78
Resolusi  dan  pidato  ini  secara  panjang  lebar  adalah  sebuah  kritik  kepada pemerintahan  Republik  Indonesia  Serikat  yang  sangat  lamban  untuk  melaksanakan
mosi  Yamin  dan  yunan  yang  disampaikan  dalam  rapat  Republik  Indonesia  Serikat. Demikianlah  kongres  ini  berlangsung  selam  tiga  hari  dan  mengalami  perdebatan-
perdabatan  yang  mengkerucutkan  bahwa  kongres  memutuskan  bahwa  Negara Sumatara Timur kembali kepangkuan NKRI. Sebagai insan politik Mohammad Said
seusai menyelengarakan dan mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga sebagai pemimpin harian Waspada.
4.2 Mohammad Said Sebagai Sejarawan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sejarawan adalah orang yang ahli serta mengkususkan untuk meneliti dan menulis sejarah.
67
Sejarawan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu sejarawan akademisi dan sejarawan atodidak.
Sejarawan akademisi artinya yaitu orang yang ahli dalam meneliti dan menuliskan sejarah dengan menempuh studi khusus dibidang sejarah dan sejarawan autodidak
adalah orang yang ahli menuliskan dan meneliti sejarah dengan belajar sendiri.
Perkembangan sejarawan di Indonesia dimulai dari jaman penjajahan Belanda telah banyak orang-orang yang meneliti sejarah baik secara atodidak maupun dengan
cara menempuh dunia pendidikan tinggi. Pada masa kemerdekaan sejarawan atodidak di Indonesia banyak sekali yang berkembang tidak terkecuali di Sumatera Timur yang
67
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2012. hal. 190.
Universitas Sumatera Utara
79
juga banyak menghasilkan sejarawan atodidak dan salah satunya adalah Mohammad Said.
Mohammad  Said  banyak  menuliskan  karya-karya  sejarah  tanpa  pernah mengikuti  pendidikan  khusus  bidang  sejarah  seperti  kuliah  di  perguruan  tinggi.
Secara  kuantitas  karya  yang  dihasilkan  oleh  Mohammad  Said  tidak  kalah  dengan yang  dihasilkan  oleh  lulusan  perguruan  tinggi.  Tetapi  dari  segi  kualitas  karya  dari
Mohammad  Said  masih  perlu  untuk  di  kaji  ulang  lagi,  baik  dari  segi  metode penelitian maupun dari tata cara penulisanya. Dari isi dan ide penulisan yang terdapat
pada  buku-buku  Mohammad  Said  tidaklah  salah  hanya  perlu  di  perbaiki  di  sisi pemilihan  kata-kata  dan  juga  dari  segi  penentuan  sumber-sumber  primer  dalam
penelitian tersebut. Salah satu kekurangan dari tulisan-tulisan Mohammad Said  yang dapat  kita  lihat  adalah  seringnya  Mohammad  Said  terpengaruh  tentang  mitos-mitos
yang jelas-jelas bukan sejarah
Kemampuan  Mohammad  Said  untuk  berbahasa  asing  seperti  bahasa  Inggris dan  bahasa  Belanda  serta  di  tunjang  dengan  kemapuan  menulis  telah  menciptakan
Mohammad  Said  menjadi  seorang  penulis  sejarah  yang  sangat  produktif. Kemampuan  bahasa  Inggris  dan  Belandanya  dia  pergunakan  untuk  mempelajari
literatur-literatur  tentang  sejarah  bangsa  ini  yang  pada  umumnya  menggunakan bahasa  Belanda  dan  bahasa  Inggris  seperti  karyanya  yang  berjudul  Aceh  Sepanjang
Abad yang banyak menggunakan sumber-sumber yang berbahasa Belanda dan bahasa Inggris.
Universitas Sumatera Utara
80
Mohammad Said adalah seorang sejarawan yang memiliki sifat cendikiawan, kecendikiawanya  dalam  menulis  sejarah  terlihat  dari  karya-karya  Mohammad  Said
banyak  yang  menyinggung  tentang  denyut  kehidupan  sosial,  politik  dan  budaya masyarakat  sekitar.  Kemampuan  Mohammad  Said  menulis  karya  sejarah  yang
menyetuh nadi kehidupan masyarakat menjadikan karyanya sering dijadikan sumber penelitian  dari  berbagai  disiplin  ilmu.  Salah  satu  karya  Mohammad  Said  yang
terkenal dengan nadi kehidupan masyarakat yaitu karya yang berjudul Koeli Kontrak Tempo Doleloe.
Uraian-urain  yang  disuguhkan  oleh  Mohammad  Said  dalam  karya-karyanya memberikan gambaran tentang babakan sejarah yang terjadi. Seperti dalam karyanya
yang berjudul Aceh Sepanjang Abad yang menggambarkan babakan sejarah di Aceh walaupun dalam karyanya terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti metode
penelitian yang digunakan. Dewasa  ini  banyak  orang  menuliskan  sejarah  di  media  massa  dan
menjadikanya  sebagai  bahan  utama.  Salah  satu  media  yang  menjadikan  sejarah sebagai  bahan  utama  adalah  majalah  historia.  Hal  seperti  ini  juga  sudah  dilakukan
oleh  Mohammad  Said  semasa  hidupnya.  Mohammad  Said  banyak  menulis  sejarah tentang  masa  kolonial  Belanda  ketika  memimpin  harian  Waspada.  Tulisan  sejarah
Mohammad Said mencapai ratusan di surat kabar. Banyak karyanya yang diterbitkan secara bersambung dan sering digunakan sebagai bahan diskusi di kalangan akademik
di universitas-universitas.
Universitas Sumatera Utara
81
Selain  menghasilkan  karya  dalam  bentuk  buku,  Mohammad  Said  juga seringkali  meghasilkan  tulisan  berupa  makalah-makalah  sejarah.  Makalah-makalah
tersebut  tidak  jarang  di  seminarkan  diberbagai  daerah  dan  dihadiri  dari  berbagai kalangan, seperti seminar masuknya agama islam ke Indonesia yang diselenggarakan
di  dua  kota  besar  yaitu  Aceh  dan  Medan.  Selain  seminar  tentag  islam  Mohammad Said juga pernah menjadi pembicara kunci dalam seminar sejarah pers tiga jaman di
Jakarta dan seminar Tuanku Tambusi di Medan.
Mohammad Said  bukanlah  penulis yang  bagaikan  pohon pisang,  yang hanya berbuah satu kali. Pada usia Mohammad Said sudah semakin senja, dengan beragam
kendala  yang  harus  dia  lalui  Mohammad  Said  tetap  bisa  membuktikan  jati  dirinya sebagai seorang penulis yang akan terus berkarya. Beliau membuktikan bahwa sakit
dan penyakit bukanlah penghalang untuk berkarya. Meskipun Mohammad Said harus berada  di  atas  kursi  roda  akibat  penyakit  yang  dideritanya  sejak  berhenti  dari
Waspada, tidak berarti kegiatannya menyusut. Tidak  hanya  dalam  mengikuti  perkembangan  dunia  dan  menuangkan  hasil
renungan  dalam  tulisan  Mohammad  Said  masih  melakukan  penelitian  dan  aktif didalam pengembangan ilmu tulis menulis kepada warga dilingkungan tempat tinggal
Mohammad Said. Gaya bicaranya yang selalu meledak-ledak sebagai ciri khas orang yang tegas, tetap melekat pada dirinya setiap kali hadir ditengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
82
Semasa  hidupnya  yang  sudah  mengidap  berbagai  penyakit  Mohammad  Said bersama  istrinya  sering  kali  berkunjung  keperpustakaan  dan  bercerita  dengan  orang
yang  ada  di  perpustakaan  mengenai  pers  dan  sejarah  yang  dia  ketahui.  Mohammad Sering  menolak  istirahat  dikala  istrinya  Usmariati  memintanya  ber  istirahat  dengan
ucapan “…  masak  hanya  karena  sakit  macam  ini  lantas  tidur  melulu.  Harus  tidur
dengan siapa?”.
68
Mohammad Said tidak pernah membatasi kegiatan dan aktivitasnya. Bedanya, kalau dulu orang akan selalu melihat lelaki bertubuh tambun dengan kacamata tebal
tersebut  hadir  sendirian.  Dimasa  tuanya  Mohammad  Said  tidak  seperti  itu  lagi. Penampilannya  sama,  namun  ada  orang  yang  membantunya  untuk  mendorong  kursi
roda, menaik turunkan ke kendaraan, dan membantu keperluannya. “… maunya saya,
ya, masih macem dulu, bisa keluyuran ke mana-mana sendirian “. Tetapi, kan tidak
semua tempat umum di medan ini yang bisa diakses dengan bebas oleh orang seperti saya?” katanya kepada Shobiran Siregar ketika bercerita dengan Mohammad Said.
69
Sebagai  sejarawan,  Mohammad  Said  menerima  berbagai  penghargaan    yaitu dari Pemerintah Daerah Istimewa Aceh  yang pada waktu itu dijabat oleh  Gubernur
Ali  Hasjmy  berupa  Sarakata  Pancacita  dan  Medali  Pancacita  dan  penghargaan  dari Majelis  Ulama  Indonesia  berupa  Sarakata  Ulama  dan  Medali  Ulama  untuk  peran
68
Wawancara dengan Usmariati , Sei Buluh 7-2-2013.
69
Wawancara dengan Shobiran Siregar, Medan 4-2-2013.
Universitas Sumatera Utara
83
aktifnya  dalam  seminar-seminar  di  Aceh,  antara  lain  seminar  masuk  dan berkembangnya Islam di Nusantara yang diadakan oleh MUI Aceh di Banda Aceh.
4.2.1 Analisa Karya-Karya Mohammad Said Sebagai Sejarawan
Mohammad  Said  adalah  salah  seorang  sejarawan  yang  produktif  walaupun belajar secara autodidak, bahkan Mohammad Said bisa mengalahkan para sejarawan
akademisi  dalam  berkarya. Karya-karya  Mohammad  Said  banyak  yang tersohor  dan mendapat  respon  yang  bagus  dalam  perkuliahan,  masyarakat  dan  juga  di
pemerintahan seperti Aceh Sepanjang Abad, Soetan Kemala Boelan, Sejarah Pers di Sumatera Utara.
Kedudukan karya sejarah umumnya dikaitkan dengan tiga hal, yakni sebagai peristiwa,  sebagai  kisah  dan  sebagai  ilmu  disamping  ilmu  sejarah  itu  tidak  terlepas
dari  waktu,  tempat  dan  manusia.  Sejarah  sebagai  peristiwa  adalah  kejadian, kenyataan,  aktualitas  sejarah  yang  telah  terjadi  atau  berlangsung  pada  waktu  atau
masa  lampau.  Sejarah  sebagai  kisah  adalah  rangkaian  cerita  berupa  narasi  yang disusun dari memori atau ingatan, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai ilmu adalah sejarah merupakan  susunan  pengetahuan  tentang  peristiwa  dan  cerita  yang  terjadi  di  dalam
masyarakat  manusia  pada  masa  lampau  yang  disusun  secara  sistematis  dan  metodis berdasarkan asas-asas prosedur dan metode secara teknik yang sudah diakui.
Mohammad  Said  banyak  dilabeli  oleh  orang  dengan  kata  sejarawan  dan banyak  juga  karyanya  yang  di  berikan  penghargaan  sebagai  karya  sejarah,  untuk
Universitas Sumatera Utara
84
melihat  karya-karya  tersebut  sebagai  karya  sejarah  dan  melihat  Mohammad  Said sebagai sejarawan maka mari kita lihat karya terbaik Mohammad Said dianalisa dari
sejarah  itu  adalah  ilmu,  karena  karya  ini  merupakan  karya  ilmiah.  Sebagai  Ilmu, karya sejarah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu empiris, mempunyai objek,
memiliki  teori,  memiliki  generalisasi,  menggunakan  metode.
70
Jika  di  klasifikasikan semua  karya  Mohammad  Said  sudah  memenuhi  persyaratan  sebagai  karya  sejarah,
tetapi  belum seutuhnya sempurna seperti dalam penggunaan metode.  Berikut adalah kajian singkat terhadap karya terbaik Mohammad Said.
4.2.1.1 Aceh Sepanjang Abad Aceh  sepanjang  abad  adalah  buku  yang  paling  terkenal  dari  karya-karya
Mohammad Said. Buku Aceh Sepanjang Abad, merupakan buku sejarah terlengkap yang  mengungkapkan  peristiwa  demi  peristiwa  sejarah  Aceh  dalam  periode  klasik
hingga peristiwa-peristiwa sejarah Aceh kontemporer, Dengan perjalanan Aceh yang memiliki  lika-liku  sejarah  yang  sangat  panjang  dan  unik.  Dalam  menulis  buku  ini
mohammad said memadukan sumber-sumber dari dalam dan dari luar negeri seperti yang terdapat didalam daftar pustaka dan juga lampiran yang dicantumkan.
Aceh  yang  dalam  perjalanannya  yang  memiliki  lika-liku  sejarah  yang  sangat panjang  dan  unik  dalam  perlawanan  terhadap  Belanda  seakan-akan  tidak  pernah
habis-habisnya untuk dikupas. Ini dikarenakan sejarah Aceh merupakan sejarah yang
70
Supardi, Dasar-dasar Ilmu Sosial,  Yogyakarta : Ombak, 2011. hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
85
berhubungan langsung dengan peristiwa sejarah dunia, baik sebelum datangnya Islam maupun setelah Aceh dipengaruhi oleh agama Islam.
Hal  ini  dapat  dilihat  sejak  jilid  pertama  buku  Aceh  Sepanjang  Abad  yang mengungkapkan sejarah Aceh sejak zaman pra-sejarah hingga ke Pemerintahan Aceh
masa  Sultan  Mahmudsyah.  Jika  dibandingkan  dengan  apa  yang  ditulis  Danys Lombard  dalam  buku  Kerajaan  Aceh  Zaman  Sultan  Iskandar  Muda,  maka  buku
Aceh  Sepanjang  Abad  ini  jauh  lebih  lengkap.  Buku  Mr.  Lombard  hanya mengungkapkan  sejarah  Aceh  dalam  periode  1607-1636.  Sedangkan  buku  ini
mengulas perjuangan Aceh hingga tahun 1945. Dari segi isi buku ini tidak diragukan lagi memiliki kualitas yang cukup baik.
Seperti komentar dari seorang sarjana Antropologi dan Studi-Studi Asia dari Cornell U
niversity  menyebut  buku  ini  menyajikan  ‘perspektif  nasionalis’  tentang  sejarah Aceh  dalam  buku  Shadow  dan  Sound  ;  The  Historical  Thought  of  a  Sumatera
People.
71
Tetapi  dari  segi  metode  penulisan  karya  Mohamammad  Said  ini  masih perlu  diperbaiki  seperti  metode  penulisanya.  Dalam  pengumpulan  sumber,  kritik
sumber,  interpretasi  dalam  karya  ini  sudah  cukup  baik,  walaupun  masih  terdapat beberapa  kekurangan  seperti  dalam  penggunaan  sumber  Hikayat  Raja-Raja  Pasai
sebagai sumber utama.
72
Dari keseluruhan dari buku ini historiografinya yang masih
71
James T. Siegel. Shadow dan sound ; The historical thought of a sumatera People, Chicago: University Of Chicago, 1979. hal. 70.
72
Mohammad Said. Aceh Sepanjang Abad , Medan : Waspada, 2005, hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
86
sangat  kurang.  dalam  penulisan  buku  ini  penulis  banyak  menggunakan  bahasa  yang tidak ilmiah seperti kutipan berikut :
“Dalam  pada  itu,  saudagar-saudagar  inggris  di  semanjung Melayu  menyatakan  kemarahan  mereka  atas  tidak-tanduk
Belanda di Sumatera Timur ”...
73
Tetapi  kekurangan  bahasa  ini  diakui  oleh  Mohammad  Said  sendiri  seperti  yang disampaikan dalam kata pengantarnya.
“Perlu dicatat dsini, mengenai ejaan penulis mengakui kurang terpelihara.  Ada  ejaan  yang  betul-betul  diturut  menurut
sebutanya,  ada  yang  tidak.  Pertama  penulis  mengakui  hal  itu memang
merupakan kesilapan  kalau  tidak  dikatakan
kesemberonoan,  yaitu  kesilapan  yang  terjadi  sesudah kesempatan untuk memperbaikinya tidak diperoleh lagi. kedua
kesilapan  yang  timbuul  karena  ejaaan  yang  merupakan kebiasaan  penulis  memakainya  dalam  kedudukan  sebagai
wartawan  yang  mengeja  sesuatu  patah  kata  dari  lapaz-lapaz yang sudah di-Indonesia-kan
”
74
...
4.2.1.2 Soetan Kemala Boelan
Karya  Mohammad  Said  ini  adalah  merupakan  karya  Biografi.  Biografi merupakan salah satu karya sejarah, jika karya tersebut telah mengikuti aturan bahwa
sejarah  itu  adalah  sebuah  ilmu.  Biografi  merupakan  perjalanan  kehidupan  seorang tokoh yang ditulis oleh orang berdasarkan sumber-sumber yang ada.
Karya  yang  berjudul  Soetan  Kemala  Bulan  ini  ditulis  Mohammad  Said bercerita  tentang  seorang  tokoh  yang  menggunakan  nama  samaran  Flora,  yang
73
Ibid, hal. 492.
74
Ibid, hal. XXV.
Universitas Sumatera Utara
87
berjuang  melalui  tulisan-tulisan  di  media  untuk  menentang  penjajahan  belanda  di daerahnya.  Tokoh  ini  adalah  seorang  kepala  kuria,  yaitu  sebuah  jabatan  yang
diberikan  oleh  Kolonial  Belanda  kepada  pribumi  untuk  memimpin  perkampungan. Tetapi  tokoh  ini  tidak  berpihak  kepada  Belanda  melainkan  berpihak  kepada
rakyatnya.  Tokoh  ini  adalah  seorang  tokoh  Mandailing  yang  sangat  gigih memperjuangkan  hak-hak  rakyatnya  baik  dari  segi  politik  ekonomi  maupun  sosial
budaya. Jika  di  lihat  dari  kacamata  sejarah  sebagai  ilmu,  karya  ini  sudah  memenuhi
kriteria sebagai karya sejarah. Tetapi dilihat dari metodenya karya ini masih memiliki kelemahan  yang  harus  diperbaiki  demi  menjadikan  karya  ini  sebagai  karya  sejarah
yang  lebih  baik.  Kelemahan  dalam  karya  ini  dapat  kita  lihat  dari  proses  pertama penelitian  sejarah  yaitu  tahap  pencarian  atau  pengumpulan  sumber.  Dalam
pengumpulan  sumber  penulis  menggunakan  dua  bentuk  penelitian  yaitu  penelitian kepustakaan dan studi lapangan yang disebutkan dalam kata pengantar.
“Dalam  melengkapi  penyusunan  buku  ini  saya  mengucapkan terima  kasih  sebesar-besarnya  kepada  putra  almarhum  Soetan
Kemala  Bulan  atas  kesediaan  mereka  memberikan  bahan- bahan  mengenai  almarhum.  Terutama  diantaranya  adalah
sehimpunan bahan yang disimpan dengan cermat oleh putranya Raja  Dolok  Parlindungan  Lubis,  SH.  Catatan  tersebut  adalah
catatan  tangan  Soetan  Koemala  Bulan  sendiri.  Demikian  pula kepada  tokoh-tokoh  tua  yang  sejaman  denganya  yang  masih
hidup  diwaktu  penyusunan  buku  ini  yang  telah  bersedia
Universitas Sumatera Utara
88
meluangkan  waktu  mereka  untuk memberi  fakta-fakta melalui wawancara tulis.”
75
Dalam  kata  pengantar  tersebut  dapat  kita  lihat  bahwa  Mohammad  Said  sudah memenuhi  kriteria  penelitian  tetapi  beliau  tidak  memberikan  sebuah  penelitian
lapangan  dalam  penulisan  buku  ini  padahal  dalam  buku  biografi  kita  harus menggunakan  sumber  lapangan  sebagai  sumber  sekunder  dan  tidak  mencari  sumber
yang lebih luas lagi mengenai Soetan Kemala Bulan. Pada  tahap  kedua  penelititian  sejarah  yaitu  tahap  kritik  sumber,  dalam  tahap
ini  juga  Mohammad  Said  tidak  berhasil  mengkritik  sumber  yang  didapat.  Yaitu sumber tersebut termasuk sumber sejarah atau bukan seperti yang tertulis berikut.
“Mengenai silsilah Soetan Kemala Bulan dapat dicatat bahwa ia  adalah  keturunan  Namora  Pande  Bosi  yang  pada  jaman
dahulu  kala  bertempat  tinggal  di  huta  Lobu  Hatongga, Sigalangan.  Namora  Pande  Besi  berputra  kembar  dua  orang
yaitu  si  Langkitnang  Laut  dan  Sibaitung.  Kepada  kedua  putra kembarnya  namora  pande  besi  beramanat  supaya  mereka
bersama-sama  berangkat  meninggalkan  huta  lobu  Hatongan menghiliri  batang  Angkola  kemudian  menyusur  ke  hulu
Batang  Gadis  dan  dimana  ada  dua  sungai  yang  muaranya bertentangan  atau  ada  sungai  yang  bermuara  ke  sungai  lain
disitu
lah mereka mendirikan pemukiman”...
76
Dalam kutipan tersebut dapat kita lihat bahwa Mohammad Said menggunakan cerita rakyat sebagai sumbernya. Hal ini membuktikan bahwa Mohammad Said tidak
memperhatikan dan mengkritik sumber secara baik.
75
Mohammad Said. Soetan Koemala Boelan  Flora, Jakarta: Ui Press._ Hal X
76
Ibid, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
89
Pada tahap interpretasi dan historiografi masih terlihat sedikit kekurangan dari buku  ini,  hal  dapat  kita  perhatikan  pada  isi  secara  keseluruhan  yang  tidak  fokus
kepada Soetan Kemala Bulan. Isi buku ini kita tidak menjelaskan seperti apa peranan konkritnya Soetan Kemala Bulan dalam menentang Belanda.
4.2.1.3 Sejarah Pers di Sumatera Utara
Sejarah pers di sumatera utara adalah buku Mohammad Said yang ditulis pada tahun  1976.  Buku  ini  merupakan  karya  Mohammad  Said  yang  paling  sering
digunakan oleh peneliti dalam meneliti perkembangan pers di Sumatera Utara.  Buku ini menjadi buku wajib bagi para penulis yang menulis mengenai Perkembangan pers
di Sumatera Utara. Dalam buku ini dirangkum hampir semua surat-surat kabar yang berdiri  dari  jaman  kolonial  Belanda  hingga  pada  jaman  kemerdekaan.  Polemik-
polemik  yang  membumbui  surat-surat  kabar  dan  betapa  kejamnya  pemerintahan kolonial  Belanda  untuk  membatasi  perkembangan  pers  di  Sumatera  Utara  juga
dirangkum di dalam buku ini. Pada  judul  buku  sudah  tergambar  bahwa  buku  ini  adalah  buku  sejarah.  Jika
dikaji  lebih  dalam,  penulisan  buku  ini  tidak  jelas  menggunakan  metode  seperti  apa. Tetapi  jika  jika  dikaji  dari  metode  sejarah,  karya  ini  benar-benar  sudah  mengikuti
metode sejarah walaupun tidak sempurna. Pada  langkah  pertama  dalam  penelitian  sejarah  yaitu  pengumpulan  sumber,
Mohammad said melakukan pengumpulan sumber dengan melakukan studi lapangan dan  studi  kepustakaan.  Dalam  studi  kepustakaan  Mohammad  Said  mencari  data
Universitas Sumatera Utara
90
keperpustakaan  balai  pustaka,  perpustakaan  surat-surat  kabar  majalah  di  colindale London  dan  westeinde  di  Den  Haag  perpustakaan  Koninklijk  Institut  Voor  de
Tropen  di  Amsterdam,  Koniklijk  Institut  Voor  de  Taal,  Land  end  Volkenkunde  di Leiden,  Rijksuniversiteit  Bibliotheek  di  Leiden.  Dan  melakukan  studi  lapangan
dengan  mewawancari  para  pelaku  pers  di  Sumaetra  Utara,  yang  Mohamamd  Said cantumkan di kata pengantar.
“Kepada  para  petugas  di  lembaga  kebudayaan  Indonesia  di Jakarta  yag  banyak  sekali  membantu  menyediakan  surta-surat
kabar  majalah  bahkan  buku-buku  yang  ingin  penulis  telaaah, penulis  megucapkan  terima  kasih  khusus.  Pernyataan  serupa
disampaikan kepada para petugas perpustakaan dibalai pustaka dan dibeberapa perpustakaan luar negri termasuk perpustakaan
surat-surat  kabar  majalah  di  Colindale  London  dan Westeinde di Den Haag perpustakaan Koninklijk Institut Voor
de  Tropen  di  Amsterdam,  Koniklijk  Institut  Voor  de  Taal, Land
End Volkenkunde
di Leiden,
Rijksuniversiteit Bibliotheek di Leiden dan lain-lain.
”
77
Dalam  karya  ini  Mohammad  Said  sangat  berimbang  karena  tidak    menitik beratkan  peristiwa  pada  dirinya  yang  juga  pelaku  sejarah  dalam  bidang  pers,  dalam
kurun  waktu  yang  diteliti  dalam  karya  ini.  Di  dalam  karya    ini  Mohamamad  Said sudah melakukan kritik sumber dan interpretasi yang cukup baik, dilihat dari sumber-
sumber  yang  digunakan  oleh  Mohammad  Said  yang  terlampir  dalam  karya  ini  dan isinya.
Hal  yang  perlu  diperhatikan  lagi  dari  karya  ini  adalah  historiografinya  yang masih  perlu  diperbaiki.  Dalam  karya  ini  bahasa  yang  digunakan  masih  memiliki
bahasa yang bertele-tele seperti berikut:
77
Mohammad Said, Sejarah Pers di Sumatera Utara, Jakarta : UI-Press, 1976. Hal. VIII.
Universitas Sumatera Utara
91
“Sampai  nafas  terakhir  “  Matahari  Indonesia”  masih  gigih untuk  melanjutkan    perang  penannya.  Ketika  mangaradja
Ihoetan    dihadapkan  kepengadilan  dan  memakai  seorang adpokat  Belanda  ia
pun  dikecam  dalam  matahari  indonesia” sebagai  seorang  nasionalis  karena  tidak  memakai  advokat
Indonesia.  Pada  tanggal  26  januari  1929  matahari  Indonesia masih menghantam mengarajda Ihoetan gara-gara membiarkan
hakim  menggunakan  kata- kata “kowe” dan kamoe kepadanya
ketika bersoal jawab dimuka hakim ”
78
... Gaya  bahasa  seperti  ini  hampir  terkandung  dalam  keseluruhan  buku
ini. Tetapi buku ini cukup bagus karena merangkum hampir semua peristiwa yang  dialami  pers  secara  periodik  yang  merupakan  hal  utama  dalam  karya
sejarah.
78
Ibid, hal. 157.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN