Faktor Enabling Pendukung .1 Akses Ke Tempat Posyandu Lansia Faktor Reinforcing Pendorong .1 Peran Kepala Desa Tindakan Kader Posyandu Lansia

formal maupun informal yang diperoleh dari setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang bersifat positif dan negative yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju. Dan apabila dihubungkan dengan pendapat Notoadmodjo 2007 yang menyatakan bahwa sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan dan ini membuktikan bahwa agar terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung. 5.2 Faktor Enabling Pendukung 5.2.1 Akses Ke Tempat Posyandu Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sebanyak 45 orang 100,0 responden mengatakan ya untuk pernyataan jarak tempat tinggal responden ke posyandu lansia dekat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun 2015. Di dalam Notoatmodjo 2003 Green mengatakan, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku, faktor pendukung atau enabling factors merupakan salah satu faktor non perilaku yang dapat mendukung permasalahan kesehatan yang dapat terwujud dalam lingkungan fisik yang didalamnya termasuk akses sarana pelayanan kesehatan. Akses sarana ke posyandu lansia merupakan kemudahan bagi kader posyandu lansia untuk melakukan kegiatan posyandu lansia. Universitas Sumatera Utara 5.3 Faktor Reinforcing Pendorong 5.3.1 Peran Kepala Desa Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan dapat diketahui sebanyak 45 orang 100,0 responden mengatakan ya untuk pernyataan bahwa kepala desa ikut menghimbau masyarakat agar membantu kader posyandu dalam memberikan penyuluhan kesehatan bagi lansia, menggerakkan masyarakat untuk mengajak lansia untuk hadir dalam kegiatan posyandu lansia, membantu menghimbau para lansia untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia, membantu posyandu lansia dalam menyediakan tempat yang nyaman bagi lansia yang datang ke posyandu lansia. Hal ini telah membuktikan bahwa kepala desa telah berperan baik terhadap kegiatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.

5.4 Tindakan Kader Posyandu Lansia

Tugas kader posyandu lansia adalah Menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan materimedia penyuluhan, mengundang ibu-ibu untuk datang ke posyandu, pendekatan tokoh masyarakat, mendaftar lansia, mencatat kegiatan sehari-hari lansia, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia, membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan, kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah lansia, memberikan penyuluhan, membuat catatan kegiatan posyandu, kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di posyandu, evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu. Dalam penelitian ini tindakan responden Universitas Sumatera Utara terkait dengan kegiatan posyandu lansia yang diukur melalui 13 pernyataan dengan menggunakan skala Thurstone. Klasifikasi kategori tindakan menurut Arikunto 2002 dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh 10 dari total nilai 26, tindakan sedang apabila nilai yang diperoleh 7-10 dari total nilai 26 dan tindakan kurang apabila nilai yang diperoleh 7 dari total nilai 26. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tindakan responden dalam kategori sedang sebanyak 21 orang 46,7, dalam kategori baik sebanyak 10 orang 22,2 dan dalam kategori kurang sebanyak 14 orang 31,1. Hal ini menjelaskan bahwa tindakan kader posyandu lansia tentang kegiatan posyandu lansia masih sedang di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun 2015, hal ini dipengaruhi oleh harapan responden yang tidak terwujud seperti reward tersebut. Responden tidak lagi bekerja secara sukarela sesuai dengan tugas dan fungsi kader yang sebenarnya, mereka mengharafkan reward dari hasil kerja mereka sebagai kader seperti hal nya reward yang didapat oleh kader posyandu balita yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji tersebut. Petugas Puskesmas juga tidak lagi bisa memaksakan dan mengajak responden untuk melakukan tugasnya di posyandu lansia sebagai kader karena memang tidak adanya anggaran untuk kader posyandu lansia tersebut, dan akibat dari kendala tersebut responden tidak lagi melakukan tugasnya sebagai kader posyandu lansia sehingga posyandu lansia hanya dilaksanakan oleh petugas puskesmas dan bidan desa saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane, diketahui bahwa posyandu lansia dilakukan Universitas Sumatera Utara seminggu sekali oleh bidan desa dan petugas puskesmas. Menurut lansia posyandu lansia dilakukan untuk pengobatan gratis khusus kakek-kakek dan nenek-nenek, sehingga ketika lansia mengalami masalah kesehatan lansia mendapat obat gratis dari posyandu tersebut. Kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia yaitu pengobatan gratis, senam lansia setiap hari jumat, pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah dan pengukuran tinggi badan. Kegiatan posyandu lansia rutin dilaksanakan sebulan sekali oleh bidan desa dan petugas puskesmas di setiap desa di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Menurut lansia kegiatan yang dilaksanakan petugas puskesmas dan bidan desa berjalan dengan lancar tetapi hal yang menjadi masalah posyandu lansia dilaksanakan tanpa kader dari masyarakat padahal kegiatan posyandu lansia dilaksanakan di 9 desa dalam waktu satu hari sehingga posyandu lansia tidak berjalan dengan waktu yang lama disetiap desa nya, hal ini yang menyebabkan lansia tidak rutin menghadiri posyandu lansia karena waktu luang lansia dengan kegiatan posyandu lansia sering tidak sama. Ditambah lagi akibat kader yang tidak aktif lansia tidak mendapatkan penyuluhan tentang posyandu lansia yang sebenarnya sehingga banyak lansia juga yang menganggap posyandu lansia tidak penting apalagi bagi lansia yang sanggup berobat dengan uang sendiri. Padahal Semakin sering responden melakukan kegiatan penyuluhan mengenai posyandu lansia maka pengetahuan lansia juga akan bertambah sehingga mempengaruhi sikap mereka dan selain itu pengetahuan lansia yang diberi penyuluhan juga bertambah sehingga Program posyandu lansia dapat berjalan lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara yang dilakukan kepada lansia, kader posyandu lansia jarang bahkan bisa dikatakan tidak aktif terhadap kegiatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane, apalagi untuk melakukan penyuluhan. Kegiatan posyandu lansia hanya dilaksanakan oleh satu petugas Puskesmas dan satu bidan desa, padahal seharusnya kader posyandu lansia berperan aktif untuk memberikan informasi yang terbaru mengenai posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sudah sejauh apa promosi dan sosialisasi mengenai posyandu lansia yang telah dilakukan agar posyandu lansia ini berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan