Mohammad Said Sebagai Sejarawan

78 Resolusi dan pidato ini secara panjang lebar adalah sebuah kritik kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat yang sangat lamban untuk melaksanakan mosi Yamin dan yunan yang disampaikan dalam rapat Republik Indonesia Serikat. Demikianlah kongres ini berlangsung selam tiga hari dan mengalami perdebatan- perdabatan yang mengkerucutkan bahwa kongres memutuskan bahwa Negara Sumatara Timur kembali kepangkuan NKRI. Sebagai insan politik Mohammad Said seusai menyelengarakan dan mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga sebagai pemimpin harian Waspada.

4.2 Mohammad Said Sebagai Sejarawan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sejarawan adalah orang yang ahli serta mengkususkan untuk meneliti dan menulis sejarah. 67 Sejarawan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sejarawan akademisi dan sejarawan atodidak. Sejarawan akademisi artinya yaitu orang yang ahli dalam meneliti dan menuliskan sejarah dengan menempuh studi khusus dibidang sejarah dan sejarawan autodidak adalah orang yang ahli menuliskan dan meneliti sejarah dengan belajar sendiri. Perkembangan sejarawan di Indonesia dimulai dari jaman penjajahan Belanda telah banyak orang-orang yang meneliti sejarah baik secara atodidak maupun dengan cara menempuh dunia pendidikan tinggi. Pada masa kemerdekaan sejarawan atodidak di Indonesia banyak sekali yang berkembang tidak terkecuali di Sumatera Timur yang 67 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2012. hal. 190. Universitas Sumatera Utara 79 juga banyak menghasilkan sejarawan atodidak dan salah satunya adalah Mohammad Said. Mohammad Said banyak menuliskan karya-karya sejarah tanpa pernah mengikuti pendidikan khusus bidang sejarah seperti kuliah di perguruan tinggi. Secara kuantitas karya yang dihasilkan oleh Mohammad Said tidak kalah dengan yang dihasilkan oleh lulusan perguruan tinggi. Tetapi dari segi kualitas karya dari Mohammad Said masih perlu untuk di kaji ulang lagi, baik dari segi metode penelitian maupun dari tata cara penulisanya. Dari isi dan ide penulisan yang terdapat pada buku-buku Mohammad Said tidaklah salah hanya perlu di perbaiki di sisi pemilihan kata-kata dan juga dari segi penentuan sumber-sumber primer dalam penelitian tersebut. Salah satu kekurangan dari tulisan-tulisan Mohammad Said yang dapat kita lihat adalah seringnya Mohammad Said terpengaruh tentang mitos-mitos yang jelas-jelas bukan sejarah Kemampuan Mohammad Said untuk berbahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Belanda serta di tunjang dengan kemapuan menulis telah menciptakan Mohammad Said menjadi seorang penulis sejarah yang sangat produktif. Kemampuan bahasa Inggris dan Belandanya dia pergunakan untuk mempelajari literatur-literatur tentang sejarah bangsa ini yang pada umumnya menggunakan bahasa Belanda dan bahasa Inggris seperti karyanya yang berjudul Aceh Sepanjang Abad yang banyak menggunakan sumber-sumber yang berbahasa Belanda dan bahasa Inggris. Universitas Sumatera Utara 80 Mohammad Said adalah seorang sejarawan yang memiliki sifat cendikiawan, kecendikiawanya dalam menulis sejarah terlihat dari karya-karya Mohammad Said banyak yang menyinggung tentang denyut kehidupan sosial, politik dan budaya masyarakat sekitar. Kemampuan Mohammad Said menulis karya sejarah yang menyetuh nadi kehidupan masyarakat menjadikan karyanya sering dijadikan sumber penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu karya Mohammad Said yang terkenal dengan nadi kehidupan masyarakat yaitu karya yang berjudul Koeli Kontrak Tempo Doleloe. Uraian-urain yang disuguhkan oleh Mohammad Said dalam karya-karyanya memberikan gambaran tentang babakan sejarah yang terjadi. Seperti dalam karyanya yang berjudul Aceh Sepanjang Abad yang menggambarkan babakan sejarah di Aceh walaupun dalam karyanya terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti metode penelitian yang digunakan. Dewasa ini banyak orang menuliskan sejarah di media massa dan menjadikanya sebagai bahan utama. Salah satu media yang menjadikan sejarah sebagai bahan utama adalah majalah historia. Hal seperti ini juga sudah dilakukan oleh Mohammad Said semasa hidupnya. Mohammad Said banyak menulis sejarah tentang masa kolonial Belanda ketika memimpin harian Waspada. Tulisan sejarah Mohammad Said mencapai ratusan di surat kabar. Banyak karyanya yang diterbitkan secara bersambung dan sering digunakan sebagai bahan diskusi di kalangan akademik di universitas-universitas. Universitas Sumatera Utara 81 Selain menghasilkan karya dalam bentuk buku, Mohammad Said juga seringkali meghasilkan tulisan berupa makalah-makalah sejarah. Makalah-makalah tersebut tidak jarang di seminarkan diberbagai daerah dan dihadiri dari berbagai kalangan, seperti seminar masuknya agama islam ke Indonesia yang diselenggarakan di dua kota besar yaitu Aceh dan Medan. Selain seminar tentag islam Mohammad Said juga pernah menjadi pembicara kunci dalam seminar sejarah pers tiga jaman di Jakarta dan seminar Tuanku Tambusi di Medan. Mohammad Said bukanlah penulis yang bagaikan pohon pisang, yang hanya berbuah satu kali. Pada usia Mohammad Said sudah semakin senja, dengan beragam kendala yang harus dia lalui Mohammad Said tetap bisa membuktikan jati dirinya sebagai seorang penulis yang akan terus berkarya. Beliau membuktikan bahwa sakit dan penyakit bukanlah penghalang untuk berkarya. Meskipun Mohammad Said harus berada di atas kursi roda akibat penyakit yang dideritanya sejak berhenti dari Waspada, tidak berarti kegiatannya menyusut. Tidak hanya dalam mengikuti perkembangan dunia dan menuangkan hasil renungan dalam tulisan Mohammad Said masih melakukan penelitian dan aktif didalam pengembangan ilmu tulis menulis kepada warga dilingkungan tempat tinggal Mohammad Said. Gaya bicaranya yang selalu meledak-ledak sebagai ciri khas orang yang tegas, tetap melekat pada dirinya setiap kali hadir ditengah-tengah masyarakat. Universitas Sumatera Utara 82 Semasa hidupnya yang sudah mengidap berbagai penyakit Mohammad Said bersama istrinya sering kali berkunjung keperpustakaan dan bercerita dengan orang yang ada di perpustakaan mengenai pers dan sejarah yang dia ketahui. Mohammad Sering menolak istirahat dikala istrinya Usmariati memintanya ber istirahat dengan ucapan “… masak hanya karena sakit macam ini lantas tidur melulu. Harus tidur dengan siapa?”. 68 Mohammad Said tidak pernah membatasi kegiatan dan aktivitasnya. Bedanya, kalau dulu orang akan selalu melihat lelaki bertubuh tambun dengan kacamata tebal tersebut hadir sendirian. Dimasa tuanya Mohammad Said tidak seperti itu lagi. Penampilannya sama, namun ada orang yang membantunya untuk mendorong kursi roda, menaik turunkan ke kendaraan, dan membantu keperluannya. “… maunya saya, ya, masih macem dulu, bisa keluyuran ke mana-mana sendirian “. Tetapi, kan tidak semua tempat umum di medan ini yang bisa diakses dengan bebas oleh orang seperti saya?” katanya kepada Shobiran Siregar ketika bercerita dengan Mohammad Said. 69 Sebagai sejarawan, Mohammad Said menerima berbagai penghargaan yaitu dari Pemerintah Daerah Istimewa Aceh yang pada waktu itu dijabat oleh Gubernur Ali Hasjmy berupa Sarakata Pancacita dan Medali Pancacita dan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia berupa Sarakata Ulama dan Medali Ulama untuk peran 68 Wawancara dengan Usmariati , Sei Buluh 7-2-2013. 69 Wawancara dengan Shobiran Siregar, Medan 4-2-2013. Universitas Sumatera Utara 83 aktifnya dalam seminar-seminar di Aceh, antara lain seminar masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara yang diadakan oleh MUI Aceh di Banda Aceh. 4.2.1 Analisa Karya-Karya Mohammad Said Sebagai Sejarawan Mohammad Said adalah salah seorang sejarawan yang produktif walaupun belajar secara autodidak, bahkan Mohammad Said bisa mengalahkan para sejarawan akademisi dalam berkarya. Karya-karya Mohammad Said banyak yang tersohor dan mendapat respon yang bagus dalam perkuliahan, masyarakat dan juga di pemerintahan seperti Aceh Sepanjang Abad, Soetan Kemala Boelan, Sejarah Pers di Sumatera Utara. Kedudukan karya sejarah umumnya dikaitkan dengan tiga hal, yakni sebagai peristiwa, sebagai kisah dan sebagai ilmu disamping ilmu sejarah itu tidak terlepas dari waktu, tempat dan manusia. Sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, aktualitas sejarah yang telah terjadi atau berlangsung pada waktu atau masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah rangkaian cerita berupa narasi yang disusun dari memori atau ingatan, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai ilmu adalah sejarah merupakan susunan pengetahuan tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas prosedur dan metode secara teknik yang sudah diakui. Mohammad Said banyak dilabeli oleh orang dengan kata sejarawan dan banyak juga karyanya yang di berikan penghargaan sebagai karya sejarah, untuk Universitas Sumatera Utara 84 melihat karya-karya tersebut sebagai karya sejarah dan melihat Mohammad Said sebagai sejarawan maka mari kita lihat karya terbaik Mohammad Said dianalisa dari sejarah itu adalah ilmu, karena karya ini merupakan karya ilmiah. Sebagai Ilmu, karya sejarah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu empiris, mempunyai objek, memiliki teori, memiliki generalisasi, menggunakan metode. 70 Jika di klasifikasikan semua karya Mohammad Said sudah memenuhi persyaratan sebagai karya sejarah, tetapi belum seutuhnya sempurna seperti dalam penggunaan metode. Berikut adalah kajian singkat terhadap karya terbaik Mohammad Said. 4.2.1.1 Aceh Sepanjang Abad Aceh sepanjang abad adalah buku yang paling terkenal dari karya-karya Mohammad Said. Buku Aceh Sepanjang Abad, merupakan buku sejarah terlengkap yang mengungkapkan peristiwa demi peristiwa sejarah Aceh dalam periode klasik hingga peristiwa-peristiwa sejarah Aceh kontemporer, Dengan perjalanan Aceh yang memiliki lika-liku sejarah yang sangat panjang dan unik. Dalam menulis buku ini mohammad said memadukan sumber-sumber dari dalam dan dari luar negeri seperti yang terdapat didalam daftar pustaka dan juga lampiran yang dicantumkan. Aceh yang dalam perjalanannya yang memiliki lika-liku sejarah yang sangat panjang dan unik dalam perlawanan terhadap Belanda seakan-akan tidak pernah habis-habisnya untuk dikupas. Ini dikarenakan sejarah Aceh merupakan sejarah yang 70 Supardi, Dasar-dasar Ilmu Sosial, Yogyakarta : Ombak, 2011. hal. 52. Universitas Sumatera Utara 85 berhubungan langsung dengan peristiwa sejarah dunia, baik sebelum datangnya Islam maupun setelah Aceh dipengaruhi oleh agama Islam. Hal ini dapat dilihat sejak jilid pertama buku Aceh Sepanjang Abad yang mengungkapkan sejarah Aceh sejak zaman pra-sejarah hingga ke Pemerintahan Aceh masa Sultan Mahmudsyah. Jika dibandingkan dengan apa yang ditulis Danys Lombard dalam buku Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda, maka buku Aceh Sepanjang Abad ini jauh lebih lengkap. Buku Mr. Lombard hanya mengungkapkan sejarah Aceh dalam periode 1607-1636. Sedangkan buku ini mengulas perjuangan Aceh hingga tahun 1945. Dari segi isi buku ini tidak diragukan lagi memiliki kualitas yang cukup baik. Seperti komentar dari seorang sarjana Antropologi dan Studi-Studi Asia dari Cornell U niversity menyebut buku ini menyajikan ‘perspektif nasionalis’ tentang sejarah Aceh dalam buku Shadow dan Sound ; The Historical Thought of a Sumatera People. 71 Tetapi dari segi metode penulisan karya Mohamammad Said ini masih perlu diperbaiki seperti metode penulisanya. Dalam pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dalam karya ini sudah cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan seperti dalam penggunaan sumber Hikayat Raja-Raja Pasai sebagai sumber utama. 72 Dari keseluruhan dari buku ini historiografinya yang masih 71 James T. Siegel. Shadow dan sound ; The historical thought of a sumatera People, Chicago: University Of Chicago, 1979. hal. 70. 72 Mohammad Said. Aceh Sepanjang Abad , Medan : Waspada, 2005, hal. 74. Universitas Sumatera Utara 86 sangat kurang. dalam penulisan buku ini penulis banyak menggunakan bahasa yang tidak ilmiah seperti kutipan berikut : “Dalam pada itu, saudagar-saudagar inggris di semanjung Melayu menyatakan kemarahan mereka atas tidak-tanduk Belanda di Sumatera Timur ”... 73 Tetapi kekurangan bahasa ini diakui oleh Mohammad Said sendiri seperti yang disampaikan dalam kata pengantarnya. “Perlu dicatat dsini, mengenai ejaan penulis mengakui kurang terpelihara. Ada ejaan yang betul-betul diturut menurut sebutanya, ada yang tidak. Pertama penulis mengakui hal itu memang merupakan kesilapan kalau tidak dikatakan kesemberonoan, yaitu kesilapan yang terjadi sesudah kesempatan untuk memperbaikinya tidak diperoleh lagi. kedua kesilapan yang timbuul karena ejaaan yang merupakan kebiasaan penulis memakainya dalam kedudukan sebagai wartawan yang mengeja sesuatu patah kata dari lapaz-lapaz yang sudah di-Indonesia-kan ” 74 ... 4.2.1.2 Soetan Kemala Boelan Karya Mohammad Said ini adalah merupakan karya Biografi. Biografi merupakan salah satu karya sejarah, jika karya tersebut telah mengikuti aturan bahwa sejarah itu adalah sebuah ilmu. Biografi merupakan perjalanan kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang berdasarkan sumber-sumber yang ada. Karya yang berjudul Soetan Kemala Bulan ini ditulis Mohammad Said bercerita tentang seorang tokoh yang menggunakan nama samaran Flora, yang 73 Ibid, hal. 492. 74 Ibid, hal. XXV. Universitas Sumatera Utara 87 berjuang melalui tulisan-tulisan di media untuk menentang penjajahan belanda di daerahnya. Tokoh ini adalah seorang kepala kuria, yaitu sebuah jabatan yang diberikan oleh Kolonial Belanda kepada pribumi untuk memimpin perkampungan. Tetapi tokoh ini tidak berpihak kepada Belanda melainkan berpihak kepada rakyatnya. Tokoh ini adalah seorang tokoh Mandailing yang sangat gigih memperjuangkan hak-hak rakyatnya baik dari segi politik ekonomi maupun sosial budaya. Jika di lihat dari kacamata sejarah sebagai ilmu, karya ini sudah memenuhi kriteria sebagai karya sejarah. Tetapi dilihat dari metodenya karya ini masih memiliki kelemahan yang harus diperbaiki demi menjadikan karya ini sebagai karya sejarah yang lebih baik. Kelemahan dalam karya ini dapat kita lihat dari proses pertama penelitian sejarah yaitu tahap pencarian atau pengumpulan sumber. Dalam pengumpulan sumber penulis menggunakan dua bentuk penelitian yaitu penelitian kepustakaan dan studi lapangan yang disebutkan dalam kata pengantar. “Dalam melengkapi penyusunan buku ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada putra almarhum Soetan Kemala Bulan atas kesediaan mereka memberikan bahan- bahan mengenai almarhum. Terutama diantaranya adalah sehimpunan bahan yang disimpan dengan cermat oleh putranya Raja Dolok Parlindungan Lubis, SH. Catatan tersebut adalah catatan tangan Soetan Koemala Bulan sendiri. Demikian pula kepada tokoh-tokoh tua yang sejaman denganya yang masih hidup diwaktu penyusunan buku ini yang telah bersedia Universitas Sumatera Utara 88 meluangkan waktu mereka untuk memberi fakta-fakta melalui wawancara tulis.” 75 Dalam kata pengantar tersebut dapat kita lihat bahwa Mohammad Said sudah memenuhi kriteria penelitian tetapi beliau tidak memberikan sebuah penelitian lapangan dalam penulisan buku ini padahal dalam buku biografi kita harus menggunakan sumber lapangan sebagai sumber sekunder dan tidak mencari sumber yang lebih luas lagi mengenai Soetan Kemala Bulan. Pada tahap kedua penelititian sejarah yaitu tahap kritik sumber, dalam tahap ini juga Mohammad Said tidak berhasil mengkritik sumber yang didapat. Yaitu sumber tersebut termasuk sumber sejarah atau bukan seperti yang tertulis berikut. “Mengenai silsilah Soetan Kemala Bulan dapat dicatat bahwa ia adalah keturunan Namora Pande Bosi yang pada jaman dahulu kala bertempat tinggal di huta Lobu Hatongga, Sigalangan. Namora Pande Besi berputra kembar dua orang yaitu si Langkitnang Laut dan Sibaitung. Kepada kedua putra kembarnya namora pande besi beramanat supaya mereka bersama-sama berangkat meninggalkan huta lobu Hatongan menghiliri batang Angkola kemudian menyusur ke hulu Batang Gadis dan dimana ada dua sungai yang muaranya bertentangan atau ada sungai yang bermuara ke sungai lain disitu lah mereka mendirikan pemukiman”... 76 Dalam kutipan tersebut dapat kita lihat bahwa Mohammad Said menggunakan cerita rakyat sebagai sumbernya. Hal ini membuktikan bahwa Mohammad Said tidak memperhatikan dan mengkritik sumber secara baik. 75 Mohammad Said. Soetan Koemala Boelan Flora, Jakarta: Ui Press._ Hal X 76 Ibid, hal. 80. Universitas Sumatera Utara 89 Pada tahap interpretasi dan historiografi masih terlihat sedikit kekurangan dari buku ini, hal dapat kita perhatikan pada isi secara keseluruhan yang tidak fokus kepada Soetan Kemala Bulan. Isi buku ini kita tidak menjelaskan seperti apa peranan konkritnya Soetan Kemala Bulan dalam menentang Belanda. 4.2.1.3 Sejarah Pers di Sumatera Utara Sejarah pers di sumatera utara adalah buku Mohammad Said yang ditulis pada tahun 1976. Buku ini merupakan karya Mohammad Said yang paling sering digunakan oleh peneliti dalam meneliti perkembangan pers di Sumatera Utara. Buku ini menjadi buku wajib bagi para penulis yang menulis mengenai Perkembangan pers di Sumatera Utara. Dalam buku ini dirangkum hampir semua surat-surat kabar yang berdiri dari jaman kolonial Belanda hingga pada jaman kemerdekaan. Polemik- polemik yang membumbui surat-surat kabar dan betapa kejamnya pemerintahan kolonial Belanda untuk membatasi perkembangan pers di Sumatera Utara juga dirangkum di dalam buku ini. Pada judul buku sudah tergambar bahwa buku ini adalah buku sejarah. Jika dikaji lebih dalam, penulisan buku ini tidak jelas menggunakan metode seperti apa. Tetapi jika jika dikaji dari metode sejarah, karya ini benar-benar sudah mengikuti metode sejarah walaupun tidak sempurna. Pada langkah pertama dalam penelitian sejarah yaitu pengumpulan sumber, Mohammad said melakukan pengumpulan sumber dengan melakukan studi lapangan dan studi kepustakaan. Dalam studi kepustakaan Mohammad Said mencari data Universitas Sumatera Utara 90 keperpustakaan balai pustaka, perpustakaan surat-surat kabar majalah di colindale London dan westeinde di Den Haag perpustakaan Koninklijk Institut Voor de Tropen di Amsterdam, Koniklijk Institut Voor de Taal, Land end Volkenkunde di Leiden, Rijksuniversiteit Bibliotheek di Leiden. Dan melakukan studi lapangan dengan mewawancari para pelaku pers di Sumaetra Utara, yang Mohamamd Said cantumkan di kata pengantar. “Kepada para petugas di lembaga kebudayaan Indonesia di Jakarta yag banyak sekali membantu menyediakan surta-surat kabar majalah bahkan buku-buku yang ingin penulis telaaah, penulis megucapkan terima kasih khusus. Pernyataan serupa disampaikan kepada para petugas perpustakaan dibalai pustaka dan dibeberapa perpustakaan luar negri termasuk perpustakaan surat-surat kabar majalah di Colindale London dan Westeinde di Den Haag perpustakaan Koninklijk Institut Voor de Tropen di Amsterdam, Koniklijk Institut Voor de Taal, Land End Volkenkunde di Leiden, Rijksuniversiteit Bibliotheek di Leiden dan lain-lain. ” 77 Dalam karya ini Mohammad Said sangat berimbang karena tidak menitik beratkan peristiwa pada dirinya yang juga pelaku sejarah dalam bidang pers, dalam kurun waktu yang diteliti dalam karya ini. Di dalam karya ini Mohamamad Said sudah melakukan kritik sumber dan interpretasi yang cukup baik, dilihat dari sumber- sumber yang digunakan oleh Mohammad Said yang terlampir dalam karya ini dan isinya. Hal yang perlu diperhatikan lagi dari karya ini adalah historiografinya yang masih perlu diperbaiki. Dalam karya ini bahasa yang digunakan masih memiliki bahasa yang bertele-tele seperti berikut: 77 Mohammad Said, Sejarah Pers di Sumatera Utara, Jakarta : UI-Press, 1976. Hal. VIII. Universitas Sumatera Utara 91 “Sampai nafas terakhir “ Matahari Indonesia” masih gigih untuk melanjutkan perang penannya. Ketika mangaradja Ihoetan dihadapkan kepengadilan dan memakai seorang adpokat Belanda ia pun dikecam dalam matahari indonesia” sebagai seorang nasionalis karena tidak memakai advokat Indonesia. Pada tanggal 26 januari 1929 matahari Indonesia masih menghantam mengarajda Ihoetan gara-gara membiarkan hakim menggunakan kata- kata “kowe” dan kamoe kepadanya ketika bersoal jawab dimuka hakim ” 78 ... Gaya bahasa seperti ini hampir terkandung dalam keseluruhan buku ini. Tetapi buku ini cukup bagus karena merangkum hampir semua peristiwa yang dialami pers secara periodik yang merupakan hal utama dalam karya sejarah. 78 Ibid, hal. 157. Universitas Sumatera Utara 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN