12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat
dilakukan saat ini meliputi segala aspek kehidupan yang pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang ada
dalam masyarakat, seperti tertuang di dalam UUD 1945 alinea IV. Upaya peningkatan ini, tidak lepas dari fakta negara Indonesia yang masih memiliki
persoalan kemiskinan dan pengangguran, yang semakin lama semakin bertambah. Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-
hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang
bermartabat.
1
Permasalahan pengangguran dapat diatasi dengan langkah- langkah yang tepat salah satunya dengan menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri, baik yang dimulai dengan membuka usaha rumah tangga ataupun usaha kecil.
Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhannya, manusia kadang dapat melakukannya sendiri, namun sebagai mahkluk sosial ada juga kebutuhan
1
Penjelasan Umum Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Universitas Sumatera Utara
13
ataupun kepentingan yang harus diusahakan bersama- sama. Hal ini yang mendorong manusia hidup berkelompok atau bermasyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut masyarakat dalam perkembangannya membentuk suatu lembaga yang sedikitnya diharapkan
dengan cara tersebut mampu mengatasi dengan meringankan kehidupan perekonomian masyarakat.
2
Lembaga- lembaga itu dapat dibedakan ke dalam lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan
untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya. Sedangkan Lembaga non profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba dalam kegiatannya. Salah satu lembaga non profit yaitu program pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat -
Mandiri Perkotaan PNPM- MP. Pelaksanaan PNPM Mandiri berdasarkan kepada Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25KEPMENKOKESRA VII2007 Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor tentang Pedoman Umum
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan. Sedangkan yang menjadi dasar hukum PNPM MP sebagaimana menjadi dasar hukum PNPM Mandiri adalah Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
2
Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, 2012, hal.12.
Universitas Sumatera Utara
14
Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
3
Dalam menciptakan lapangan pekerjaan, masyarakat Indonesia seringkali dihadapkan dengan permasalahan keperluan modal awal untuk
mengembangkan usaha. Melihat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan maka diadakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP
sejak tahun 1999.
4
Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “Lembaga Kepemimpinan Masyarakat” yang representatif,
mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan “Program Masyarakat Jangka Menengah dalam
Penanggulangan Kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, baik pihak pemerintah maupun
swasta sangat besar perhatiannya dalam hal pengadaan dana. Hal ini terlihat dengan adanya usaha pemerintah untuk menyediakan dana membantu
masyarakat ekonomi lemah dengan tujuan agar berperan aktif dalam pembangunan ekonomi yang sedang digalakkan dewasa ini didukung dengan
3
Ibid.
4
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
15
terlaksananya program ini menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan PNPM- MP pada tahun 2008.
5
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan PNPM- MP berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya
dengan sejumlah kegiatan intervensi pada perubahan sikap perilaku cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai- nilai universal. Pada tahap
berikutnya berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan
dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat dengan berbagai pihak untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya
yang dibutuhkan masyarakat.
6
Namun dalam pelaksanaannya, lembaga non profit sering membentuk organisasi profit di dalamnya yang merupakan satu bagian dari lembaga non
profit dengan tujuan untuk memperoleh laba yang akan digunakan untuk pencapaian tujuan umum organisasi non profit tesebut demikian halnya dengan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan PNPM MP. Hal ini dapat dimungkinkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan PNPM MP mempunyai struktur dalam melaksanakan kegiatannya. Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan memberikan kepercayaan kepada Lembaga Keswadayaan Masyarakat LKM untuk
mengelola salah satu program dalam pencapaian tujuannya. Lembaga
5
Ibid.
6
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
16
Keswadayaan Masyarakat LKM adalah organisasi non profit, namun LKM memiliki Unit Pengelola Keuangan UPK yang bertujuan memperoleh laba
untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan dengan cara memberikan “pinjaman bergulir” yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam pengelolaannya pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi LKM yaitu
menanggulangi kemiskinan yang dinamakan “pinjaman dana bergulir” yang merupakan salah satu dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –
Mandiri Perkotaan PNPM MP.
7
Pinjaman Dana Bergulir ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat melalui
kegiatan ekonomi yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKMUPK berada
dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pemberian pinjaman bergulir kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat
KSM, masyarakat sendirilah yang memutuskan apakah akan menggunakan kegiatan pemberian pinjaman bergulir dalam program penanggulangan
kemiskinan. Penetapan kegiatan pemberian pinjaman bergulir kepada masyarakat miskin diputuskan sendiri oleh masyarakat melalui Lembaga
Keswadayaan Masyarakat LKM. Pelaksanaan pemberian pinjaman bergulir kepada masyarakat hanya dapat memenuhi kriteria pengelolaan yang baik dan
7
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
17
tepat sasaran apabila pelaksanaannya berjalan sesuai dengan ketentuan dan harapan P2KP khususnya PNPM Mandiri Perkotaan.
8
Prinsip dasar capaian kinerja pinjaman bergulir adalah sebagai hasil upaya dan kinerja pengelola maupun kemanfaatan penerima dana bergulir,
khususnya masyarakat. Capaian kinerja dana pinjaman bergulir yang disebabkan faktor-faktor penyimpangan nilai-nilai luhur yang melandasi
keberadaan PNPM MP adalah tidak dibenarkan sama sekali.
