Teori Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan Landasan Teori .1 Teori Lawrence Green

kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader Depkes RI, 2003. Persayaratan untuk menjadi kader, antara lain: 1 Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat, 2 Mau dan mampu bekerja secara sukarela, 3 Bisa membaca dan menulis huruf latin, 4 Sabar dan memahami usia lanjut Depkes RI, 2003. Tugas kader posyandu lansia adalah : 1 Menyiapkan alat dan bahan, 2 melaksanakan pembagian tugas, 3 Menyiapkan materimedia penyuluhan, 4 Mengundang ibu-ibu untuk datang ke posyandu, 5 Pendekatan tokoh masyarakat, 6 Mendaftar lansia, 7 Mencatat kegiatan sehari-hari lansia, 8 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia, 9 Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan, kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah lansia, 10 Memberikan penyuluhan, 11 Membuat catatan kegiatan posyandu, 12 Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di posyandu, 13 Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu Depkes RI, 2003.

2.3 Teori Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loombo yang dijabarkan oleh Azrul Azwar 1996, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Dengan kata lain pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan siapa saja baik bersama ataupun sendiri yang memiliki satu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat luas, keluarga, atau perorangan baik Universitas Sumatera Utara dari segi pencegahan terjadinya kesakitan atau penyakit, pelayanan kesehatan juga bisa dilakukan dari segi pengobatan dari sakit dan pemulihan dari kesakitan. Menurut penelitian Azwar 1996 dalam mencapai kesejahteraan dan pemeliharaan penyembuhan penyakit sangat diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana tanpa adanya pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh di wilayah Indonesia ini tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal. Dapat diartikan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu sangat diperlukan Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik dan kesejahteraan masyarakat luas, karena pelayanan kesehatan yang baik sangat membantu proses penyembuhan penyakit. Penggunaan pelayanan kesehatan tidak perlu diukur hanya dalam hubungannya dengan individu tetapi dapat diukur berdasarkan unit keluarga. Sarwono, 1992. 2.4 Posyandu Lansia 2.4.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS Effendy, 1998. Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia 2010 disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu Posyandu Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga Universitas Sumatera Utara swadaya masyarakat LSM, lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu lanjut usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuh kembangkan posyandu lansia merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Dinkes, 2006. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu lansia, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan lansia, kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok senam lansia dan lain-lain Depkes RI, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia menurut Depkes 2006 antara lain : 1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. 2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Membudayakan hidup sehat, mawas diri, menyediakan layanan kesehatan yang mudah dijangkau dan murah dilaksanakan Maryam , 2010.

2.4.3 Sasaran Pembinaan Posyandu Lansia

Sasaran pembinaan posyandu pada lansia dibagi menjadi 2 sasaran yaitu : 1. Sasaran langsung Lansia pada sasaran langsung ini terbagi beberapa kelompok lansia yaitu pra-lansia usia 45-59 tahun, lansia usia 60-69, lansia risiko tinggi usia 70 tahun atau lansia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 2. Sasaran tidak langsung Dan sasarana tidak langsung pada pembinaan posyandu pada kelompok lansia adalah keluarga di mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia berada, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan, masyarakat luas Depkes RI, 2005.

2.4.4 Struktur Organisasi Posyandu Lansia

Struktur organisasi di setiap posyandu lansia sepenuhnya ditentukan oleh posyandu lansia itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di posyandu Universitas Sumatera Utara lansia Depkes RI, 2005. Dalam struktur organisasi posyandu lansia akan ditetapkan Ketua, Sekretaris, Bendahara, beberapa seksi dan kader.

2.4.5 Kader Posyandu Lansia

Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu lansia dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu lansia atau bilamana sulit mencari kader dari anggota posyandu lansia dapat diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader Depkes RI, 2005. Persyaratan untuk menjadi kader antara lain : 1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Mau dan mampu bekerja secara suka rela. 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin. 4. Sabar dan memahami usila Depkes RI, 2005. Peran kader lansia antara lain : 1. Melakukan Survey Mawas Diri SMD bersama petugas untuk menelaah pendataan sasaran, pemetaan, mengenal masalah dan potensi. 2. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas dan jadwal kegiatan. 3. Menggerakkan masyarakat yaitu dengan cara mengajak lansia untuk hadir dan berpartisipasi di posyandu lansia, memberikan penyebarluasanpenyuluhan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanan yang bersumber dari masyarakat. Universitas Sumatera Utara 4. Melaksanakan kegiatan di posyandu lansia yaitu menyiapkan tempat, alat-alat dan bahan serta memberikan pelayanan lansia. 5. Melakukan pencatatan Depkes RI, 2005.

2.4.6 Upaya Kegiatan Posyandu Lansia

Pelaksanaan kegiatan kesehatan usia lanjut secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya. 1. Kegiatan Promotif Meningkatkan semangat hidup bagi lansia agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan. 2. Kegiatan Preventif Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit lansia. 3. Kegiatan Kuratif Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta. 4. Kegiatan Rehabilitatif Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya ini dapat berupa memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang Universitas Sumatera Utara penggunaan berbagai alat Bantu, mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita. 5. Kegiatan Rujukan Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih lengkap.

2.4.7 Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makanminum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besarkecil dan sebagainya Depkes, 2006. a. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 dua menit. b. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan kemudian dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh IMT. c. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. d. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat e. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula diabetes mellitus. f. Pemeriksaan adanya zat putih telur protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. Universitas Sumatera Utara g. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. h. Penyuluhan Kesehatan Depkes, 2006. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan PMT dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan gedung, ruangan atau tempat terbuka, meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat KMS lansia Depkes, 2006. 2.5 Penyelenggaraan Posyandu Lansia 2.5.1 Waktu Penyelenggaraan Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1 satu bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan Depkes Provinsi SumateraUtara,2007.

2.5.2 Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desakelurahan, balai RWRTdusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau Universitas Sumatera Utara tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007.

2.5.3 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Depkes 2006 Posyandu lansia hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut : a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan. b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh IMT. Pelayanan kesehatan seerti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini. c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.5.4 Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain : a. Tempat kegiatan gedung, ruangan atau tempat terbuka b. Meja dan kursi c. Alat tulis d. Buku pencatat kegiatan buku register bantu e. Kit lansia, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer. f. KMS kartu menuju sehat lansia. g. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan BPPK lansia Depkes RI, 2003. Universitas Sumatera Utara 2.6 Lanjut Usia 2.6.1 Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia Budi Anna Keliat, 1999. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Usia lanjut merupakan hal alami yang dapat terjadi pada manusia yang berumur panjang, usia lanjut bisa juga dikatakan menua ditandai dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti menjadi pelupa, keriput, gangguan pendengaran, mulai rabun, dan sebainya.

2.6.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Dalam UU No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Pengelompokan lansia menurut Departemen Kesehatan meliputi: a. Kelompok pertengahan umur Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa 45-54 tahun. b. Kelompok usia lanjut dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut 55-64 tahun. c. Kelompok usia lanjut Kelompok dalam masa senium 65 tahun ke atas d. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi Universitas Sumatera Utara Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan middle age adalah kelompok usia 45-59 tahun. b. Usia lanjut elderly adalah kelompok usia antara 60-70 tahun. c. Usia lanjut tua old adalah kelompok usia antara 75-90 tahun. d. Usia sangat tua very old adalah kelompok usia di atas 90 tahun. Menurut Maryam 2008 ada lima klasifikasi pada lansia yaitu : 1. Pralansia prasenilis Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan Depkes RI, 2003. 4. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan danatau kegiatan yang dapat menghasilkan barangjasa Depkes RI, 2003. 5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain Depkes RI, 2003. Dari klasifikasi-klasifikasi diatas dapat diambil kesimpulan yang sama yaitu lansia diatas umur 45 tahun sudah dikatakan usia lanjut awal atau permulaandan sudah dikatakan lansia dari umur 60 tahun keatas. Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Karakteristik Lanjut Usia

Menurut Budi Anna Keliat 1999, lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 UU No.13 tentang Kesehatan. b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.6.4 Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya Nugroho, 2000. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri Lansia yang bertipe mandiri biasanya mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. Universitas Sumatera Utara 3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe bingung Lansia dengan tipe ini biasanya suka kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen kebergantungan, tipe defensif bertahan, tipe militan dan serius, tipe pemarahfrustasi, serta tipe putus asa Maryam, 2008.

