46
pemerintah, kepentingan masyarakat atau rakyat serta kepentingan pemilik modal atau pengusaha.
C. Jenis dan prinsip pemberian kredit
Jenis-jenis kredit dibedakan menjadi :
40
1. Jenis kredit menurut kelembagaannya.
Kredit perbankan dengan melihat kelembagaannya maka dikenal beberapa jenis kredit.
Adapun jenis kredit dengan dasar pengelompokan menurut kriteria kelembagaan ini terdiri dari :
a. Kredit perbankan yang diberikan oleh bank milik negara, atau bank
swasta kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian
kebutuhan permodalan, dan atau kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.
b. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada
bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.
c. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada
lembaga pemerintah atau semi pemerintah kredit program, misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam
rangka pelaksanaannya program pengadaan pangan, atau pemberian
40
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.365.
Universitas Sumatera Utara
47
kredit langsung kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainnya. d.
Kredit pinjaman antar bank, kredit ini diberikan oleh bank yang kelebihan dana kepada bank yang kekurangan dana. Peminjaman jenis
ini merupakan sarana yang paling mudah dilakukan oleh bank yang memerlukan tambahan dana baik dalam keadaan darurat maupun dalam
keadaan biasa, sekedar memerlukan tambahan dana untuk dapat diputar kembali.
2. Jenis kredit menurut jangka waktunya.
Artinya dalam pengelompokan jenis kredit menurut jangka waktunya semata-mata hanya dapat menyangkut kelonggaran yang diberikan bank
kepada nasabahnya untuk melunasi kredit tersebut. Menurut jangka waktu dikenal tiga jenis kredit, yaitu :
41
a. Kredit jangka pendek
Disebut kredit jangka pendek short term loan, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 satu tahun. Bentuknya dapat berupa
kredit modal kerja yaitu kredit untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha atau proyek.
b. Kredit jangka menengah medium term loan
Biasanya kredit ini berjangka waktu lebih dari satu tahun sampai dengan tiga tahun untuk jenis ini dapat berupa kredit investasi jangka menengah,
diberikan contoh misalnya kredit investasi untuk pembelian kendaraan bermotor mobil atau kredit modal kerja penyelesaian proyek
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
48
konstruksi, dimana jangka waktu proyeknya melebihi satu tahun. c.
Kredit jangka panjang Jenis kredit ini pada umumnya mempunyai jangka waktu lebih dari tiga
tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusaaan dalam rangka melakukan
rehabilitasi, ekspansi perluasan, dan pendirian proyek baru. 3.
Jenis kredit menurut sifat penggunaannya Kredit yang diberikan kepada nasabah ataupun debitur juga dapat dibedakan
menurut sifat penggunaannya, yaitu :
42
a. Kredit konsumtif.
yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah, atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk
kebutuhan sehari-hari. b.
Kredit produktif. Terdiri dari kredit investasi dan kredit eksploitasi. Kredit investasi
adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, juga
membiayai rehabilitasi, dan ekspansi, relokasi proyek ataupun pendirian proyek baru. Sedangkan kredit eksploitasi, yaitu kredit yang ditujukan
untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam
proses produksi serta piutang-piutang.
42
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
49
c. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif semi konsumtif
dan semi produktif. 4.
Jenis kredit menurut keterkaitannya dengan dokumen. Dari segi dokumen maka kredit jenis ini berarti kredit yang sangat terkait
dengan dokumen-dokumen berharga yang memiliki substansi nilai jumlah uang, dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit
sehingga sering disebut documentary credit. Kredit ini banyak digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi dagang yang berlainan tempat, dan
apabila transaksinya berlainan negara maka sangat terkait sekali dengan valuta asing. Kredit ini terdiri dari :
43
a. Kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan
bagi usaha ekspor. Jadi bisa dalam kredit langsung maupun tidak langsung, seperti pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek,
maupun kredit investas untuk jenis industri yang berorientasi ekspor. b.
Kredit impor Unsur dan ruang lingkup dari kredit impor pada dasarnya hampir sama
dengan kredit ekspor karena jenis kredit tersebut merupakan kredit berdokumen.
5. Menurut aktifitas perputaran usaha.
Dari segi besar kecilnya aktifitas perputaran usaha, yaitu melihat dinamika, sektor yang digeluti, aset yang dimiliki, dan sebagainya maka jenis kredit ini
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
50
terdiri dari :
44
a. Kredit kecil, yaitu kredit ini diberikan kepada pengusaha yang
digolongkan sebagai pengusaha kecil. Menurut Surat Direksi Bank Indonesia Nomor 304KEPDIR Tanggal 4 April 1997 Tentang
Pemberian Kredit Usaha Kecil, yang dimaksudkan Kredit Usaha Kecil KUK adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja, yang
diberikan dalam Rupiah atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp 350.000.000,00 tiga
ratus lima puluh juta rupiah untuk membiayai usaha yang produktif. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 32PBI2001 Tentang
Pemberian Kredit Usaha Kecil, yang dimaksud Kredit Usaha Kecil adalah kredit atau pembiayaan dari Bank untuk investasi dan atau modal
kerja, yang diberikan dalam Rupiah dan atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah untuk membiayai usaha yang produktif.
b. Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang
asetnya lebih besar dari pada pengusaha kecil. c.
Kredit besar, pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur. Dalam pelaksanaan pemberian kredit yang besar
ini bank dengan melihat risiko yang besar pula, biasanya memberikannya secara kredit sindikasi ataupun konsorsium. Hal ini
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
51
dilakukan guna menekan risiko dan dana yang tersedia dapat disebar tidak hanya pada satu perusahaan saja. Sehingga pemberian kredit yang
besar dilakukan dengan cara pembiayaan bersama co financingjoint financing
. Cara pembiayaan bersama ini dapat dilakukan antar bank milik negara, antar bank milik negara dengan bank milik pemerintah
daerah, antar bank milik negara dengan bank milik swasta atau bank asing.
6. Jenis kredit menurut sifat jaminan
Dari segi jaminannya jenis kredit dapat dibedakan sebagai berikut :
45
a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blanko unsucured loan, yaitu
pemberian kredit tanpa jaminan materil agunan fisik, pemberiannya sangatlah efektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji
bonafiditas, kejujuran dan ketaatannya dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya. Dalam Undang-Undang 1992
maupun Undang-Undang Perubahannya 1998, pemberian kredit ini dapat saja direalisasikan, karena perundang-undangan perbankan yang
berlaku sekarang ini lebih menganut kepada jaminan yang bersifat non fisik, artinya bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank apabila
mempunyai keyakinan terhadap debiturnya atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan. Adapun agunan merupakan jaminan tambahan yang lebih bersifat fisik. Kredit tanpa jaminan ini mengandung risiko yang lebih
45
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
52
besar, sehingga dengan demikian berlaku bahwa semua harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang sudah ada
maupun yang akan ada kemudian seluruhnya akan menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutangnya.
b. Kredit dengan jaminan secured loan.
Kredit ini diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atau kemampuan debitur juga didasarkan kepada adanya agunan atau
jaminan yang berupa fisik collateral sebagai jaminan tambahan, misalnya tanah, bangunan, alat-alat produktif, dan sebagainya.
Agunan sebagai jaminan tambahan ini dimaksudkan untuk memudahkan kreditur apabila debitur wanprestasi, sehingga bank segera dapat
menerima pelunasan hutangnya melalui cara pelelangan agunan tersebut. Hal demikian dilakukan untuk menekan seminimal mungkin
risiko, apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kredit yang diberikan kepada nasabahnya.
Prinsip pemberian kredit
Adapun yang menjadi prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut :
46
1. Watak character
Dalam hal ini penilaian menyangkut kemauan atau dengan kata lain itikad baik pemohon akan mempergunakan kredit sesuai dengan tujuan
pemberiannya dan pada waktunya akan melunasi kredit termasuk bunganya, disamping mematuhi syarat-syarat yang ditentukan.
46
Hermansyah, Op.Cit, hal.64.
Universitas Sumatera Utara
53
2. Kemampuan capacity
Dalam hal ini penilaian menyangkut seberapa jauh kemampuan pemohon dan usaha pemohon untuk dapat melunaskan beserta
pembayaran melunaskan kredit beserta pembayaran bunganya. Artinya, menilai apakah pengurus atau tenaga-tenaga perusahaan mampu
menjalankan usahanya, mampu mengembangkan usahanya untuk menjadi perusahaan yang berjalan lancar, berkembang dan sekaligus
menguntungkan. Karena hanya perusahaan yang berkembang dan menguntungkanlah yang mampu untuk membayar kewajiban bunga dan
pengembalian kredit. Kalau perusahaan merugi, mungkin ia bisa membayar bunga, namun bukan berasal dari keuntungan akan tetapi
berasal dari modal atau dana dari kredit itu sendiri. Kemampuan dalam kondisi yang demikian tidak akan bertahan lama, karena jika dananya
sudah menipis atau habis maka perusahaan tersebut tidak akan mampu lagi untuk membayar bunga apalagi membayar hutang pokoknya.
47
3. Modal capital
Pihak kreditur baik lembaga bank atau non bank harus menilai berapa besarnya modal perusahaan. Makin besar modal perusahaan akan semakin
baik, karena :
48
a. Keterlibatan atau tanggung jawab pemilik modal terhadap maju
mundurnya perusahaan akan menjadi besar. b.
Beban perusahaan terhadap kewajiban bunga kredit dan
47
Ibid.
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
54
pengembaliannya akan menjadi lebih kecil. c.
Resiko kredit akan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu didalam pemberian kredit, bank selalu mensyaratkan
adanya modal perusahaan sendiri. Secara umum perbandingan modal sendiri dengan kredit bank dalam suatu pembiayaan.
4. Kondisi-kondisi ekonomi condition of economy
Yang dimaksud dengan kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu, dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada
pemohon. Apakah kondisi ekonomi tersebut memungkinkan pemohon mendapatkan keuntungan yang diperhitungkan dengan mempergunakan
kredit tersebut.
49
5. Jaminan collateral
Yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna kepastian pelunasan di belakang hari, kalau penerima
kredit tidak melunasi hutangnya. Jaminan itu dapat berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak dan dapat berupa penanggungan yaitu disebut
jaminan perorangan dimana adanya pihak ketiga yang bersedia untuk menjamin pembayaran dari penerima kredit. Jumlah nilai jaminan lainnya
tidak lebih tinggi dari jumlah kredit yang diberikan.
50
49
Ibid.
50
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
55
Guna mengamankan pemberian kredit, umumnya perjanjian kredit dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku standards
contract. Perjanjian kredit bank biasanya dibuat dalam dua bentuk, yaitu :
51
1. Perjanjian dalam bentuk akta bawah tangan
Akta di bawah tangan adalah akta yang bentuknya bebas dan pembuatannya cukup dengan ditandatangani oleh pembuatnya. Akta ini
mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta autentik apabila para pihak mengakui isi dan tanda tangan yang tercantum di dalam akta
Pasal 1875 KUH Perdata. Agar akta bawah tangan tidak mudah dibantah, maka dibutuhkan legalisasi oleh notaris yang mengakibatkan
akta bawah tangan tersebut memiliki kekuatan pembuktian seperti akta autentik.
2. Perjanjian dalam bentuk akta autentik
Akta autentik ini memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Ini berarti akta autentik dianggap sah dan benar tanpa perlu membuktikan
atau menyelidiki keabsahan tanda tangan dari para pihak. Akta autentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata.
Adapun perjanjian kredit dapat berakhir, yakni sesuai dengan ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya perikatan, karena perjanjian kredit
juga tunduk pada hukum perikatan. Perjanjian kredit akan berakhir karena :
52
a. Pembayaran
51
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Renika Cipta, Jakarta, 2009, hal.176.
52
Rachmadi Usman, Aspek- Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal.279.
Universitas Sumatera Utara
56
Pembayaran secara lunas ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik pembayaran utang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya lainnya
yang wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran lunas ini, baik karena jatuh tempo kreditnya maupun karena diharuskannya debitur melunasi
kreditnya secara seketika dan sekaligus. b.
Subrogasi Subrogasi oleh Pasal 1400 KUH Perdata disebutkan sebagai penggantian
hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada si berpiutang itu. Jadi subrogasi dapat terjadi apabila ada penggunaan hak-hak
oleh seorang pihak ketiga yang mengadakan pembayaran. c.
Pembaharuan utang novasi Pembaharuan utang terjadi dengan jalan mengganti utang lama dengan
utang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama dengan kreditur baru.
d. Perjumpaan utang kompensasi
Kompensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis, yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara
timbal balik, di mana masing-masing pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang
ada di antara kedua uang tersebut. Dasar kompensasi diatur dalam Pasal 1425 KUH Perdata.
53
53
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
57
D. Langkah- langkah penyelesaian kredit bermasalah