5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini, sampel yang mengkonsumsi kopi banyak memiliki kualitas tidur buruk yaitu 24 orang 100. Sedangkan bagi sampel
yang tidak mengkonsumsi kopi, terdapat juga mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 10 orang 76.9. Pada hasil uji statistik menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan kafein dengan kualitas tidur pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Sumatera Utara. Dalam
penelitian ini, terdapat 21 orang mahasiswa mengkonsumsi kopi cappucino dengan 2 cangkir kopi 500 ml perhari atau kurang, dapat mengalami kualitas
tidur yang buruk 100 yang mengandungi rata-rata 150 mg kafein dibandingkan dengan jenis kopi yang lain seperti black coffee, coffee mix dan kopi
lattae. Ini dapat menunjukkan konsumsi cappucino adalah paling banyak memberikan perburukan kualitas tidur dibandingkan dari jenis kopi lain. Hal ini
dapat dibuktikan dalam penelitian Brezinova 1974 yaitu dengan hanya konsumsi 2 cangkir kopi dapat menyebabkan seseorang mengambil masa yang
lama untuk tertidur, tidur dengan waktu yang singkat dan mengalami kualitas tidur yang buruk.
Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama kafein yaitu menghambat reseptor adenosin untuk terus terjaga. Adenosin merupakan mediator proses tidur
homeostatik. Adenosin menginduksi tidur normal sementara kafein yang menghambat reseptor adenosine di otak dapat membangunkan orang yang
mengantuk dengan
menghilangkan pengaruh
inhibitorik adenosine
Sherwood,2009. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Drapeau et al
2006 yang meneliti efek penggunaan kafein sebelum tidur pada kelompok umur muda dan pertengahan. Hasil menunjukkan kafein mengurangkan kualitas tidur
p0.09 dan pada kedua kelompok. Selain itu, dalam penelitian L.Seblewengel 2012, terdapat yang mengkonsumsi minuman berkafein mengalami kualitas
tidur yang buruk dengan uji statistik signifikan p value 0.015. Pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan
kualitas tidur subyektif p 0.678, tetapi hal ini dapat dibuktikan dengan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kafein dapat mengganggu tidur dengan mengurangi waktu tidur dan kualitas tidur Goldstein, 1963; James, 1998; Smith et al., 1993; Wright et al.,
1996. Dalam penelitian Brezinova 1974, peneliti mendapatkan pada yang mengkonsumsi kafein, tidur subyektifnya adalah rata-rata kurang 2 jam
berbanding yang tidak mengkonsumsi kafein dan yang mengkonsumsi kopi dekafein. Ini menunjukkan terdapat kualitas tidur yang buruk.
Pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan latensi tidur p0.973 tetapi terdapat hubungan dengan latensi tidur yang tidak
dapat memulakan tidur dalam waktu 30 menit p0.035, tetapi hal ini dapat dibuktikan di dalam penelitian Brezinova 1974 telah menemukan bahwa
konsumsi kafein sebelum tidur memberi efek penurunan total waktu tidur rata- rata, peningkatan onset tidur dan meningkatkan jumlah bangun. Mereka juga
memiliki onset latensi tidur rata-rata dari 66 menit dengan kafein di bandingkan dengan 18 menit tanpa minum kafein dan 21 menit dengan kopi tanpa kafein
Goldstein, 1963; James, 1998; Smith et al., 1993; Wright et al., 1996. Selain itu, pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara konsumsi
kafein dengan durasi tidur p0.410, tetapi hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Brezinova 1974, telah menunjukkan pada yang mengkonsumsi kafein
sebelum tidur, subyek terjaga 4 kali sepanjang tidurnya berbanding kondisi yang lain. Ini dapat menunjukkan konsumsi kafein dapat mengurangi durasi tidur.
Dalam penelitian Youngberg 2011, pada subyek kontrol dan pada mengalami insomnia yang mengkonsumsi 4 cangkir kopi setiap hari terdapat pengurangan
jumlah tidurnya p0.001. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan
efisiensi kebiasaan tidur p0.340, tetapi hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Youngberg 2011 yang menyatakan pada subyek kontrol yang
mengkonsumsi 4 cangkir kopi mengalami efisiensi tidur yang berkurang p0.001. Dalam penelitian ini juga, tidak ada hubungan antara konsumsi kafein
dengan gangguan ketika tidur malam p0.827, tetapi hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian Youngberg 2011, yaitu telah meneliti hubungan plasma
konsentrasi kafein pada subyek kontrol dan insomnia. Di dapati pada subyek
Universitas Sumatera Utara
kontrol dan insomnia mengalami peningkatan gangguan mood seperti depresi dan ansietas secara signifikan p0.001.
Dalam penelitian ini, terdapat 10 orang 76.9 yang tidak minum kopi mengalami kualitas tidur yang buruk. Hal ini adalah kerana terdapat beberapa
masalah yang dapat mengganggu tidur mereka seperti tidak bisa memulakan tidur dalam waktu 30 menit setelah berbaring, terbangun di tengah malam atau terlalu
dini, terbangun untuk ke kamar mandi, tidak dapat bernafas dengan leluasa, batuk atau mengorok, kedinginan di malam hari, kepanasan di malam hari, mengalami
mimpi buruk, dan terasa nyeri. Selain itu, gangguan kualitas tidur mereka adalah disebabkan oleh salah
satunya faktor cahaya yang juga dapat memberi efek pada kualitas tidur. Pada ruang yang cukup terang cahaya, kadar melatonin akan berkurang sehingga dapat
mengganggu pengaturan ritme sirkadian. Begitu juga pada malam hari, salah satu hormon yang dikendalikan oleh suprachiasmatic nucleus yaitu melatonin yang
dilepaskan oleh kelenjar pineal meningkat pada ruang yang gelap sehingga tidak mengganggu kualitas tidur w.carole,2008. Mereka juga mengalami kualitas tidur
yang buruk juga disebabkan berada dalam keadaan kelaparan sehingga sulit untuk tidur. Selain itu, faktor lingkungan yang kotor dan lingkungan yang bising dapat
menggangu tidur mereka. Kondisi stress sewaktu ujian dan terdapat masalah peribadi telah ditemukan dalam penelitian ini dimana sebahagian daripada mereka
mengalami stress yang tidak dapat mengawal keadaan emosi sehingga dapat mengganggu tidur mereka dan menyebabkan kekurangan tidur. Kekurangan tidur
yang kronis dapat meningkatkan kadar hormon stress kortisol, yang dapat mengganggu sel-sel otak yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan ingatan
w.carole,2008
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan