Ruang Lingkup Drama LANDASAN TEORITIS

tangan, dan naskah ceritanya lebih panjang karena memuat cerita yang lengkap. Naskah drama merupakan penuangan ide cerita kedalam alur cerita dan susunan peran. Naskah drama juga bisa diartikan sebagai suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab antar pelaku. Naskah drama itu beragam coraknya, ada naskah yang ringan, berbobot, dan ada pula yang rumit. Naskah yang berbobot baik ialah naskah drama yang bersifat naratif dan konflik karaktor, kerena mudah dimengerti baik sebagai karya sastra maupun sebagai karya teater. Suatu naskah yang baik adalah naskah yang memiliki persyaratan, yaitu: memiliki nilai dramatik dan teatrikal, memberikan rasa senang, tidak mengandung masalah atau pertanyaan yang sulit ditemukan jawabannya, dialognya menggunakan bahasa lisan formal, tema yang diungkapkan menyangkut persoalan kehidupan. Naskah yang rumit, yaitu naskah yang alur ceritanya sulit ditangkap, naskah yang plotnya anti plot, dan temanya anti tema, sehingga penonton atau pembaca harus menangkap sendiri apa yang tersembunyi di balik dialog, adegan, tokoh dan situasi. Sifat-sifat naskah, yaitu: 26 1. Estetis : mencerminkan dan memupuk rasa keindahan. 2. Etis : membimbing ke arah peradaban dan kesusilaan bangsa dan manusia. 3. Edukatif : membawa ke arah kemajuan bersifat mendidik. 4. Konsultatif : memberikan penerangan atau penyuluhan atas problema- problema dalam masyarakat. 26 Tjokroatmojo dan kawan-kawan, Pendidikian Seni Drama Suatu Pengantar, Surabaya: Usaha Nasional, 1985, h. 49. 5. Rekreatif : memberikan hiburan kepada publik atau penonton. 2. Pengertian Qasidah Barzanji Qasidah adalah nyanyian pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad. Barzanji adalah nama kitab yang disusun oleh Syekh Al-Barzanji dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Syu’bah Asa. Qasidah Barzanji adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad. Qasidah Barzanji merupakan puisi-puisi pujaan kepada nabi Muhammad yang amat populer di kalangan masyarakat muslim. 27 3. Karakteristik Drama Drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater. Kedua aspek dapat terpisah, yang satu berupa naskah dan yang lain berupa pementasan, namun pada dasarnya merupakan suatu totalitas. Sewaktu naskah tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu pementasan tidak dapat menghindari dari garis umum naskah. Drama mempunyai tiga dimensi, yaitu dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila suatu naskah drama dinikmati sebagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi 27 Wawancara pribadi dengan Edy Haryono penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas didalam naskah. Jenis drama berdasarkan jenis temanya ada beberapa macam, yaitu: drama tragedi yang bertema duka atau yang berakhir dengan duka cita, drama komedi yang bertema suka ria atau yang berakhir dengan suka ria, melodrama yang alur opera dicakapkan dengan menggunakan bantuan irama musik, dan sandiwara pelawak yang identik dengan komedi. Adapun yang dimaksud dengan tragedi, menurut perumusan Aristoteles, ialah sandiwara yang menyebabkan para penonton merasa belas dan ngeri, sehingga mereka mengalami pencucian jiwa. 28 Aristoteles menyebut pencucian jiwa itu sebagai katarsis, maksudnya di cuci sampai pedih tetapi bersih dan sehat kembali. Dan yang dimaksud komedi, adalah sandiwara yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan kehidupan. 29 Jadi, komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong, melainkan harus mampu membuka mata penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam. Adapun melodrama, adalah sandiwara yang isinya mengupas suka-duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. 30 Di dalam dunia kesenian, rasa terharu merupakan unsur yang harus diperlakukan dengan disiplin yang keras. Sebab, sedikit saja unsur yang itu berlebihan maka akan timbul kecengengan. 28 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, Jakarta: Burungmerak Press, 2009, h. 81. 29 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, Jakarta: Burungmerak Press, 2009, h. 82. 30 Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, Jakarta: Burungmerak Press, 2009, h. 82. Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan sejiwa dengan masyarakat pemiliknya. Drama tradisional merupakan bentuk sebuah drama yang disusun tanpa menggunakan naskah baku. Sedangkan drama modern merupakan drama hasil pengaruh dari teater barat. Muncul sejak adanya aliran realisme tahun 1825 sampai sekarang. Bentuk naskah drama modern disusun dengan tema yang beragam dan tema-tema tersebut pada umumnya tidak ada kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari penonton. Naskah drama dilengkapi dengan keterangan gerak, setting, dan suasana. 4. Drama sebagai Media Komunikasi Sebagai hasil seni, drama bukan saja merupakan hasil dari perasaan semata, melainkan juga dari ide atau pikiran penulisnya. Dialog merupakan sarana primer, di dalam sebuah drama. Maksudnya, dialog didalam drama merupakan situasi bahasa utama. Memang jika disaksikan pada pokoknya sebuah drama adalah rangkaian dialog, teks-teks, para aktor, dan tidak ada seorang juru cerita yang langsung menyapa penikmat atau penonton. Drama yang di tulis dengan “tidak mematuhi” konvensi penulisan drama yang umum, biasanya kurang mementingkan aspek cerita tetapi lebih mengutamakan suasana yang dapat dimunculkan untuk mempengaruhi penikmat atau penonton, ini dialognya lebih mengutamakan bagaimana memberikan kesan bahwa faktor suasana, ide, dan konsep diatas pentaslah yang menjadi tumpuan utama. Bagaimana bentuk dialog yang dapat ditemukan didalam karya drama, yang harus dipahami adalah betapa pentingnya unsur dialog bagi sebuah drama. Di dalam cerita paparan, naratif, unsur cerita, dan pembeberan sangat menonjol dan dominan. Di dalam drama, dialoglah yang menempatkan dirinya sebagai unsur utama. Di dalam drama yang ditemukan bukan mengenai peristiwa tetapi kejadian atau peristiwa itu sendiri lebih jelasnya di atas pentas. Bila seorang aktor menjanjikan sesuatu, mengancam, atau mengajukan permintaan, hal itu turut menggerakkan bergulirnya peristiwa demi peristiwa. Hanya dialog-dialog yang di ucapkan dengan baik, benar, serta tepat ujarannya saja yang dapat mengarahkan penonton kepada situasi penyaksian peristiwa atau kejadian. Sebagai sarana primer di dalam drama, dialog dapat menentukan ingin seperti apa warna secara keseluruhan drama tersebut. Walaupun begitu, umumnya gerak atau tingkah lakulah yang mesti disiapkan untuk mendukung dialog. Dalam pelaksanaan dialog pada drama, bisanya para lawan bicara berada dalam ruang yang sama dan pada waktu yang sama pula. Sebagai sebuah konsekuensi genre sastra, latar bagi sebuah dialog bersifat fiktif. Latar disini dapat berupa situasi sosial. 5. Dakwah sebagai Bentuk Komunikasi Dakwah islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga sedikit demi sedikit umat manusia masuk agama Islam pada masa Nabi masih hidup dan sesudah wafatnya. Kemudian dakwah itu dilaksanakan oleh khalifah-khalifah, dan sahabat-sahabat Nabi, akhirnya diikuti oleh alim ulama. Setelah melakukan tahap ini, maka Nabi melanjutkan seruannya kepada masyarakat Arab secara umum yaitu dengan mengampanyekan ajaran yang diembannya kepada suku-suku Arab, baik yang ada di Mekkah, Thaif, maupun yang ada di Madinah. Pada tahap ini Rasulullah berhasil, mengislamkan orang-orang Madinah, terutama yang berasal darin suku Aus dan Khazraj. Memang dakwah itu penting sekali untuk kehidupan suatu agama bahkan tidak akan tegak suatu agama, melainkan dengan dakwah dan tidak akan tersebar suatu aliran atau ideologi kecuali dengan dakwah. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid. Dengan adanya dakwah, maka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan penting dan rumit yang dihadapi umat, serta memberikan jalan keluar yang menghambat terwujudnya tatanan masyarakat islami, baik yang bersifat individu maupun sosial. Dakwah memiliki dimensi yang luas, sehingga ada empat aktivitas utama dakwah: 1. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan lisan. 2. Mengkomunikasikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulisnya. 3. Memberi contoh keteladanan akan prilaku akhlak yang baik. 4. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya dalam menegakkan prinsip-prinsip Ilahi. 31 31 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, h. 6.

BAB III GAMBARAN UMUM NASKAH DRAMA QASIDAH BARZANJI

A. Isi Naskah Drama Qasidah Barzanji Naskah ini berisi tentang Nabi Muhammad SAW dimulai dari ciri dan sifatnya, silsilah keturunannya, saat dalam kandungan, saat dilahirkan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa sebelum wafatnya. Semuanya terangkai manis dalam untaian prosa, dan syair dengan kualitas gaya bahasa yang tinggi. Pembacaan Qasidah Barzanji ini temasuk literature atau tradisi yang wajib dijalankan di pesantren atau warga NU pada malam jum’at, terutama pada acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, upacara pemberian nama bagi seorang bayi, acara sunatan, upacara pernikahan, dan berbagai acara ritual lainnya. 1 Hal ini merupakan bagian dari kehidupan beragama tradisional yang hampir punah jika tidak ada sentuhan tangan dari para pemerhati dan pencintanya. Naskah ini ditulis oleh penulisnya untuk meningkatkan kecintaan kita sebagai umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara menjaga dan melestarikannya dan hal yang paling penting adalah meneladani kepribadian Nabi SAW dan melanjutkan dakwah Islamiyah yang telah Nabi lakukan sebelumnya. 2 Selain itu, beberapa bait-bait syairnya juga banyak dilantunkan sebagai qosidah dengan nada dan irama lagu yang sangat fariatif. Ada beberapa hal yang cukup unik pada pembacaan salah satu syair dalam naskah ini yaitu pada saat para 1 www.scribd.com , di akses pada tanggal 1 Januari 2011. 2 Wawancara Pribadi dengan Edy Haryono. 35 pembaca atau pelantun melantunkan bait syair yang memaparkan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka mereka secara serentak berdiri. Menurut mereka, hal ini merupakan salah satu wujud penghormatan kepada Nabi SAW sebagai Nabi akhir zaman yang memang pantas dihormati dan rasa cinta kasih mereka yang tera mat dalam kepada “Sang Nabi”. Pembawa cerita terdiri lima tokoh, namun dalam satu tokoh ada yang terdiri dua orang ataupun lima orang. Pembawa cerita atau tokoh didalam naskah ini, berkarakter universal. Secara garis besar, naskah ini mencakup beberapa hal, yaitu: Pertama , Muhammad SAW adalah penghulu para nabi dan sekaligus penutup masa kenabian. Muhammad bin Abdillah adalah pemilik risalah terbesar, yang paling sempurna lagi syamil menyeluruh segala aspek. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, menyeru menuju jalan Allah, serta pembawa pelita yang menerangi kegelapan. Tak ada kebaikan yang tertinggal untuk dianjurkan kepada ummatnya, dan tak ada sedikitpun kejahatan yang tidak diperingatkan kepada umatnya. Kedua , ciri-ciri Nabi Muhammad, yaitu sedikit tinggi, kulitnya putih memerah, matanya lebar, merah pipinya, pangkal hidungnya mancung, dadanya bidang atau tegap, janggut yang lebat, besar dan kukuh tulang sendinya, berambut panjang, dan ada cincin di jarinya. Sifatnya agung, dermawan, dan rendah hati. Ketiga , silsilah Nabi Muhammad SAW, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudarr bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan suku Quraisy yang disegani oleh penduduk Mekkah dan sekitarnya, bahkan Bani Hasyim termasuk kalangan paling terhormat, paling teguh memegang kepercayaan dan adat istiadat nenek moyang dana paling disegani diantara suku-suku lainnya. Keempat , saat kelahiran Nabi Muhammad tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan tahun 571 M di kota Mekkah. Tepat saat Nabi SAW lahir, muncullah cahaya terang benderang dari wajah Nabi SAW. Cahaya tersebut sangat menyilaukan mata dan cahayanya menerangi hampir kesegala arah. Kelahiran Nabi SAW, sebagai penghapus aib dan kufur nista, serta pengusir bencana di negerinya. Kelima , pada masa remaja, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun. Suatu ketika, ia dibawa pamanya berniaga ke negeri syam. Saat itu, melewati sebuah biara kecil di gurun pasir yang sangat sunyi dengan seorang pendeta sebagai pengurusnya. Pendeta tersebut bernama Buhaira atau bahira yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi SAW sesuai dengan apa yang dipaparkan didalam ketiga kitab suci yang turun sebelumnya. Salah satu tandanya adalah noda, tanda kenabian, yang terdapat antara kedua belahan bahu Nabi SAW. Disisi lain, ada kejadian aneh dan sangat menakjubkan saat dalam perjalanan menuju Syam, dimana awan putih selalu membayang-bayangi Nabi SAW kapan, dimana, dan bagaimanapun Ia berada.