3. Mahkamah Agung
a. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JaksaPenuntut Umum Pada Kejaksaan Negeri Jambi di Jambi
tersebut . b. Membebani Termohon KasasiTerdakwa tersebut untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah.
E. ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM
Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan dalam tindak pidana aborsi didasarkan pada banyak hal. Diantaranya adalah
bukti-bukti yang diajukan, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa dalam kasus aborsi pun pada dasarnya termasuk ke dalam teori pemidanaan gabungan, yaitu
gabungan dari teori pemidanaan relatif dan absolut, karena tujuan pemidanaan
bukanlah untuk
membalas saja,
tetapi untuk
mempertahankan tertib hukum. Tujuan pemidanaan tersebut dapat sebagai pencegahan terhadap tindak pidana aborsi khususnya bagi
masyarakat. Hendaknya peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam pengaturan mengenai aborsi lebih diatur secara khusus dan
efektif, karena kasus aborsi di Indonesia merupakan fenomena gunung
Universitas Sumatera Utara
es. Dimana banyak kasus yang terjadi namun hanya sedikit yang terungkap.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 yang telah disahkan Tentang Kesehatan Undang-Undang Kesehatan menggantikan
Undang-undang kesehatan sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, permasalahan aborsi memperoleh
legitimasi dan penegasan. Secara eksplisit, dalam Undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam
praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontroversi diberbagai lapisan masyarakat. Meskipun, Undang-undang
melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan. Ketentuan pengaturan aborsi dalam Undang-undang
Kesehatan dituangkan dalam Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 77. Kasus aborsi dalam pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Jambi No.235Pid.B2010 PN.JBI tanggal 01 Juli 2010 dan Pengadilan Tinggi Jambi No : 78PID2010PT. JBI. Tanggal 01
September 2010 masih terlalu ringan, mengingat bahwa aborsi dalam KUHP adalah termasuk dalam kejahatan terhadap nyawa yang ancaman
hukumannya paling lama 5 lima tahun 6 enam bulan dan dipertegas dalam pasal 194 uu. No.36 tahun 2009 adalah 10 sepuluh tahun penjara
dan denda paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Tindak Pidana Aborsi Di Indonesia di atur dalam KUHP pasal 346, 347,
348, 349 dan UU No. 36 tahun 2009 pasal 75, 76, dan 77. 2.
Seorang Dukun beranak yang melakukan tindak pidana aborsi menurut Putusan MA No.2189KPid2010 DIPIDANA dihukum dengan pidana
penjara selama 1 satu tahun 6 enam bulan. 3.
Pertimbangan Hakim bagi seorang dukun beranak yang melakukan aborsi sesuai putusan MA No. 2189 KPid2010 adalah bukti-bukti
yang diajukan, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
2. Saran
1. UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang telah disahkan
memperoleh legitimasi dan penegasan dalam permasalahan aborsi, namun secara eksplisit dalam praktik medis menimbulkan kontroversi
diberbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, butuh dukungan yang kuat dari berbagai subyek hukum dalam menegakkan aturan hukum.
2. Kurangnya sanksi atau masih ringan terhadap tindak pidana aborsi,
sebab tindak pidana aborsi termasuk dalam kejahatan terhadap nyawa. 3.
Perlunya penegasan kembali dalam UU No.36 tahun 2009 tentang Status Dukun beranak dalam Profesi kesehatan, apakah termasuk juru obat,
Universitas Sumatera Utara
dan bagaimana legalitas seorang dukun beranak dalam Profesi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ABORSI
A. Aborsi dari Sudut Pandang Hukum 1. Aborsi dan kejahatan