Pembuktian Tindak Pidana Tindak Pidana Aborsi yang Dilakukan oleh Dukun Beranak Dalam Putusan Mahkamah Agung No.2189/K/Pid/2010

merupakan keadaan yang dilarang, sehingga kesalahan yang berbentuk kealpaan pada hakekatnya sama dengan kesengajaan hanya berbeda gradasi saja. 31

E. Pembuktian Tindak Pidana

Ruang lingkup hukum pidana, suatu perbuatan dikatakan perbuatan pidana apabila memenuhi semua unsur yang telah ditentukan secara dalam suatu aturan perundang-undangan pidana. Sesuai pasal 1 ayat 1 KUHP yang menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan itu dilakukan. Nullum delictum noela poena sine previa lege tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu. Pasal 1 ayat 1 KUHP ini dikenal dengan atas legalitas. Kata kecuali dalam pasal 1 ayat 1 KUHP ini mengandung pembatasan terhadap perbuatan pidana. Tidak setiap perbuatan dapat dikriminalkan walaupun secara etik mungkin bertentangan dengan moral kemasyarakatan atau bertentangan dengan hukum kebiasaan suatu masyarakat. Criminal malpractice, pembuktian didasarkan pada terpenuhi tidaknya semua unsure pidana karena tergantung dari jenis criminal merupakan malpractice yang didakwakan. Criminal malpractice delik umum, pembuktiannya pun tunduk pada hukum acara pidana yang berlaku, yaitu kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Pasal 184 KUHAP disebutkan sebagai alat bukti yang dapat digunakan untuk membuktikan peraturan pidana, yaitu keterangan saksi, 31 http:wonkdermayu.wordpress.comartikelmalpraktek-dan-pertanggu ngjawaban- hukumnya, Law, Pertanggungjawaban Malpraktek Universitas Sumatera Utara keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Perbuatan dikatakan terbukti sebagai perbuatan pidana apabila berdasarkan minimal dua alat bukti tersebut hakim memperoleh kenyakinan bahwa perbuatan merupakan perbuatan pidana. Ilmu hukum pidana, perbuatan dikatakan perbuatan hukum pidana apabila semua unsur pidananya terpenuhi. Malpraktek medic dapat ke ranah hukum pidana apabila memenuhi syarat – syarat dalam 3 aspek yaitu : 1. Syarat sikap batin dokter. 2. Syarat dalam perlakuan medis. 3. Syarat mengenai hal akibat. Dasar syarat dalam sikap batin adalah syarat sengaja atau culpa, yaitu wujud perbuatan dalam melakukan tindakan medik, syarat pelakuan medis adalah perlakuan medis yang menyimpang, dan syarat akibat adalah syarat mengenai timbulnya dalam pelayanan medik dapat mengalami kesalahan sengaja atau lalai yang pada ujungnya menimbulkan malpraktek medik, apabila dilakukan secara menyimpang. Dapat diartikan bahwa umumnya melakukan malpraktek dan tidak selalu berakibat terjadinya malpraktek kedokteran menurut hukum, selain perbuatan-perbuatan dalam perlakuan medic tersebut menyimpang masih ada syarat sikap batin akibat yang tidak mudah dipahami dan diterapkan. Kasus konkret tertentu menunjukan perbuatan yang ternyata salah kadangkala bisa dibenarkan dengan alasan tertentu. Hal itu berarti untuk kasus konkret tertentu kadang diperlukan Misalnya salah dalam membuat diagnosa tetapi perbuatan itu dapat dibenarkan apabila ada alasan pembenar yaitu fakta-fakta medis yang ada Universitas Sumatera Utara hasil pemeriksaan sesuai standart dari sudut kepatutan dibenarkan untuk menarik kesimpulan diagnosis. 32 Indonesia terdapat 2 dua aturan hukum yang mengatur tentang aborsi, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, sebagaimana diatur dalam pasal –pasal sebagai berikut :

1. Pasal 299 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya empat tahun atau denda sebanyak empat puluh lima ribu rupiah. b. Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan , atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau ia seorang Dokter, Bidan, atau Juru obat, pidana dapat ditambah sepertiganya. c. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu. 32 Yunanto. Op.Cit., Hal. 47 Universitas Sumatera Utara

2. Pasal 346 KUHP menyatakan :

Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyeluruh orang lain untuk itu maka diancam dengan paling lama 6 enam tahun.

3. Pasal 347 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama 12 dua belas tahun. b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun.

4. Pasal 348 KUHP menyatakan :

a. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling 5 lima tahun 6 enam bulan. b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut maka diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun.

5. Pasal 349 KUHP menyatakan :

Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambahkan Universitas Sumatera Utara dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa yang dapat dihukum , menurut KUHP dalam kasus Tindak Pidana Aborsi ini adalah : a. Pelaksana Aborsi, yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman maksimal 4 tahun ditambah sepertiganya dan dicabut hak untuk berpraktik. b. Wanita yang menggugurkan kandungannya , dengan hukuman maksimal 4 tahun. c. Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi. 33 Pada 347 dan 348 KUHP mengatur keterlibatan orang lain tindak pidana aborsi. Apabila seseorang melakukan aborsi tanpa persetujuan dari perempuan yang kandungannya diaborsi, maka pertanggungjawaban pidana pelaku didasarkan pada Pasal 348 KUHP, adapun Pasal 349 KUHP mengatur tentang pemberatan dan pemberian pidana tambahan, yaitu dapat ditambah 13 dari ancaman pidana dalam pasal yang dijadikan dasar tuntutan dan pencabutan hak untuk menjalankan pekerjaan profesi, apabila aborsi dilakukan oleh dokter atau bidan atau apoteker. Tindak pidana aborsi dalam perpektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 diatur dalam pasal 80 ayat 1. 34 33 Rukmini, M, Penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Ham RI, 2004, Hal. 32-33. 34 Yunanto. Op.Cit., Halaman 59. Universitas Sumatera Utara

F. Kebijakan hukum pidana

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Bersyarat pada Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas yang dilakukan oleh Anak Dalam Praktik (Studi Putusan Nomor: 217/Pid.Sus/2014/PT.Bdg)

0 73 91

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Terhadap Akta yang Dibuatnya (Studi Putusan Mahkamah Agung Register No. 1099K/PID/2010)

8 79 154

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Kartu Keluarga Dan Perzinahan (Putusan Nomor: 978 K/PID/2011)

0 4 13

Kajian Yuridis Putusan Rehabilitasi terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Putusan Mahkamah Agung No.593/K.Pid. Sus/2011)

0 9 10

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah

1 1 40