9
Salah satu bentuk penyaluran pinjaman dana bergulir yang dapat disepakati dan banyak dilaksanakan antara UPK dengan masyarakat adalah
pemberian pinjaman dana yang besarannya telah diatur dalam petunjuk pelaksana penggunaan pinjaman dana bergulir. Dalam pelaksanaannya, UPK
sebagai kreditur memberikan pinjaman kepada masyarakat selaku debitur dengan tenggat waktu dan bunga yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
Pemberian pinjaman ini sewajarnya harus tetap mengikuti aturan-aturan terkait antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata
umumnya serta hukum perjanjian dan hukum jaminan khususnya. Dimana dalam hal ini akan mempunyai akibat hukum yakni berupa pemenuhan
prestasi. Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Pemenuhan prestasi adalah hakikat dari suatu perikatan.
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, setiap prestasi adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Dengan
demikian wujud prestasi itu adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
8
Ibid.
9
Ibid, hal.28.
Universitas Sumatera Utara
18
tidak berbuat sesuatu.
10
Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu
perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754-1769. Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula Pasal 1754.
11
Seperti halnya dengan persetujuan peminjaman barang, maka peminjaman uang ini pada lazimnya dianggap sebagai suatu persetujuan yang
bersifat “riil” tidak “consensueel” belaka, oleh karena dalam Pasal 1754 tidak melainkan, bahwa ia menyerahkan uang itu kepada pihak lain.
12
Dengan memakai nama “verbruiklening” KUH Perdata dalam titel 13 Buku II Pasal 1754-1769 mengatur hal persetujuan, dalam mana satu pihak
menyerahkan kepada pihak lain sejumlah uang atau barang-barang yang dapat diganti vervangbare zaken dengan janji dari pihak lain itu untuk dikemudian
hari mengembalikan kepada pihak kesatu sejumlah uang yang sama atau sejumlah barang-barang yang sama jenis dan nilainya Pasal 1754.
13
Pasal 1754 KUH Perdata yang menyebutkan jumlah yang sama, adalah bukan peraturan mutlak geen dwingend recht, dan Pasal 1765 malahan
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit Alumni, 1982, hal.17.
11
Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1989, hal..3.
12
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1985, hal.137.
13
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
19
memperkenankan secara tegas, untuk dalam peminjaman uang menjanjikan pembayaran bunga.
Kewajiban memenuhi prestasi dari debitur selalu disertai dengan tanggung jawab liability, artinya debitur mempertaruhkan harta kekayaannya
sebagai jaminan pemenuhan hutangnya kepada kreditur. Menurut ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, semua harta kekayaan debitur baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Jaminan semacam
ini disebut jaminan umum.
14
Hukum jaminan, pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank
percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan
nonbank dapat memberikan kredit kepadanya. Untuk tetap menjaga kepercayaan itu maka pihak debitur dan pihak kreditur dapat memperjanjikan
pembebanan jaminan. Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga
keuangan nonbank.
15
Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Agunan adalah:
14
Op.Cit
15
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal.8.
Universitas Sumatera Utara
20
“Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip Syariah.” Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan accessoir.
Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank.
16
Program pinjaman dana bergulir yang dilaksanakan berupa kegiatan pemberian pinjaman kepada masyarakat oleh PNPM Mandiri Perkotaan yang
telah berlangsung sampai saat ini masih dilakukan berdasarkan prinsip saling percaya antara kreditur dengan debitur. Hal ini memunculkan berbagai
permasalahan yang salah satunya adalah macetnya pengembalian dana pinjaman yang diberikan kreditur kepada debitur.
Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena
kondisi di luar kemampuan debitur.
17
Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana:
18
a. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan
kredit diragukan; atau b.
Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi
pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau
16
Ibid, hal.21.
17
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2011, hal.67.
18
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
21
c. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah
diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara BUPN, atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada
perusahaan asuransi kredit. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap UPK, karena
akan mengganggu kondisi keuangan UPK, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usaha UPK.
19
Ketidakmampuan debitur dalam menyelesaikan pinjamannya kepada kreditur dapat digolongkan sebagai wanprestasi. Untuk menentukan apakah
seorang debitur itu bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak
memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan yaitu:
20
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak
memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang
ditetapkan undang-undang. 2.
Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Di sini debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau
apa yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau
menurut kualitas yang ditetapkan undang-undang.
19
http:masselamet.wordpress.com20120918strategi-penyelesaian- penyelewengan-dana-bergulir-spp-dan-uep , Diakses Pada Tanggal 12 September 2014
20
Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit, hal.21.
Universitas Sumatera Utara
22
3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Di
sini debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat.Waktu yang ditetap- kan dalam perjanjian tidak dipenuhi.
Pemberian pinjaman dana bergulir dengan kegiatan pemberian bantuan pinjaman dana pada PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan yang
didasarkan pada nilai-nilai dan tujuan pemerintah untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, namun demikian harus tetap
memperhatikan aturan-aturan dan ketentuan yang berlaku agar tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan tersebut dapat terpenuhi dan semakin
berkembang kedepannya. Dalam penelitian ini secara lebih khusus, penulis akan membahas mengenai pinjaman dana bergulir yang diberikan disalah satu
Kelurahan di Kota Medan yaitu Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat. Pemberian pinjaman bergulir di kelurahan ini telah dimulai dari
tahun 2010 sampai dengan sekarang dan mendapat partisipasi yang cukup baik dari masyarakat. Tetapi dalam prosesnya pinjaman dana bergulir ini tidak
selalu berjalan lancar. Berangkat dari berbagai hal serta alasan tersebut di atas, maka dipilih judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit
Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan PNPM MP di Kota Medan”
Universitas Sumatera Utara
23
B. Permasalahan