data dengan menggunakan teori Holsti.
Dan selanjutnya peneliti menggunakan Teori Holsti (1969) untuk mencari koefisien reliabilitas, kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata serta perbandingan nilai keputusan antar juri. Holsti mendefinisikan analisis isi sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.
Setelah peneliti menganalisis isi pesan dakwah naskah drama Qasidah Barzanji pada tiap dialog yang berjumlah 44 item, dengan pesan-pesan dakwah
yang disampaikan mengandung tiga kategori yakni aqidah, syari’ah, dan akhlak.
Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pesan paling dominan adalah pesan akhlak, subkategorinya akhlak kepada makhluk yakni membahas tentang sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang.
(7)
ii
lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muthallib.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan berbagi waktu dengan mengikuti matakuliah yang nilainya belum memenuhi syarat. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.
Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Ismail dan kepada ibunda tersayang Hj. Herlina, yang dengan ketegaran hatinya dalam menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi peneliti serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa peneliti. Adik-adik tersayang Naili Soraya,
(8)
iii
besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih peneliti ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A., selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A., selaku Pudek III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni, M.Si., dan Kepada Sekertaris Jurusan Ibu Umi Musyarrofah, M.A.
3. Bapak. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan
sabar membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.
5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Bpk Edi Haryono selaku Kordinator Bengkel Teater Rendra, yang telah
(9)
iv
8. Keluarga Besar KPI D angkatan 2007 dan umumnya KPI angkatan 2007,
serta kakak-kakak senior teman sepermainan yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi peneliti.
9. Keluarga Besar KKN Cicangkang Hilir – Cipongkor - Bandung tahun 2010.
Semoga tali silaturahmi ini tidak pernah putus.
10. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat peneliti berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 17 Juni 2011
Wildah
(10)
v
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN... . viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D.Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS ANALISIS ISI, DAKWAH, DAN DRAMA A.Analisis Isi ... 17
B.Ruang Lingkup Dakwah ... 18
1. Pengertian Dakwah ... 18
2. Pesan Dakwah ... 20
3. Kategorisasi Pesan Dakwah ... 22
C.Ruang Lingkup Drama ... 27
1. Pengertian Drama dan Naskah Drama ... 27
2. Pengertian Qasidah Barzanji ... 30
3. Karakteristik Drama ... 30
4. Drama sebagai Media Komunikasi ... 32
(11)
vi
C.Biografi WS Renda ... 39
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI KARYA WS RENDRA A.Pesan Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji ... 47
B.Pesan Dakwah yang Dominan di antara Pesan Dakwah Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji ... 71
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 74
B.Saran-saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(12)
vii
Tabel 1.2 Hasil Kesepakatan Antar Juri Secara Keseluruhan ... 11
Tabel 4.1 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Aqidah ... 51
Tabel 4.2 Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak ... 63
(13)
viii
2. Hasil kesepakatan antar juri perkategorisasi
3. Wawancara pribadi dengan Edy Haryono
(14)
1 a) Latar Belakang Masalah
Pada mulanya Islam disebarkan dengan cara mulut ke mulut atau dikenal dengan ceramah. Cara berdakwah seperti ini dianggap sangat efektif, walaupun hambatannya sangat besar. Dakwah merupakan bagian yang ada dalam suatu ajaran agama Islam yang mewajibkan pemeluknya untuk melakukan dakwah dengan menyampaikan informasi tentang ajaran Islam.
Banyak cara yang dilakukan untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat, karena berdakwah bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Cara langsung, banyak kita jumpai seperti seorang da’i dan mad’u dengan tatap muka. Sedangkan dakwah yang tidak langsung, yaitu dimana da’i dan mad’u menggunakan media atau sarana dakwah, seperti televisi, radio, dan media cetak. Tetapi selain media massa tersebut, proses di zaman sekarang ini sudah banyak menggunakan kesenian yang bernuansa islami sebagai sarananya, seperti kesenian teater atau drama. Sebenarnya drama bergerak hanya pada lingkup hiburan yang para aktornya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun mereka sudah sadar bahwa profesinya itu dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah.
Menurut Bahri Ghozaly, dakwah dengan mengunakan media komunikasi, lebih efektif,dan efisien, atau dengan bahasa lain yaitu dakwah yang demikian merupakan dakwah yang komunikatif, yang tentu saja ini semua tanpa
(15)
mengurangi arti dakwah secara langsung.1 Dakwah pada zaman sekarang memanglah tidak cukup jika dilakukan hanya dengan menggunakan lisan saja, tetapi dibutuhkan tulisan agar pesan dakwah yang ingin disampaikan dapat diterima dan lebih dimengerti oleh masyarakat.
Dakwah, menyeru kepada Dinullah, adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan keharusan, sebab Allah SWT
berfirman:2
“Katakanlah: Inilah jalan (Din)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan
aku tiada termasuk orang yang musrik.” (Yusuf 108)
Lebih dari itu, dakwah menuju jalan Allah adalah merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka, dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terangnya cahaya, dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju tauhidullah, dan dari neraka menuju surga-Nya.
Islam melarang keras pemaksaan agama, karena Islam datang dengan mengetuk pikiran dan perbuatan manusia serta semua potensi kesadaran yang dimiliki. Ia berbicara kepada akal dan kesadaran manusia yang aktif, sebagaimana ia juga berbicara pada fitrah yang merupakan hakikat primer manusia, tanpa sedikitpun menggunakan unsur paksaan.
1
M. Bahri Ghozaly, Dakwah Komunikasi Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33.
2
Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Manhaj Da’wah Para Nabi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 7.
(16)
Didalam proses komunikasi, apabila sebuah pesan sudah diartikan sama, selanjutnya tujuan komunikasi adalah terwujudnya partisipasi yang berbentuk perubahan atau pembentukan sikap dari komunikasi sesuai dengan tujuan yang ditentukan pihak komunikator. Akan tetapi dalam memahami sikap manusia, bukan sesuatu yang sederhana karena faktor pengalaman dan referensi yang dimilikinya akan banyak menentukan pola sikapnya terhadap suatu objek tertentu. Dalam hubungan inilah kita sadari bahwa peranan lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun bersifat ideologis merupakan faktor yang sangat dominan dalam
membentuk sikap seseorang.3
Drama adalah seni yang mengungkapkan perasaan dengan
mempergunakan tingkah laku jasmani dan ucapan kata-kata. Drama bisa juga diartikan suatu aksi atau perbuatan. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama, di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Rangsangan yang mendorong orang untuk bermain drama adalah hasrat untuk meniru.
Didalam sebuah drama, pemain itu memainkan peran. Peran adalah
gambaran orang.4 Seorang pemain akan menghidupkan gambaran perannya
dengan gerakan tubuh dan suaranya. Oleh karenanya, seorang aktor yang sejati dan bermutu tinggi harus punya kecerdasan yang tinggi pula. Sedang sang penulis naskah drama harus menciptakan tulisan atau ucapan yang tepat untuk diucapkan oleh sang pemain, sehingga menghidupkan peran yang akan dimainkannya. Oleh
3
Toto Tasmara, Komunikasi dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19-20. 4
(17)
karena itu, didalam menilai suatu pertunjukan drama, kita harus bisa membedakan antara mutu naskah dan mutu permainan.
Bentuk dan isi kesenian adalah hasil dari kesadaran sang penciptanya. Semakin total dan tekun sang seniman mengerahkan kesadarannya di dalam mencipta, semakin tinggi pula mutu kesenian yang dihasilkannya. Naskah drama mulai sangat dibutuhkan, karena dialog yang dalam dan otentik dianggap sebagai mutu yang penting.
Para remaja zaman sekarang memang sulit melepaskan diri dari seni barat yang terus masuk kedalam dirinya. Untuk membendung arus kebudayaan barat yang semakin tidak dapat terlepas dari gaya modern, maka dakwah haruslah bersifat progresif, mengikuti perkembangan zaman dan haruslah sanggup tampil dengan konsep-konsep yang unggul dalam membimbing dan mengendalikan perkembangan masyarakat. Dari sebab itulah, aktivitas dakwah harus selalu senantiasa meningkatkan mutu dakwahnya dari masa ke masa serta kualitas individu dan masyarakatdalam segala aspek dan lapangan kehidupan dapat terlihat
dari waktu ke waktu dan sesuai ajaran Islam.5
Drama masih merupakan kesenian yang muda di Indonesia ini, perkembangannya yang nyata, baru nampak di atas tahun 1920, ialah suatu kurun masa yang dalam kesusastraan dinamai Zaman Balai Pustaka. Tetapi waktu itu naskah-naskahnya masih berupa naskah terjemahan. Setelah datang zaman Pujangga Baru muncullah beberapa naskah-naskah asli karya seniman-seniman Indonesia dan lazim dipertunjukkan pada berbagai-bagai pembukaan kongres.
5
Hasanuddin Abu Bakar, Meningkatkan Mutu Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1999), h. vi.
(18)
Kemudian ketika datang zaman Jepang drama atau sandiwara mencapai kepopuleran yang besar, karena dipergunakan sebaik-baiknya sebagai alat propaganda oleh pemerintahan Jepang. Sayang sekali bahwa kepopulerannya yang besar berarti turun kualitas keseniannya.
Akhirnya sampailah pada zaman sekarang, drama memang tumbuh, tetapi tumbuhnya tidak subur meskipun tidak terlepas dari harapan. Dengan hal ini, maka masih perlu diadakan pendidikan selera pada penonton. Hal ini bukan berarti, bahwa seniman harus mengabdi selera penonton, tetapi pendidikan selera yang sebenarnya haruslah dimulai kanak-kanak. Apabila sejak kanak-kanak mereka sudah mendapat didikan untuk menghargai dan mencintai drama, pastilah kelak apabila ia dewasa merupakan penonton drama yang setia. Meskipun semuanya itu juga tidak bisa menunjukkan adanya kesuburan pertumbuhan drama, tetapi tetap menunjukkan adanya harapan untuk masa depan.
Di sisi lain dapat dilihat bahwa dunia seni, khususnya seni teater yang semakin marak justru semakin menyimpang dari dimensi Islam dan Moralitas. Dengan hadirnya Islam, medan garapan seni teater sendiri akan bertambah. Seni teater hampir sudah menjadi komoditi yang sangat laris dan diminati oleh masyarakat, karena teater dapat menjadi penghibur, dan luapan emosi jika sedang mementaskan naskah drama yang akan dipentaskannya. Salah satu drama yang
didalamnya terdapat pesan dakwah, yaitu drama “Qasidah Barzanji” karya WS
Rendra.
Karena drama “Qasidah Barzanji” ini, berisi shalawat serta pujian untuk Rasul yang isinya penuh dengan keindahan-keindahan Islam yang terlihat dari
(19)
kata-kata sholawat dan pujian tersebut sekaligus untuk mereaktualisasikan kembali nilai hari-hari besar Islam. Dan juga karena drama Qasidah Barzanji merupakan salah satu pendorong WS Rendra untuk masuk Islam yang sebelumnya beliau beragama Katolik, namun beliau sendiri mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa beliau sebenarnya tidak beragama.
Drama yang berjudul Qasidah Barzanji ini merupakan karya lama Rendra yang telah dipentaskan pertama kali tahun 1969 dan mencapai Box Office yang
sampai saat ini belum tertandingi.6 Maka dengan hal ini, peneliti tertarik
mengangkat judul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama “Qasidah
Barzanji” karya WS Rendra.
b) Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulisan ini dibatasi pada dialog-dialog yang terdapat dalam penokohan pada naskah Qasidah Barzanji karya WS Rendra. Sehingga peneliti hanya menganalisis naskah drama tersebut. Mengacu pada hal diatas, dirumuskan kedalam perumusan masalah penelitian.
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Pesan apa saja yang terkandung dalam naskah drama Qasidah Barzanji
karya WS Rendra?
2. Pesan apa yang cenderung mendominasi isi naskah drama Qasidah
Barzanji karya WS Rendra?
6
(20)
c) Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pesan-pesan yang terkandung dalam naskah drama
“Qasidah Barzanji” dan mengetahui pesan yang paling dominan di dalam naskah drama ini.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis yaitu menambah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia naskah drama yang mengandung pesan dakwah. Menjadi motivasi para penonton agar lebih tau dan mengerti tentang kearifan Rasul.
b. Manfaat akademis yaitu memberikan kontribusi tentang
pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah kedalam karya tulis berupa naskah drama.
d) Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis (analisis isi),
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan
dalam suatu proses komunikasi.7 Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell,
yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan
secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
7
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press, 2006), hal. 66.
(21)
Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data analisis secara manifest yaitu di analisis menurut apa yang di katakannya (tersurat) bukan
menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).8 Penelitian ini
agar menjadi lebih relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan, yang masing-masing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya, seperti, aqidah,
syari’ah, dan akhlak.
Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca naskah drama
“Qasidah Barzanji” karya WS Rendra yang dipentaskan oleh aktor-aktor Bengkel Teater, dan unit pengamatannya adalah tiap dialog antar pemain yang mengandung pesan-pesan dalam naskah drama tersebut.
a. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Sumber utama (primary source) yang
memperkaya data-data penelitian, atau semua hal yang berhubungan langsung
dalam naskah drama ini.9 Sedangkan objek penelitian ini adalah suatu hal yang
diteliti. Singkatnya, subjek penelitian ini adalah Naskah Drama, dan yang menjadi
objeknya adalah pesan dakwah dalam naskah drama “Qasidah Barzanji” karya
W.S Rendra.
8
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hal.7.
9
Beberapa literature menjelaskan, adanya perbedaan dalam merumuskan subjek penelitian. Sebagian lainnya mengatakan jika subject adalah narasumber atau responden yang memberikan informasi atau menjadi sample dalam sebuah penelitian mengenai suatu masalah yang akan di teliti. Lihat: Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1968).
(22)
2. Penetapan Juri
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu:
1. Edy Haryono, Aktor pementasan drama “Qasidah Barzanji” di Bengkel Teater.
2. Muhammad Berbudi, Guru di Qasidah Melati Teater
3. Dewi Puspita Sari, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ustadzah
di pondok pesantren Miftahul Ulum – Cilandak, Jakarta Selatan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang bertujuan unntuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.10 Dengan ini
penulis mendatangi langsung ke Bengkel Teater Rendra guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.11
c. Studi Dokumentasi
Dengan mengumpulkan data-data berupa buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku penelitian, buku komunikasi, buku dakwah,
10
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia, 2004), hal. 1.
11
(23)
buku sastra, dan naskah drama. Dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel12 dengan melakukan teknik pengumpulan data dan
memperbanyak dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
4. Teknik Pengolahan
Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti menggunakan coding sheet,
yaitu tabel yang berisi kategori pesan yang menjadi objek penelitian. Coding sheet
dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan. Penyusunan kategorisasi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu Aqidah, Akhlak, dan Syariah.
Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari isi pesan dakwah
pada naskah drama “Qasidah Barzanji”, maka peneliti membuat kategori-kategori
pesan dakwah sesuai dalam bentuk tabel kategorisasi berikut:
Tabel 1.1 Kategorisasi Isi Pesan
No. Kategorisasi
1. Aqidah
2. Syari’ah
3. Akhlak
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), hal. 206.
(24)
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah bisa juga diartikan sebagai
iman kepada Allah iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci al-Qur’an, iman
kepada rasul Allah, iman kepada qada dan qadar, iman kepada hari kiamat.
Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi, Akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang tinggi.
Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Syariah yaitu yang berhubungan dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Allah dalam mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.
5. Analisis Data
Setelah membuat tabel kategorisasi di atas, selanjutnya peneliti menggunakan rumus Holsti (1969) yang menjadi acuan dalam analisis secara kuantitatif untuk mencari koefisien realibilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri sebagai berikut:
Tabel 1.2
Hasil kesepakatan antar juri secara keseluruhan
No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 Ke 1 dan 2 44 42 2 0,95
2 Ke 1 dan 3 44 40 4 0,90
(25)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kesepakatan antar juri secara keseluruhan cukup tinggi, akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
Juri I dengan juri II;
Koefisien Realibilitas =
2 1 2 N N M
= 2.42
44+44
= 84 88
= 0,95 Juri I dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
2 1 2 N N M
= 2.40
44+44
= 80
88
= 0,90 Juri II dengan juri III;
Koefisien Realibilitas =
2 1 2 N N M = 44+442.42 = 84
88
(26)
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
X = �3
= 0,95+0,90+0,953 = 2,8
3
= 0,93
Jadi, nilai rata-rata jurinya adalah 0,93.
Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas =
) (
) 1 ( 1
) (
juri antar X N
juri antar X N
= 3.0,93 1+2.0,93
= 2,79 2,86
= 0,98
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I (satu) dengan II (dua) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan jumlah kesepakatan 42 item dan ketidaksepakatan 2 item. Untuk juri I (satu) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,90, dengan kesepakatan 40 item dan ketidaksepakatan 4 item. Sedangkan untuk juri II (dua) dengan III (tiga) nilai yang dihasilkan adalah 0,95, dengan jumlah kesepakatan 42 item dan ketidaksepakatan sebanyak 2 item.
(27)
Ini berarti bahwa antar juri I (satu) dengan juri II (dua), dan juri II (dua) dengan juri III (tiga) memperoleh nilai tertinggi yaitu 0,95, sedangkan juri I (satu) dengan III (tiga) memperoleh nilai terendah yaitu 0,90.
Dengan demikian, untuk nilai Komposit Realibilitas secara
keseluruhannya adalah 0,98 atau 98%, dari hasil perhitungan tersebut, penelitian ini memiliki tingkat validitas yang tinggi karena menggunakan tiga orang juri. Dengan adanya ketiga juri maka tidak akan terjadi kekeliruan data sehingga dapat dikatakan akurat dan objektif.
Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus:
� = �
� � 100%
Keterangan:
P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah data
Setelah data terkumpul, analisa dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap kalimat masuk kekategori apa, Aqidah, Syariah, atau Akhlak, kemudian dianalisa untuk mencari isi pesan yang terkandung di dalam naskah tersebut.
(28)
e) Tinjauan Pustaka
Terdapat cukup banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, namun hanya yang berkaitan tentang program radio, program televisi, novel, dan film. Sedangakan tentang naskah drama belum ada. Maka penulis, mengambil beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi ini, antara lain:
Manajemen Pementasan Shalawat Barzanji Bengkel Teater Rendra, ditulis oleh Maryati, Jurusan Manajemen Dakwah. Metode yang digunakan pendekatan Kualitatif. Skripsi ini menjelaskan produksi pementasan tersebut, kegiatan sebelum pementasan tersebut, dan manajemennya saat pementasan berlangsung.
Peranan Teater Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Teater Benteng Remaja Tangerang), ditulis oleh Apih Hesubekti.
Analisa Struktural Syair Pada Kitab al-Barzanji, ditulis oleh Susiawati, Konsentrasi Bahasa dan Sastra. Skripsi ini menganalisis teks-teks syair yang terkandung di dalam Kitab al-Barzanji dengan melihat dari sisi bahasa, tepatnya pada sisi nahu dan balaghah, wazn, dan qafiyah.
Maksud tinjauan pustaka ini, agar dapat mengetahui bahwa apa yang ditulis oleh penulis sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.
(29)
f) Sistematika Penulisan
BAB I, Pendahuluan berisi tentang Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka, Sistematika penulisan.
BAB II, Landasan Teoritis berisi tentang Pengertian analisis isi, Ruang lingkup dakwah yang berisi tentang pengertian dakwah, pesan dakwah dan kategorisasi pesan dakwah, sekaligus Ruang Lingkup Drama yaitu pengertian drama dan naskah drama, karakteristik, drama sebagai media komunikasi, dan dakwah sebagai bentuk komunikasi.
BAB III, Gambaran Umum berisi tentang Isi naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra, Sinopsis naskah drama Qasidah Barzanji karya WS Rendra, Biografi WS Rendra.
BAB IV, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama Qasidah Barzanji Karya WS Rendra berisi tentang Pesan Akidah, Akhlak,
dan Syariah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, Kategorisasi pesan
yang paling dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji. BAB V, Penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
(30)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi
Analisis Isi, adalah suatu tehnik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah.
Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang Reflicable atau
Reflicarfi (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya.1
Analisis Isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan shahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi.2
Adapun lima tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3)
membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui Imej suatu
kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek
media.3
1
Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodolog, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 56.
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 233.
3
Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004), h. 171.
(31)
Dalam teknik Analisis Isi juga memiliki kekurangan yaitu content analysis dibatasi pada pengujian komunikasi tercatat untuk suatu hal. komunikasi demikian bisa lisan atau tulisan tetapi harus dicatat dengan beberapa cara untuk
memungkinkan analisis.4
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’wah, merupakan mashdar dari kata kerja da’a, yad’u yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Dakwah juga berarti do’a, yakni permohonan kepada Allah. Dakwah menurut Quthub,
merupakan ajakan kepada suatu bentuk kehidupan yang sempurna, kehidupan
dalam semua bentuk dan seluruh maknanya yang sempurna.5 Allah berfirman:
‘’Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.”
(Q.S al-Anfal: 24).
Menurut Nasarudin latif, dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah
dan syariat serta akhlak ilamiah.6
4
Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer, hal. 184. 5
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h. 146.
6
(32)
Dakwah itu ada tiga macam, yaitu:
a. Dakwah umat Islam terhadap sekalian umat manusia, supaya mereka
memeluk agama Islam dengan kemauan hati mereka sendiri, bukan dengan paksaan.
b. Dakwah sebagian kaum muslimin terhadap sebagian yang lain,
menyerukan dengan ma’ruf, dan melarang dari yang munkar sesama
mereka.
c. Dakwah atau menasehati antara seseorang dengan yang lain, sesama kaum
muslimin.
Bagi Sayyid Quthub, dakwah adalah usaha orang beriman mewujudkan
ajaran Islam dalam realitas kehidupan (iqamah manhaj ilahi li hayat
al-basyariyyah) atau usaha orang beriman mengokohkan sistem Allah dalam
kehidupan manusia (iqrar li manhaj Allah fi al-bayah) baik pada tataran individu
(fardiyyah), keluarga (usrah), masyarakat (mujtama’), dan umat (ummah) demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7
Karena dakwah mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik, dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan manusia. Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia ke jalan Allah, sehingga terbentuk sebuah masyarakat Islami.
7
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: PT Penamadani, 2008), h. 147.
(33)
2. Pesan Dakwah
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content
of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya.8 Maddah Dakwah
adalah isi pesan atau materi yang disampaikan Da’I kepada Mad’u. dalam hal ini
sudah jelas bahwa yang menjadi Maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.9
Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:10
a. Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.
b. Opini Ulama.
Islam menganjurkan umatnya untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil
Al-Qur’an dan hadits. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama
ini, bisa dijadikan sumber kedua, dengan kata lain penemuan baru yang
tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan
sebagai sumber materi dakwah.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. ke-3, hal. 312
9
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 24
10
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 63
(34)
Metode dakwah ada tiga cara, yaitu:11
1. Al- Hikmah
Menurut Prof Thoha Jahja Omar MA, yaitu bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.
2. Al- Mauidzatil hasanah
Menurut Ki. M.A. Mahfoeld, hasanah dalam dakwah adalah sebagai krida ibadah kepada Allah SWT. Dan didalamnya mengandung:
a. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.
b. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya, sehingga
c. Menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke jalan
Tuhannya, jalan Allah SWT.
3. Al- Mujadalah allati hiya ahsan
Di dalam Tafsir Jalalain di sebutkan:
Artinya: Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan Hujjah-Nya.
Metode dakwah Nabi, ada tiga cara:12
11
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 36-38.
(35)
1. Metode bi lisanil maqal.
Metode dengan menggunakan tutur kata secara lisan dalam menyampaikan pesan dakwahnya.
2. Metode bi lisanil maktub.
Metode ini dilaksanakan Nabi Muhammad melalui korespondensi atau penyampaian surat ke berbagai pihak. Dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Surat yang berisi seruan masuk Islam kepada non muslim, musyrikin,
baik raja, amir, maupun perorangan.
b. Surat berisi ajaran Islam.
c. Surat berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan nonmuslim terhadap
pemerintah Islam.
3. Metode bi lisanil hal.
Metode berdakwah melalui perbuatan dan perilaku konkret yang dilakukan
secara langsung oleh Rasulullah.
3. Kategorisasi Pesan Dakwah
Pada dasarnya dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun dakawah dapat di kategorisasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
12
Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2004), h. 108-109.
(36)
1. Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis
berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.13 Aqidah dalam Islam bersifat
i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rukun iman.
Menurut bahasa, Aqidah diambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat,
menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah, Aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruknya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa
prinsip-prinsip agama.14
Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, dalam sabdanya:
Artinya:“Iman ialah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir dan percaya adanya ketentuan
Allah yang baik maupun yang buruk”.
13
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 25.
14
Syaikh DR. Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah: Sesuai al-Qur’an, as-Sunnah dan Pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), h. 3-4.
(37)
Di bidang aqidah ini, bukan tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi, meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik, ingkar dengan adanya Tuhan, dan sebagainya.
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat
menghapus iman masuk didalamnya, antara lain:15
a. Mengingkari rububiyah Allah atau mengaku memiliki sesuatu dari
kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
b. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.
c. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia meminta
pertolongan selain Allah.
d. Menolak sesuatu yang di tetapkan Allah untuk diri-Nya atau yang
ditetapkan oleh Rasul-Nya.
e. Mendustakan Rasulullah tentang sesuatu yang beliau bawa.
f. Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah tidak sempurna atau menolak
suatu hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna, dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan Rasul-Nya dengan hukum yang selainnya.
g. Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik, sebab hal itu berarti
meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul.
15
Agus Hasan Bashori, Kitab tauhid 2, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2001), hal. 19-25.
(38)
h. Mengejek-ngejek Allah atau al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah, baik itu gurauan atau sungguhan.
i. Membantu orang musyrik untuk memusuhi orang Islam.
j. Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran
Rasulullah, dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau.
k. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau
mengamalkannya.
2. Akhlak
Akhlak atau Budi Pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan
tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.16
Secara garis besar, akhlak Islam mencakup beberapa hal, yaitu:17
1. Akhlak manusia terhadap khalik
2. Akhlak manusia terhadap makhluk
a. Akhlak terhadap manusia
Yaitu: diri sendiri, tetangga, dan masyarakat luas lainnya.
b. Akhlak terhadap bukan manusia
Yaitu: flora, fauna, dan sebagainya.
16
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-92. 17
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 25.
(39)
3. Syariah
Syariat secara etimologis berarti jalan. Syariat Islam adalah satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan
sesama manusia, serta hubungan antar manusia dalam alam lainnya.18
Syariah dalam Islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia, seperti hukum jual-beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya.
Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina, mencuri.19
a. Ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan doa.20 Ibadah
dibagi ke dalam dua kategori yaitu ibadah muqaiyadah dan ibadah mutlaqah. Ibadah muqaiyadah adalah ibadah yang tatacara pelaksanaanya telah diatur secara terinci dalam syarak, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah mutlaqah adalah ibadah yang tatacara pelaksanaannya tidak diatur secara terinci dalam syarak.
18
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 45.
19
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60-61.
20
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2000), Cet Ke-3, h. 235.
(40)
b. Muamalah
Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.21 Jadi,
pengertian muamalah adalah hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.
C. Ruang Lingkup Drama
1. Pengertian Drama dan Naskah Drama
Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Kata drama berasal dari
bahasa Yunani “dramoi” yang artinya adalah berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi,
dan menirukan.22 Dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis
disebut piece de theatre. Drama adalah suatu jenis sastra yang ditulis dalam
bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.23
Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan drama adalah karya yang memiliki dua dimensi, yaitu sebagai teks sastra dan sebagai seni pertunjukkan. Pengertian drama yang hanya diarahkan kepada seni pertunjukan atau seni lakon, ternyata memberikan citra yang kurang baik terhadap drama, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan kenyataanya memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan
21
Abdul Madjid, Pokok-pokok Fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1986), h.1.
22
Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), h. 7.
23
Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu Bandung, 2004), h. 229.
(41)
mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak.
Adapun di antara para ahli yang memberikan definisi kata drama antara lain:
Aristoteles mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerak-gerik. Moulton mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukiskan dengan gerak. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Sedangkan Ferdinand Brunetierre mendefinisikan drama sebagai kehendak manusia yang diungkapkan dengan action. Sedangkan Alvin B. Kernan menjelaskan bahwa drama berasal dari kata
“dran” yang berarti berbuat (to do) atau (to act).24
Sebagai sastra, drama adalah cerita yang unik. Ia bukan untuk dibaca saja, melainkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama bisa juga diartikan sebagai seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata. Mengapresiasi drama berarti melakukan pembacaan terhadap naskah drama dengan menampilkan tanggapan dan reaksinya terhadap bacaan dan mempribadikan serta mengkristalisasikan rasa pribadinya terhadap alur cerita drama yang dibacanya secara bebas.
Naskah berasal dari istilah bahasa Inggris manuscript dan bahasa Prancis manuscrit. Karangan yang ditulis tangan atau diketik, yang dipergunakan sebagai
dasar untuk mencetaknya.25 Naskah pada umumnya berupa buku atau tulisan
24
Sihabudi, dkw, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), h. 8.
25
Hasanuddin & M. Hum, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Penerbit Titian Ilmu Bandung, 2004), h. 532.
(42)
tangan, dan naskah ceritanya lebih panjang karena memuat cerita yang lengkap. Naskah drama merupakan penuangan ide cerita kedalam alur cerita dan susunan peran. Naskah drama juga bisa diartikan sebagai suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab antar pelaku.
Naskah drama itu beragam coraknya, ada naskah yang ringan, berbobot, dan ada pula yang rumit. Naskah yang berbobot (baik) ialah naskah drama yang bersifat naratif dan konflik karaktor, kerena mudah dimengerti baik sebagai karya sastra maupun sebagai karya teater. Suatu naskah yang baik adalah naskah yang memiliki persyaratan, yaitu: memiliki nilai dramatik dan teatrikal, memberikan rasa senang, tidak mengandung masalah atau pertanyaan yang sulit ditemukan jawabannya, dialognya menggunakan bahasa lisan formal, tema yang diungkapkan menyangkut persoalan kehidupan. Naskah yang rumit, yaitu naskah yang alur ceritanya sulit ditangkap, naskah yang plotnya anti plot, dan temanya anti tema, sehingga penonton atau pembaca harus menangkap sendiri apa yang tersembunyi di balik dialog, adegan, tokoh dan situasi.
Sifat-sifat naskah, yaitu: 26
1. Estetis : mencerminkan dan memupuk rasa keindahan.
2. Etis : membimbing ke arah peradaban dan kesusilaan bangsa
dan manusia.
3. Edukatif : membawa ke arah kemajuan (bersifat mendidik).
4. Konsultatif : memberikan penerangan atau penyuluhan atas problema-
problema dalam masyarakat.
26
Tjokroatmojo dan kawan-kawan, Pendidikian Seni Drama Suatu Pengantar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 49.
(43)
5. Rekreatif : memberikan hiburan kepada publik atau penonton.
2. Pengertian Qasidah Barzanji
Qasidah adalah nyanyian pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad. Barzanji adalah nama kitab yang disusun oleh Syekh Al-Barzanji dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Syu’bah Asa. Qasidah Barzanji
adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad. Qasidah Barzanji merupakan puisi-puisi pujaan kepada nabi Muhammad yang amat populer di kalangan masyarakat
muslim.27
3. Karakteristik Drama
Drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater. Kedua aspek dapat terpisah, yang satu berupa naskah dan yang lain berupa pementasan, namun pada dasarnya merupakan suatu totalitas. Sewaktu naskah tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu pementasan tidak dapat menghindari dari garis umum naskah.
Drama mempunyai tiga dimensi, yaitu dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila suatu naskah drama dinikmati sebagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi
27
(44)
penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas didalam naskah.
Jenis drama berdasarkan jenis temanya ada beberapa macam, yaitu: drama tragedi yang bertema duka atau yang berakhir dengan duka cita, drama komedi yang bertema suka ria atau yang berakhir dengan suka ria, melodrama yang alur opera dicakapkan dengan menggunakan bantuan irama musik, dan sandiwara pelawak yang identik dengan komedi.
Adapun yang dimaksud dengan tragedi, menurut perumusan Aristoteles, ialah sandiwara yang menyebabkan para penonton merasa belas dan ngeri,
sehingga mereka mengalami pencucian jiwa.28 Aristoteles menyebut pencucian
jiwa itu sebagai katarsis, maksudnya di cuci sampai pedih tetapi bersih dan sehat
kembali.
Dan yang dimaksud komedi, adalah sandiwara yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa
lebih menghayati kenyataan kehidupan.29 Jadi, komedi bukan hanya sekedar
lawakan kosong, melainkan harus mampu membuka mata penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam.
Adapun melodrama, adalah sandiwara yang isinya mengupas suka-duka
kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton.30 Di dalam
dunia kesenian, rasa terharu merupakan unsur yang harus diperlakukan dengan disiplin yang keras. Sebab, sedikit saja unsur yang itu berlebihan maka akan timbul kecengengan.
28
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 81. 29
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press, 2009), h. 82. 30
(45)
Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan sejiwa dengan masyarakat pemiliknya. Drama tradisional merupakan bentuk sebuah drama yang disusun tanpa menggunakan naskah baku. Sedangkan drama modern merupakan drama hasil pengaruh dari teater barat. Muncul sejak adanya aliran realisme (tahun 1825) sampai sekarang. Bentuk naskah drama modern disusun dengan tema yang beragam dan tema-tema tersebut pada umumnya tidak ada kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari penonton. Naskah drama dilengkapi dengan keterangan gerak, setting, dan suasana.
4. Drama sebagai Media Komunikasi
Sebagai hasil seni, drama bukan saja merupakan hasil dari perasaan semata, melainkan juga dari ide atau pikiran penulisnya. Dialog merupakan sarana primer, di dalam sebuah drama. Maksudnya, dialog didalam drama merupakan situasi bahasa utama. Memang jika disaksikan pada pokoknya sebuah drama adalah rangkaian dialog, teks-teks, para aktor, dan tidak ada seorang juru cerita yang langsung menyapa penikmat atau penonton. Drama yang di tulis dengan
“tidak mematuhi” konvensi penulisan drama yang umum, biasanya kurang mementingkan aspek cerita tetapi lebih mengutamakan suasana yang dapat dimunculkan untuk mempengaruhi penikmat atau penonton, ini dialognya lebih mengutamakan bagaimana memberikan kesan bahwa faktor suasana, ide, dan konsep diatas pentaslah yang menjadi tumpuan utama.
Bagaimana bentuk dialog yang dapat ditemukan didalam karya drama, yang harus dipahami adalah betapa pentingnya unsur dialog bagi sebuah drama. Di dalam cerita paparan, naratif, unsur cerita, dan pembeberan sangat menonjol
(46)
dan dominan. Di dalam drama, dialoglah yang menempatkan dirinya sebagai unsur utama. Di dalam drama yang ditemukan bukan mengenai peristiwa tetapi kejadian atau peristiwa itu sendiri (lebih jelasnya di atas pentas). Bila seorang aktor menjanjikan sesuatu, mengancam, atau mengajukan permintaan, hal itu turut menggerakkan bergulirnya peristiwa demi peristiwa. Hanya dialog-dialog yang di ucapkan dengan baik, benar, serta tepat ujarannya saja yang dapat mengarahkan penonton kepada situasi penyaksian peristiwa atau kejadian.
Sebagai sarana primer di dalam drama, dialog dapat menentukan ingin seperti apa warna secara keseluruhan drama tersebut. Walaupun begitu, umumnya gerak atau tingkah lakulah yang mesti disiapkan untuk mendukung dialog. Dalam pelaksanaan dialog pada drama, bisanya para lawan bicara berada dalam ruang yang sama dan pada waktu yang sama pula. Sebagai sebuah konsekuensi genre sastra, latar bagi sebuah dialog bersifat fiktif. Latar disini dapat berupa situasi sosial.
5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi
Dakwah islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga sedikit demi sedikit umat manusia masuk agama Islam pada masa Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya. Kemudian dakwah itu dilaksanakan oleh khalifah-khalifah, dan sahabat-sahabat Nabi, akhirnya diikuti oleh alim ulama. Setelah melakukan tahap ini, maka Nabi melanjutkan seruannya kepada masyarakat Arab secara umum yaitu dengan mengampanyekan ajaran yang diembannya kepada suku-suku Arab, baik yang ada di Mekkah, Thaif, maupun yang ada di Madinah. Pada tahap ini Rasulullah
(47)
berhasil, mengislamkan orang-orang Madinah, terutama yang berasal darin suku Aus dan Khazraj.
Memang dakwah itu penting sekali untuk kehidupan suatu agama bahkan tidak akan tegak suatu agama, melainkan dengan dakwah dan tidak akan tersebar suatu aliran atau ideologi kecuali dengan dakwah. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid. Dengan adanya dakwah, maka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan penting dan rumit yang dihadapi umat, serta memberikan jalan keluar yang menghambat terwujudnya tatanan masyarakat islami, baik yang bersifat individu maupun sosial.
Dakwah memiliki dimensi yang luas, sehingga ada empat aktivitas utama dakwah:
1. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan lisan.
2. Mengkomunikasikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulisnya.
3. Memberi contoh keteladanan akan prilaku akhlak yang baik.
4. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya dalam
menegakkan prinsip-prinsip Ilahi.31
31
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 6.
(48)
BAB III
GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI
A. Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji
Naskah ini berisi tentang Nabi Muhammad SAW dimulai dari ciri dan sifatnya, silsilah keturunannya, saat dalam kandungan, saat dilahirkan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa sebelum wafatnya. Semuanya terangkai manis dalam untaian prosa, dan syair dengan kualitas gaya bahasa yang tinggi.
Pembacaan Qasidah Barzanji ini temasuk literature atau tradisi yang wajib
dijalankan di pesantren atau warga NU pada malam jum’at, terutama pada acara
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, upacara pemberian nama bagi seorang
bayi, acara sunatan, upacara pernikahan, dan berbagai acara ritual lainnya.1 Hal ini
merupakan bagian dari kehidupan beragama tradisional yang hampir punah jika tidak ada sentuhan tangan dari para pemerhati dan pencintanya.
Naskah ini ditulis oleh penulisnya untuk meningkatkan kecintaan kita sebagai umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara menjaga dan melestarikannya dan hal yang paling penting adalah meneladani kepribadian Nabi
SAW dan melanjutkan dakwah Islamiyah yang telah Nabi lakukan sebelumnya.2
Selain itu, beberapa bait-bait syairnya juga banyak dilantunkan sebagai qosidah dengan nada dan irama lagu yang sangat fariatif. Ada beberapa hal yang cukup unik pada pembacaan salah satu syair dalam naskah ini yaitu pada saat para
1
www.scribd.com, di akses pada tanggal 1 Januari 2011. 2
Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono. 35
(49)
pembaca atau pelantun melantunkan bait syair yang memaparkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka mereka secara serentak berdiri.
Menurut mereka, hal ini merupakan salah satu wujud penghormatan kepada Nabi SAW sebagai Nabi akhir zaman yang memang pantas dihormati dan
rasa cinta kasih mereka yang teramat dalam kepada “Sang Nabi”.
Pembawa cerita terdiri lima tokoh, namun dalam satu tokoh ada yang terdiri dua orang ataupun lima orang. Pembawa cerita atau tokoh didalam naskah ini, berkarakter universal.
Secara garis besar, naskah ini mencakup beberapa hal, yaitu:
Pertama, Muhammad SAW adalah penghulu para nabi dan sekaligus penutup masa kenabian. Muhammad bin Abdillah adalah pemilik risalah terbesar, yang paling sempurna lagi syamil (menyeluruh segala aspek). Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, menyeru menuju jalan Allah, serta pembawa pelita yang menerangi kegelapan. Tak ada kebaikan yang tertinggal untuk dianjurkan kepada ummatnya, dan tak ada sedikitpun kejahatan yang tidak diperingatkan kepada umatnya.
Kedua, ciri-ciri Nabi Muhammad, yaitu sedikit tinggi, kulitnya putih memerah, matanya lebar, merah pipinya, pangkal hidungnya mancung, dadanya bidang atau tegap, janggut yang lebat, besar dan kukuh tulang sendinya, berambut panjang, dan ada cincin di jarinya. Sifatnya agung, dermawan, dan rendah hati.
Ketiga, silsilah Nabi Muhammad SAW, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin
(50)
Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudarr bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan suku Quraisy yang disegani oleh penduduk Mekkah dan sekitarnya, bahkan Bani Hasyim termasuk kalangan paling terhormat, paling teguh memegang kepercayaan dan adat istiadat nenek moyang dana paling disegani diantara suku-suku lainnya.
Keempat, saat kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan tahun 571 M di kota Mekkah. Tepat saat Nabi SAW lahir, muncullah cahaya terang benderang dari wajah Nabi SAW. Cahaya tersebut sangat menyilaukan mata dan cahayanya menerangi hampir kesegala arah. Kelahiran Nabi SAW, sebagai penghapus aib dan kufur nista, serta pengusir bencana di negerinya.
Kelima, pada masa remaja, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun. Suatu ketika, ia dibawa pamanya berniaga ke negeri syam. Saat itu, melewati sebuah biara kecil di gurun pasir yang sangat sunyi dengan seorang pendeta sebagai pengurusnya. Pendeta tersebut bernama Buhaira atau bahira yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi SAW sesuai dengan apa yang dipaparkan didalam ketiga kitab suci yang turun sebelumnya. Salah satu tandanya adalah noda, tanda kenabian, yang terdapat antara kedua belahan bahu Nabi SAW. Disisi lain, ada kejadian aneh dan sangat menakjubkan saat dalam perjalanan menuju Syam, dimana awan putih selalu membayang-bayangi Nabi SAW kapan, dimana, dan bagaimanapun Ia berada.
(51)
Keenam, pada saat nabi berusia 40 tahun, beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Sejak itulah Nabi memulai dakwah Islamnya selama kurang lebih 23 tahun dengan dua periode, Mekkah, dan Madinah dan selanjutnya Nabi SAW wafat pada usia 63 tahun. Berbagai peristiwa dialami oleh Nabi SAW termasuk
peristiwa Isra mi’raj yang sangat menakjubkan.
Di dalam naskah ini, juga memberitahu bahwa Nabi Muhammad SAW pemberi syafaat di hari Akhir. Naskah ini terjemahan dari Kitab al-Barzanji yang
merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh Syekh Ja’far al-Barzanjiy bin
Abdul karim yang lahir di Madinah tahun 1690 dan wafat pada tahun 1766.3
B. Sinopsis Naskah Drama Kasidah Barzanji
Suasana gurun pasir serta dibangun dengan suasana bulan purnama yang bermandikan cahaya. Untuk mendukung suasana ini lembaran-lembaran kain dengan berbagai warna dibentangkan melajur dibagian tengah panggung. Susunan
level, di atasnya tertulis bangunan Ka’bah beratapkan plastik berwarna.
Solo putri masuk, dengan mengatakan Ya, lalu Koor putra mengatakan Ya. Setelah dua kali mengatakan Ya, bunyi ketukan gendang sebanyak tiga kali. Suara koor mengalun merdu ditengah keheningan penonton dengan menyuarakan pujian-pujian kehadiran Nabi. Usai nyanyian formasi tetap ditempat kemudian mengucapkan salam. Solo putra diikuti koor putra, bersahut-sahutan takbir dan syahadat. Semuanya perlahan-lahan untuk duduk dan kepala tunduk, kecuali pembawa wahyu ilahi.
3
(52)
Selanjutnya dilantunkan beberapa ayat dari surat Yaasin sebagai bukti keindahan dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Puluhan pemain melakukan konfigurasi gerak secara berjamaah dan bershaf sehingga menampakkan keserasian dan sekaligus kemegahan. Didukung cahaya dari tata lampu yang menyiratkan kerinduan makhluk akan penciptanya.
Selanjutnya syair-syair dilantunkan secara bergantian, koor putra – koor
putri – solo putri – solo putra. Syair-syair itu melukiskan gambaran fisik dan sikap
terpuji Rasulullah dalam berbagai sudut tilikan ditengah kehidupan yang jahiliyah. Sehingga mengemuka bukan superiotas, melainkan sangatlah tegas beliau adalah bersahaja, menyantumi yang yatim. Beliau tidak pernah meninggikan diri atau lebih suci diantara sesama manusia. Itulah keindahan yang tidak terukur didalamnya. Gambaran semacam itu terangkat oleh bentuk Syair Al-Barzanji dan
pilihan kata oleh Syu’bah Asa, penerjemahnya.
Konfigurasi pemain yang terdiri dari beragam koor menyiratkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan beragam. Begitu pula ketika bunyi musik dari rebana-rebana yang dibunyikan seluruh pemain putra dan putri mampu mengantar suasana lewat sepertiga malam, saat kekhusyukan tahajjud. Disusul kemudian oleh suasana peralihan malam ke pagi. Suara beduk dikejauhan, lalu gema tarkhim ke seluruh sudut kota. Suara adzan, semua bangkit, berjamaah di subuh hari.
C. Biografi WS Rendra
W.S Rendra dikenal di Indonesia dan luar negeri sebagai penyair yang sangat penting. Dia lahir pada tanggal 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah,
(53)
dan meninggal 6 Agustus 2009 di Depok, Jawa Barat. Ayahnya, R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Kuna di SMA Katolik, Solo. Pak broto juga seorang dramawan tradisional. Ibunya, Raden Ayu Catharina Ismadillah, adalah seorang penari serimpi di Kraton Yogyakarta.
Mula-mula ia beragama Katolik dengan nama lengkap Wilibrordus Surendra Bawana Rendra Broto seperti kedua orangtuanya yang beragama Katolik. Akan tetapi, ketika ia menikah dengan istrinya yang kedua, Sitoresmi Prabuningrat, 12 Agustus 1970 dia tercatat beragama Islam dan namanya hanya Rendra. Istrinya yang pertama ialah Sunarti Suwandi. Ia banyak memberikan inspirasi dalam puisi Rendra. Sunarti dan Sitoresmi, keduanya pemain drama dalam group teater Rendra. Istri Rendra yang terakhir, Ken Zuraida, juga pemain drama.
Rendra memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak (1942) sampai dengan SMA (1952) di Sekolah Katolik, Solo. Kemudian ia pergi ke Jakarta dengan maksud sekolah di Akademi Luar Negeri. Sayang sekali, akademi itu telah ditutup. Selanjutnya, ia masuk ke Fakultas Sastra Universitas Gajah mada, tetapi dia tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah mendapat Sarjana Muda kegiatannya lebih banyak dalam bidang seni, seperti tulis menulis, membaca, bermain drama, dana tari.
Menurut pendapat Prof A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesisa Modern II (1989), dalam sejarah kesusastraan Indonesia Modern, Rendra tidak masuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok, seperti Angkatan 45,
(54)
Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Rendra mulai menulis sajak, mengarang, dan mementaskan drama untuk kegiatan di sekolahannya sejak di bangku SMP kelas II. Tulisannya meliputi berbagai bidang seni, yaitu puisi, cerita pendek, esai, dan drama. Kegiatannya bukan hanya menulis, melainkan juga bermain drama, dan terutama membaca puisi. Ia sangat terkenal sebagai pembaca puisi. Di SMA, ia telah menerbitkan majalah drama sejumlah 500 eksemplar. Sajaknya yang pertama dikirimkannya ke
majalah Siasat pada tahun 1952. Kemudian sajak-sajaknya banyak dimuat dalam
berbagai majalah tahun 50-an, seperti Siasat, Seni, basis, Konfrontasi, Siasat baru; tahun 60-an, seperti Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selekta, Horison; dan tahun 70-an, seperti Pelopor (Yogyakarta).
Ia sangat aktif dalam drama. Ia telah menulis beberapa drama dan menyutradarai karyanya sendiri dan karya orang lain dalam rangkaian kegiatan
“Tunas Muda” di Jawa Tengah. Tulisannya yang pertama tentang drama berjudul “Kaki Palsu”. Drama itu dipertunjukkan dalam kegiatan sekolahnya. Ketika ia duduk di SMA, ia juga menulis drama berjudul “Orang-orang di Tikungan Jalan”. Untuk drama ini Rendra mendapat hadiah pertama dari kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Penghargaan ini membuatnya sangat bergairah dalam menulis.
Drama-drama Rendra ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok drama karya asli dan kelompok drama karya terjemahan. Daftar semua karya Rendra itu daapat dibaca pada akhir tulisan ini. Salah satu karya aslinya,
(55)
“Bib Bop” sangat terkenal. Pertama kali drama itu dipentaskan pada tahun 1968
dan dianggap sebagai tonggak Teater Modern Indonesia. Dua puluh tahun kemudian diolah lagi dan dipentaskan di New York. Banyak orang Indonesia yang tertarik pada karya panggung yang otentik ini. Oleh karena itu pada tahun 1988 drama itu dipentaskan lagi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Drama ini menampilkan warna daerah melalui latar dan tokoh-tokohnya. Nama lain untuk
drama ini adalah “Drama Mini Kata”. Disebut demikian karena drama ini hanya berupa gerak dan lagu. Drama terjemahan Rendra yang terkenal adalah “Oedipus Sang Raja” dan Kasidah Barzanji”.
Cerita pendeknya, “Ia Punya Leher Yang Indah”. Ditulis pada saat
bergairah mengaarang. Cerita pendek ini dimuat dalam majalah Kisah pada tahun 1956 dan untuk itu dia telah mendapat hadiah dari majalah ini. Ia telah menerbitkan cerita pendeknya dalam sebuah antalogi berjudul Ia Sudah Berpulang. Dia menganggap itu sebagai upah semangat dan gairahnya yang sangat besar itu.
Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia ssangat besar
perhatiannya pada kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan
menerjemahkan beberapa bagian sajak Rendra dalam tulisannya berjudul “A Thematic History of Indonesia Poetry:1920 to 1974”. Karya Rendra juga
dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle. Beberapa pakar sastra dari Indonesia juga telah membicarakan karya Rendra. Salah seorang dari mereka adalah H.B. Jassin di dalam bukunya Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei. Prof. A. Teeuw, seorang pakar sastra
(56)
dari Belanda, juga telah menulis tentang Rendra bahwa ia seorang penyair muda dalam masa pertengahan di antara mereka (Teeuw, 1989).
Rendra adalah seorang seniman. Dia memulai pekerjaannya di atas panggung. Tahun 1964, dia di undang Pemerintah Amerika Serikat untuk menghadiri seminar tentang kesusastraan di Harvard University. Lalu ia memperoleh beasiswa belajar di The American Academy of Dramatic Arts. Ketika ia kembali ke Indonesia, tahun 1967, mendirikan grup teater di Yogyakarta, dinamai Bengkel Teater. Lalu tahun 1986 ketika berpindah ke Depok, Jawa Barat, menjadi Bengkel Teater Rendra. Sampai sekarang bengkel Teater Rendra terus aktif di Indonesia, menjadi basis kegiatan keseniannya. Grup ini telah dianggap telah memberi suasana baru dalam kehidupan teater di Indonesia. Karya-karya Rendra berikut ini:
I. Kumpulan Puisi
1. Ballada Orang-orang Tercinta (1957)
2. Empat Kumpulan Sajak (1961)
3. Blues untuk Bonnie (1971)
4. Sajak-sajak Sepatu Tua (1972)
5. Potret Pembangunan dalam Puisi (1983)
6. Nyanyian Orang Urakan (1985)
7. Disebabkan oleh Angin (1993)
8. Orang-orang Rangkasbitung (1993)
9. Mencari Bapa (1997)
(57)
II. Drama
1. Bunga Semerah Darah (1951)
2. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
3. Drama Minikata. Di manakah Kau, Saudaraku? (1968)
4. Bib Bob (1968)
5. Rambate Rate Rata (1969)
6. Mastodon dan Burung Kondor (1973)
7. Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
8. SEKDA (1977)
9. Drama Anak-anak, Tuyul Anakku (1985)
10.Panembahan Reso (1986)
11.Selamatan Anak Cucu Suleiman (1988)
III. Kumpulan Cerita Pendek
1. Ia Sudah Bertulang (1963)
2. Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu (2007)
IV. Kumpulan Esai
1. Mempertimbangkan Tradisi (1983)
2. Memberi Makna pada Hidup yang Fana (1999)
3. Penyair dan Kritik Sosial (2001)
4. Catatan-catatan Rendra tahun 1960-an (2005)
V. Kumpulan Orasi
1. Agenda Reformasi Seorang Penyair (1998)
(58)
3. Megatruh (2001)
4. Membela Masa Depan (2008)
VI. Produksi Teater
1. The Ritual of The Solomon’s Children – Rendra
2. Oedipus Rex – Sophocles
3. Waiting for Godot – Samuel Beckett
4. Qasidah Barzanji – Al Barzanji, skenario oleh Rendra
5. Hamlet – W. Shakespeare
6. Macbeth – W. Shakespeare
7. The Prience of Hamburg – Heinrich von Kleist
8. Mastodon and The Condors – Rendra
9. Antigone – Sophocles
10.Oedipus in Colonus – Sophocles
11.Lysistrata – Aristophanes
12.The Struggle of Naga Tribe – Rendra
13.Egmont – Goethe
14.Caucasian Chalk Circle – Bertolt Brecht
15.The Robber – F. Schiller
16.The Governor Secretary – Rendra
17.Lord Reso – Rendra
(59)
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NASKAH DRAMA
“QASIDAH BARZANJI” KARYA WS RENDRA
Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pesan dakwah yang terkandung pada naskah drama Qasidah Barzanji. Penelitian ini merupakan bagian dari dakwah bil Qalam yang di tuangkan dalam suatu naskah drama. Data yang di olah berupa dialog atau kalimat Solo Putra yang mengandung pesan dakwah. Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi yang akan diteliti secara kuantitatif.
Dengan demikian, untuk mengetahui isi pesan dakwah dan pesan yang dominan dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti melakukan analisa data yang telah diisi oleh ketiga juri dengan mengacu pada kategorisasi pesan dakwah, yakni:
1. Aqidah, yang meliputi subkategori iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadha dan qadar;
2. Akhlak, yang meliputi subkategori akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.
3. Syari’ah, yang meliputi subkategori ibadah dalam arti khas (thaharoh, shalat, shaum, zakat, dan haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qonun al
khas / hukum perdata dan al-qonun al-‘am / hukum publik);
(60)
A. Pesan Aqidah, Akhlak, Syariah dalam naskah drama “Qasidah Barzanji”
1. Pesan Aqidah
Iman menjadi dasar akhlak, dengan iman yang baik maka akan muncul akhlak terpuji. Masalah Keimanan (Aqidah) adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Aqidah Islam disebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori pesan Aqidah menurut kesepakatan 3 juri, yaitu:
KATEGORI PESAN AQIDAH
Tokoh/Dialog/Hal Item Keterangan
Koor Putra-putri/2/1
Ya Habibi Ya Muhammad, Ya Arusal Khofiqoin, Ya Muayyad Ya Mumajjad, Ya Immamal Qiblatain.
Iman kepada rasul
Solo Putra/3/1 Allahuma Shali A'la Muhammad, Wa a'la Ali Muhammad.
Iman kepada rasul Pembawa
Wahyu/5/1 Audzu Billahi Minasyaitanirojim. Iman kepada Allah
Koor Putri/7/2
Allahuma Shali A'la
Muhammad, Ya Robbi Shali A'laihi Wassalim
Ya Robbi Warhamna Jami'a, Ya Robbi Warham Walidzina.
Iman kepada rasul
Solo Putra/13/5
Engkau yang baka, engkau yang kadim sejak azali, tiada Tuhan selain engkau kan dipasrahi, Kodratmu tinggi kekal dan damai kami bersandar, Maha utama, dikau menuntun kami yang sasar.
Iman kepada Allah
Solo Putra/17/6 Dengan apura, dengan
(61)
mohon mulya penggubah syair sukar dinilai kadar harganya, Angkat karibmu ke bukit pasir yang paling tinggi,
Tempatkan dia di kediaman dekat kakinya,
Tunjukkan dia hakikat Engkau tak ada dua,
Solo Putra/20/6 Lailahaillah Iman kepada Allah
Koor Putra-putri/26/9
Wajah mentari memancar terang, dari wajahmu. Menyingkir malam, gelap memekat, yang penuh tipu, Hari lahirmu, bagi agama, satu berita suka gembira, seluruh bunga mekar bersama, Kebanggaan, memenuhi hati ibu sang nabi, Tidak seorang dari wanita, kan menandingi, Banggalah ia, di tengah kaum, dengan putranya, Duh kelahiran, penghapus aib dan kufur nista, engkaulah obat, pengusir bencana.
Bersambut-sambut bisikan riang, dunia yang halus. Lahirlah kini bayi Musthofa, Alangkah bagus.
Iman kepada rasul
Koor Putra/27/9
Kasihku, duhai kasihku, duhai pengobatku,
Kasihku, engkaulah tujuan, dan harapanku, Sholawat Allah, atas petunjuk, atas Muhammad,
Pelimpah syafa’at, seluruh
makhluk, di hari kiamat, segala jalan keperhubungan, menjelas lempang, Adapun seluruh resia berahi, tinggal didalam.
Iman kepada rasul
Duet Putri/29/10
Sholawat atas sang nabi, Salam
atas sang rasul, Pemilik syafa’at
dari Al-Batkha, Mohammadir Arabia, Sebagus-bagus siapa berdiri di atas limpah kurnia.
Pemegang syafa’at di tengah
manusia.
Tidak seorang menjadi tandingnya, beruntung umat
(1)
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
� = � 10
= 0,9+0,9+1 3
= 2,8 3
= 0,93
Jadi, nilai rata-rata juri adalah 0,93
Dengan demikian untuk mengukur Komposit Reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Komposit Realibilitas =
) ( ) 1 ( 1 ) ( juri antar X N juri antar X N
= 3.0,93 1+2.0,93
= 2,79 2,86
= 0,98
Untuk Koefisien Reliability antar juri, yaitu antara juri I dengan II, dan I dengan III nilai yang dihasilkan sama (terendah), yaitu 0,9, dengan jumlah kesepakatan 9 item dan ketidaksepakatan 1 item. Sedangkan untuk juri II dengan juri III nilai yang dihasilkan adalah 1, dengan jumlah kesepakatan 10 item.
Dengan demikian, untuk nilaiKomposit Reliabilitas secara keseluruhannya adalah 0,98 atau 98%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
(2)
Dan untuk menemukan rincian hasil dari isi pesan dakwah dalam naskah drama Qasidah Barzanji, maka peneliti akan menampilkan prosentase satu per satu kategorisasi pesan, dengan menggunakan rumus:
�
= �
� � 100%
Prosentasi Pesan N = 2,94
No. Ketegorisasi Koefisien
Reliabilitas
Prosentase (%)
1 Aqidah 0,97 33%
2 Akhlak 0,99 34%
3 Syariah 0,98 33%
Total 2,94 100%
P = �
�
x 100%
Aqidah = 0,97
2,94 x 100% = 33%
Akhlak = 0,99
2,94 x 100% = 34%
Syariah = 0,98
2,94 x 100% = 33%
(3)
Dengan demikian, pesan dakwah yang dominan pada dialog Solo Putra di dalam naskah drama Qasidah Barzanji adalah pesan Akhlak dengan prosentase 34% berdasarkan hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga orang juri.
(4)
LAMPIRAN 3
Wawancara Kepada Narasumber (Kordinator Bengkel Teater)
Nama Narasumber : Hari & Tanggal :
Tempat :
1. Apa yang mendorong WS Rendra untuk mementaskan naskah yang penuh dengan shalawat & pujian Rasulullah padahal ia belum beragama Islam pada saat itu?
Jawab: Pada saat salah satu anggotanya, Syu’ Bah Asa sedang menerjemahkan puisi atau syair-syair al-Barzanji. Rendra membaca syair itu lalu Rendra tertarik, dan bertanya kepada Syu’ bah Asa, nanti kalau sudah selesai diterjemahkan, apakah bisa kita pentaskan?, Syu’ Bah Asa, sebenarnya tidak percaya atas pertanyaan itu, karena Rendra latar belakangnya dari Katolik.
2. Kapan pertama kali naskah Qasidah Barzanji ini dipentaskan?
Jawab: 23 sampai 24 Juni 1970, di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki.
3. Sudah berapa kali naskah ini dipentaskan? Dimana saja? Jawab: Kurang lebih 10 kali.
(5)
2. Gedung Merdeka, Bandung.
3. Gedung Batik Yudonegaran, Yogyakarta. 4. Glora Pancasila, Surabaya.
5. Gedung Bhayangkara, Jember. 6. Gedung Brawidjaja, Malang.
7. Tahun 1971, keliling 6 kota di Aceh.
8. Tahun 1974, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. 9. Tahun 2003, Tenis Indor Senayan, Jakarta. 4. Apa tujuan dan manfaat naskah Qasidah Barzanji?
Jawab: Tujuannya untuk mengungkapkan kerinduan kami kepada Nabi dan orang-orang suci. Manfaatnya agar lebih mencintai Nabi, mengetahui perjalanan kehidupan Nabi, makna dari syir-syair tesebut.
5. Ada berapa tokoh atau pemain didalam naskah Qasidah Barzanji? Banyak, sekitar ada 20 orang.
6. Pesan-pesan apa saja yang terdapat didalam naskah Qasidah Barzanji? Pesan moral, Pesan dakwah juga ada.
7. Konflik apa yang ada didalam Naskah Qasidah Barzanji?
Naskah ini hanya menjelaskan tingkah laku Nabi, memberitahu tentang kehidupan Nabi.
8. Naskah Qasidah Barzanji ini termasuk drama apa? Drama religis, dan drama tanpa dialog antar pemain.
(6)
9. Apa menariknya naskah Qasidah Barzanji dari naskah WS Rendra lainnya?
Naskah ini selain ada dakwah, juga terdapat hiburan didalamnya. Sedangakan naskah Rendra yang lain, berisi pesan moral, dan biasanya menceritakan kehidupan yang terjadi di negara kita.