Kebijakan Non Penal Tindak Pidana Aborsi yang Dilakukan oleh Dukun Beranak Dalam Putusan Mahkamah Agung No.2189/K/Pid/2010

dipersalahkan verwijbaarheid, tidak dapat dicegah vermijbaarheid dan terjadinya tidak dapat diduga sebelumnya verzienbaarheid. 38

G. Kebijakan Non Penal

Upaya penanggulangan suatu tindak pidana dengan menggunakan semua non penal adalah upaya untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana diluar hukum pidana yang bersifat preventive yaitu pencegahan dalam mencegah terjadinya aborsi serta pengendalian sebelum terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran, dengan kata lain sasaran utamanya adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana secara langsung maupun tidak langsung. Penulisan skripsi ini ada kasus terhadap tindak pidana malpraktek yang dilakukan dukun beranak. Faktor penyebab Aborsi adalah 1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan, dan metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Aborsi akan semakin memberatkan remaja perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi. 2. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi akibat tindak perkosaan. Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki 38 Suryono. Hukum Malapraktik Kedokteran. Penerbit Total Media. Halaman 82. Universitas Sumatera Utara pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak menginginkan kehamilannya. 3. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil kegagalan alat kontrasepsi. 4. Kurangnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi 5. Pengaruh media informasi. 6. Tidak memakai alat kontrasepsi saat berhubungan intim Semakin longgarnya norma-norma dan nilai-nilai budaya agama serta kurangnya pengawasan orang tua baik di rumah maupun di sekolah. Aborsi dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu: 1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah 2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kediatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan. 3. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno. Penanganan Aborsi, sebagai petugas kesehatan harus: 1. Bersikap bersahabat dengan remaja. 2. Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya Universitas Sumatera Utara 3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli. 4. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja itu: a Diselesaikan secara kekeluargaan b Segera menikah c Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana d Pemeriksaan kehamilan sesuai standar e Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater f Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG Spesialis kebidanan dan kandungan. g Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada keluarga supaya menerima dengan baik h Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling. Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi. Bila kehamilan dipertahankan: 1. Risiko fisik Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian. 2. Risiko psikis atau psikologis: Ada kemingkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik Universitas Sumatera Utara karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa depresi atau tertakan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah. 3. Risiko sosial : Salah satu risiko sosial adalah berhentiputus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah, hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak diluar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi beban orang tua. 4. Risiko ekonomi: Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayianak membutuhkan biaya besar. Bila kehamilan diakhiri aborsi Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan aborsi bila hamil. Tindakan Dukun melakukan aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman. 1. Risiko fisik Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan Universitas Sumatera Utara komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian. 2. Risiko psikis Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan- perasaan takut, panik, tertekan atau stres, terutama mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri. 3. Risiko sosial Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. 39 Risiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu. 4. Risiko ekonomi Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi. 39 Wawancara dengan Dr Handoko Dokter UGD RSU Joelham, Pencegahan Aborsi. Tanggal 20 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Bersyarat pada Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas yang dilakukan oleh Anak Dalam Praktik (Studi Putusan Nomor: 217/Pid.Sus/2014/PT.Bdg)

0 73 91

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Terhadap Akta yang Dibuatnya (Studi Putusan Mahkamah Agung Register No. 1099K/PID/2010)

8 79 154

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Dalam Tindak Pidana Pemerkosaan (Putusan Mahkamah Agung Nomor 840 K/Pid.Sus/2009)

0 6 12

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Kartu Keluarga Dan Perzinahan (Putusan Nomor: 978 K/PID/2011)

0 4 13

Kajian Yuridis Putusan Rehabilitasi terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Putusan Mahkamah Agung No.593/K.Pid. Sus/2011)

0 9 10

Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012)

1 7 116

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah

1 1 40