2.6.5 Permasalahan Umum Lanjut Usia

a. Mudah jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaringterduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Faktor instrinsik yang menyebabkan mudah jatuh antara lain gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis, vertigo dan penyakit-penyakit sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab jatuh antara lain cahaya ruangan yang kurang terang, lantai licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali sepatu, kursi roda dan turun tangga. Universitas Sumatera Utara b. Kekacauan mental akut. Kekacauan mental pada lansia dapat disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak, dan gangguan fungsi hati. c. Mudah lelah, disebabkan oleh faktor psikologis berupa perasaan bosan, keletihan, dan depresi. Faktor organik yang menyebabkan kelelahan antara lain anemia, kekurangan vitamin, osteomalasia, kelainan metabolisme, gangguan pencernaan dan kardiovaskuler. d. Nyeri dada, dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung dan gangguan pada sistem pernafasan. e. Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitaskerja fisik, dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan dan anemia. f. Palpitasijantung berdebar-debar, dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor psikologis. g. Pembengkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung, gagal jantung, bendungan vena, kekurangan vitamin B1, penyakit hati dan ginjal. h. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan oleh gangguan snedi atau susunan sendi pada tulang belakang, gangguan pankreas, kelainan ginjal, gangguan pada rahim, kelenjar prostat dan otot-otot badan. i. Gangguan penglihatan dan pendengaran, dapat disebabkan oleh presbiop, kelainan lensa mata, glukoma, dan peradangan saraf mata. Gangguan Universitas Sumatera Utara pendengaran dapat disebabkan oleh kelainan degeneratif, misalnya otosklerosis. j. Sulit tidur, dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti lingkungan yang kurang tenang, dan faktor intrinsik seperti gatal-gatal, nyeri, depresi, kecemasan dan iritabilitas. k. Sukar menahan buang air besar, dapat terjadi karena penggunaan obat- obatan pencahar, keadaan diare, kelainan usus besar dan saluran pencernaan. l. Eneuresis, sukar menahan buang air kecil atau sering ngompol dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, radang kandung kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan persyarafan kandung kemih serta akibta faktor psikologis. m. Berat badan menurun, dapat disebabkan oleh nafsu makan menurun, penyakit kronis, gangguan saluran cerna, dan faktor-faktor sosioekonomis Nugroho, 2000. 2.7 Landasan Teori 2.7.1 Teori Lawrence Green Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factorsfaktor perilaku, dan non-behavioral factors atau faktor non-perilaku Notoatmodjo, 2010. Dalam menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku, konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan program dan beberapa penelitian yang dilakukan adalah teori yang dikemukakan oleh Green Universitas Sumatera Utara 1980. Ia menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor prediposisi, faktor pendorong dan faktor penguat. Faktor predisposisi predisposing factors . Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb. Faktor pemungkin enabling factors . Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya : Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, dsb. Faktor penguat reinforcing factors . Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku petugas, kelompok referensi, dan tokoh masyarakat Maulana, 2009. Universitas Sumatera Utara Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2003 Gambar 2.1 Lawrence Green Faktor Predisposisi :  Karakteristik  Pengetahuan  Sikap  Kepercayaan  Nilai-nilai  Norma Faktor Pemungkin :  Sarana dan prasarana  Sumber-sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan sumber  Fasilitas Faktor Penguat :  Sikap dan perilaku petugas  Kelompok referensi  Tokoh masyarakat Perilaku Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Konsep