62
BAB IV MOHAMMAD SAID SEBAGAI POLITISI DAN SEJARAWAN
4.1 Mohammad Said Sebagai Politisi
4.1.2 Keadaan Politik di Sumatera Timur
Bagi  daerah  Sumatera  Timur  dan  Tapanuli  sekarang  Sumatera  Utara, perkembangan  atau  interaksi  dengan  organisasi  yang  ada  di  Jawa  terbatas  oleh
kondisi  atau  interaksi  dengan  organisasi  yang  lain  oleh  kondisi  setempat  yang  yang berbeda-beda. Pada umumnya kehidupan berorganisasi di daerah ini dimulai abad ke
20,  yang  mendapat  rintangan  yang  sangat  berat.  Tidak  sedikit  orang-orang  terdidik yang  berjuang  terutama  karena  melihat  penderitaan  kaum  buruh  atau  kuli  kebun.
Tetapi  kegiatan  mereka  terhalang  oleh  tindakan  pemilik-pemilik  modal  di perkebunan.
Organisasi-organisasi  yang  tumbuh  dan  berkembang  di  pula  Jawa  Juga  ikut tumbuh  dan  berkembang  di  sumatera  Timur  Seperti  Budi  Utomo  yang  didirikan  di
Medan tahun 1908 oleh orang-orang Jawa yang tinggal di daerah perkebunan. Serekat Islam juga didirikan di Sumatera Timur oleh ulama-ulama,  Dr. Pringadi adalah salah
satu penggagas supaya Budi Utomo didirikan di Sumatera Timur. Dan untuk Sjarekat Islam di pegang oleh ulama sekaligus saudagar bernama Mohammad Samin.
Universitas Sumatera Utara
63
Organisasi-organisasi pemuda yang hidup daerah Sumatera Timur tahun 20-an selain organisasi yang bersifat nasional ada juga organisasi yang bersifat lokal seperti
:  Jong  Islamaten  Bond,  Indonesia  Muda,  Organisasi  Gereja,  Organisasi  Islam  Al Jamiatul Wasliyah. Organisasi ini bergerak dibidang keagaman dan Pendidikan.
Dikalangan  penduduk  pada  jaman  kolonial  dulu  terdapat  kelompok  kuli perkebunan,  kelompok  masyarakat  yang  dikuasai  sultan-sultan  dibeberapa  kerajaan
yaitu  kerajaan  Langkat,  Deli,  Asahan  dan  lainya,  kemudian  di  daerah  Karo pedalaman  dan  Simalungun  terdapat  raja-raja  kecil.  Sedangkan  di  Tapanuli  rakyat
langsung diperintah oleh penguasa kolonial melalui kepala-kepala nagari. Terhadap kuli perkebunan, pemerintah kolonial Belanda tidak secara langsung
menguasainya,  karena  sebenarnya  mereka  itu  dikuasai  oleh  kaum  ondernamers. Kaum  ondernamers  melalui  koelei  ordonatie  menjadikan  kaum  buruh  sebagai  sapi
perahan  dan  mengisolasikan  kehidupan  buruh  itu  dari  perkembangan  masyarakat sekitar.  Tujuannya  adalah  menjadikan  kelompok  buruh  ini    turun  temurun  menjadi
kuli. Kehidupan kuli perkebunan sangat terikat oleh kontrak yang selalu diperpanjang dan  praktis    mereka  mereka  tidak  mungkin  meninggalkan  pekerjaan  itu  untuk
mengubah  nasib  mereka.  Kaum  kuli  sudah  dibiasakan  hidup  royal  pada  hari  gajian dengan  demikian  selalu  berkekurangan,  lalu  setiap  kali  terpaksa  memperpanjang
kontrak untuk memperoleh uang panjar atau uang muka.
Universitas Sumatera Utara
64
Ada juga yang menginginkan perubahan nasib, tapi tidak mungkin  dilakukan dengan  organisasi.  Kegiatan  organisasi  terlarang  keras  diperkebunan.  Jalan  yang
dapat ditempuh ialah melalui tulisan pada surat kabar tetapi tetap saja tidak merubah nasib  buruh  diperkebunan.  Di  Medan  pada  tahun  1919  berdiri  serikat  pekerja  DSM
dibawah  pimpinan  Muhammad  Samin    bernama  da  crediet.  Serikat  pekerja  ini melakukan mogok kerja untuk meminta kenaikan upah tetapi tidak berhasil.
Bagi  daerah  Sumatera  Timur,  pada  umumnya  telah  banyak  pemimpin organisasi  antara  tahun  1926-1927.  Para  pemimpin  itu  pada  umumnya  berasal  dari
golongan  petani  maju,  pedagang,  golongan  intelek,  golongan  agama.  Mereka  inilah yang  punya  sikap  tertentu  yang  mempunyai  kesadaran  politik,  punya  dasar
kebangsaan  dan  juga  mempunyai  tujuan.  Mereka  ada  yang  kooperasi  dan  ada  yang non kooperasi dan mereka cenderung berjuang melalui surat kabar.
Organisasi  Kepartaian  juga  tumbuh  dan  berkembang  di  Sumatera  Timur seperti organisasi lainya. Di Sumatera Timur ada beberapa organisasi kepartaian yang
memiliki basis cukup kuat disumatera seperti PKI, PNI, PESINDO dan masih banyak lagi.
Pada  Sekitaran  tahun  30-an  masyarakat  Sumatera  Timur  telah  mengenal beberapa taktik perjuangan, yaitu melalui pendidikan politik, dengan jalan melakukan
pertemuan-pertemuan rahasia yang dilakukan oleh hanya beberapa orang yang sangat dipercayai. Dalam pertemuan inilah dibicarakan masalah politik, memberi informasi
Universitas Sumatera Utara
65
dan  meneguhkan  sikap  serta  menentukan  taktik  menghadapi  pengawasan  keras  dan penangkapan-penangkapan  yang  semakin  sering  dilakukan  kolonial  Belanda.
kelompok-kelompok ini terdiri dari berbagi  jenis  lapisan  masyarakat  dan sering  kali masyarakat  yang  bukan  anggota  partai  ikut.  Pada  tahun  30-an  seni  berpolitik  di
daerah  ini  bermacam-macam  kode  untuk  menentukan  apakah  orang  berdekatan dengan  kita  itu  lawan  atau  kawan  seperti  cara  bersalaman,  cara  menegur  seseorang,
dan cara berpakaian.
53
4.1.3 Mohammad Said Sebagai Pemimpin PNI Cabang Medan
Partai Nasional Indonesia masuk ke Medan dibawakan oleh Mr. Iwa Kusuma Sumantri dan Mr. Sunaryo.
54
Awal masuknya pengaruh Partai Nasional Indonesia di Medan adalah bermula saat pemrintahan kolonial Belanda masih berkuasa di negara
Sumatera  Timur.  Adapun  tujuan  dari  Partai  Nasional  Indonesia  adalah  untuk mewujutkan  kemerdekaan  di  wilayah  Sumatera  dan  menghapus  adanya  perbedaan
status sosial yang dimilki masyarakat Medan secara khusus dan secara umum untuk memerdekakan  Indonesia  dari  penindasan  yang  dilakukan  oleh  kolonial  Belanda
masuknya  Partai  Nasional  di  wilayah  Sumatera  tepat  pada  tahun  1929,  dua  tahun setelah  berdirinya  partai  politik  ini    yaitu  4  juli  1927,  dulunya  partai  nasional
Indonesia  bernama  Perserikatan  Nasional  Indonesia,  tetapi  setelah  kongres  di
53
Wawancara dengan Mohammad TWH. Medan 26-1-2013.
54
Suprayitno, Mencoba Lagi Menjadi Indonesia, Yogyakarta, Yayasan Untuk Indonesia, 2000. hal. 39-42.
Universitas Sumatera Utara
66
Surabaya  namanya  diganti.  Partai  Nasional  Indonesia  masuk  ke  daerah  Medan  di bawakan oleh Mr. Iwa Kusuma Sumatri dan Mr. Sunaryo.
55
Tujuan  Partai  Nasional  Indonesia  didirikan  didasarkan  munculnya  kesadaran yang sangat tinggi diantara para pelajar indonesia dalam menciptakan konsep negara
nasional  Indonesia,  bahasa  nasional  Indonesia,  kebudayaan  nasional  Indonesia  dan bendera  nasional  Indonesia  serta  lagu  nasional.  Perkembangan  partai  ini  di  wilayah
sumatera  bahkan  wilayah  lain  sangat  mengkwatirkan  pemerintah  kolonial  Belanda pada  saat  itu.  Apalagi  tokoh-tokoh  partai  ini  berasal  dari  kalangan  intelektual  yang
mempunyai  kesadaran  yang  sangat  tinggi  terhadap  penindasan  yang  dilakukan  oleh pemerintah  kolonial  Belanda.  Akibat  dari  kekwatiran  inilah  pemerintah  kolonial
Belanda membubarkan segala aktivitas partai politik ini tahun 1931. Walaupun partai ini  dibubarkan  namun  sumbangsih  pemikiran  dalam  konsep  nasionalisme  tetap
dijalankan  oleh  tokoh-tokohnya  baik  terhadap  partai  lain,  misalnya  dengan membangkitkan  gerakan  nasionalisme  terhadap  Gerakan  Rakyat  Indonesia
GERINDO dan Partai Indonesia Raya PARINDRA Ketika Indonesia mengalami penindasan yang dilakukan oleh Jepang, suasana
dalam mewujudkan Indonesia merdeka seperti yang diinginkan oleh Partai Nasional Indonesia  dalam  konsep  nasionalismenya  semakin  tertutup,  terlihat  dari  banyaknya
organisasi  yang  diciptakan  Jepang  sendiri,  seperti  Bushito  dan  lain-lain.  Saat kemerdekaan  Indonesia  diplokamirkan  tanggal  17  agustus  1945  oleh  Soekarno  dan
55
Ibid, hal. 39-42.
Universitas Sumatera Utara
67
M.  Hatta  atas  persetujuan  Panitia  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  PPKI  yang diikuti  oleh  penyetujuan  bentuk  pemerintah  negara  RI  meliputi  Jawa  Barat,  Jawa
Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Sulawsai, Maluku, serta Nusa Tenggara Timur
56
,  semenjak  ini  pula  pembenahan  terhadap  sistem  politik  dilakukan.  Setelah sekian  lama  Partai  Nasional  Indonesia  dibekukan  atau  tidak  melakukan  aktivitas
partai.  Maka  pada  tahun  1946  tepatnya  tanggal  29  januari  di  kota  Kediri  kembali partai  ini  masuk  arena  perpolitikan  Indonesia.  Munculnya  kekuatan  Partai  Nasional
Indonesia saat itu merupakan warisan dari ideologi Partai Nasional Indonesia 1927. Fenomena  ini  memperlihatkan  bahwa  Partai  Nasional  Indonesia  di  daerah
Medan  telah  ada  jauh  sebelum  Indonesia  melepaskan  diri  dari  kolonial  Belanda. ketika  Partai  Nasional  Indonesia  dipimpin  oleh  Sarmidi  Mangoensarkoro,
pembentukan dewan daerah untuk Sumatera dilakukan yang diketuai Dr. Ak Gani. Pembubaran  terhadap  Partai  Nasional  Indonesia  terjadi  lagi  tetapi  aktivitas
partai  di  daerah  sumatera  tetap  berjalan  sehingga  pada  wal  bulan  november  1946 Partai Nasional Indonesia dipimpin oleh Saleh Umar, pada saat ini revolusi sosial di
Sumatera  Timur  terjadi  dalam  menghilangkan  hak-hak  istimewa  kelompok bangsawan.  Ketika  berbentuk  propinsi  Sumatera  Utara  Gabungan  Sumatera  Timur
Dan  Tapanuli    pada  bulan  april  1948  dengan  ibukotanya  Medan  maka  segala peraturan daerah tidak lagi berkaitan dengan kebijakan Negara Sumatera Timur. Saat
56
Bekas wilayah Hindia Belanda.
Universitas Sumatera Utara
68
terbentuknya  propinsi  Sumatera  Utara  Pimpinan  Partai  Nasional  Indonesia  dijabat oleh Mohamamad Said menggantikan Saleh Oemar.
Pada  Awal  kemerdekaan  Republik    Indonesia  Mohammad  Said  melakukan kegiatan  politik  yang  aman  yaitu  tidak  terlibat  kepada  organisasi  manapun  tetapi
sejak  ditanda  tanganinya  persetujuan  Renvile  antara  RI-Belanda  awal  januari  1948 dan  awal  dari  terbentuknya  Negara  Sumatera  Timur  yang  merupakan  ciptaan
gubernur  jenderal  Dr  Van  Mook  dengan  mendapat  dukungan  dari  segelintir  orang Indonesia.  Membuat  Mohammad  Said  yang  sedari  awalnya  sangat  mencintai  NKRI
membuat dia menunjukan eksistensi politiknya dengan menjadi orang yang terdepan menentang adanya keberadaan Negara Sumatera Timur dengan dibantu oleh istrinya
Ani Idrus.
57
Ani Idrus  menghimpun  kekuatan  dari kaum wanita  untuk menentang  Negara Sumatera  Timur  yang  digabungkan  dalam  Organisasi  Wanita  Demokrat  Sumatera
Utara.  Kegiatan-kegiatan  dari  organisasi  wanita  ini  cukup  banyak  antara  lain menyokong perjuangan Republik Indonesia untuk keutuhan negara.
Mohammad said menjadi pemimpin PNI di Sumatera Timur pada tahun 1948, yang  menjadi  salah  satu  kendaraan  politik  yang  digunakan  oleh  Mohammad  Said
untuk  mempertahankan  keutuhan  NKRI  dari  rongrongan  kolonial  Belanda  yang dibantu oleh pasukan militer Inggris. Dalam perkembanganya memasuki tahun 1950-
57
Lihat Lampiran XII Tulisan Mohammad Said tentang NST.
Universitas Sumatera Utara
69
an  PNI  mengalami  kemajuan  yang  cukup  pesat  yang  pada  waktu  itu  dipimpin  oleh Mohammad  Said.  Strategi  yang  digunakan  oleh  mohammad  said  adalah  dengan
membangun opini-opini masyarakat melalui surat kabar yang dipimpinnya waktu itu. Harian  waspada  menjadi  corong  partai  untuk  menyebarkan  paham,  gagasan,  ide-ide
dan kegiatan partai kepada rakyat. Kekuatan Partai Nasional Indonesia di Medan sangat nyata dalam mengawasi
berbagai  penyelewengan  yang  dilakukan  pemerintah  daerah.  Seperti  peritiwa jatuhnya  gubernur  A.  Hakim  yang  merupakan  kader  Masyumi  pada  tahun  1953.
Kejatuhan  gubernur  ini  tidak  terlepas  dari  pengaruh  PNI  yang  dipimpin  oleh Mohammad  Said.  Mohammad  Said  Bersama  Partai  Nasional  Indonesia  Menentang
dekrit  yang  memberikan  hak  benda  untuk  125.000  hektar  kepada  perusahaan tembakau  yang  dikeluarkan  oleh  A.  Hakim  yang  memuncak  pada  peristiwa
Tanjungmorawa  1953.
58
Dalam  peristiwa  ini  Mohammad  Said  memainkan  peranan politik PNI dengan memberikan pembelaan kasus tanah yang dialami oleh penduduk
Sumatera  Utara  dalam  peralihan  dari  tanah  kolonial  terhadap  tanah  rakyat.  Untuk masalah  tanah  dari  seluruh  kader  PNI  yang  ada  di  Indonesia  hanya  PNI  Sumatera
Utara  yang  berpihak  kepada  kaum  buruh  dan  petani  dan  ini  tidak  terlepas  dari pemahaman  Mohammad  Said  yang  benar-benar  mendukung  kaum  buruh  dan  tani
yang sudah dia jalani semasa pemerintahan Kolonial Belanda.
58
Feri Gusnandi. Aksi Penyerobotan Tanah Perkebunan di Sumatera Timur 1950-1960, Skripsi. hal. 35-42.
Universitas Sumatera Utara
70
Aktivitas  politik  dari  Mohammad  Said  semakin  menonjol  menjelang berlangsungnya  Konfrensi  Meja  Bundar  yang  berlangsung  dari  September  hingga
Desember  1949  di  Deen  Hagg,  Belanda.  Seperti  yang  diketahui  pada  waktu  itu, secara  nasional  akan  terbentuk  Republik  Indonesia  Serikat  sebagai  buah  dari
konfrensi  Meja  Bundar.  Dengan  lahirnya  Republik  Indonesia  Serikat  itu  berarti keberadaan negara-negara boneka ciptan Van Mook seperti Negara Sumatera Timur,
Negara  Sumatera  Selatan,  Negara  Indonesia  Timur  ,  Banjar  dan  lainya  diakui. Disamping  Republik  Indonesia  yang  berkedudukan  di  Yogyakarta.  Demikian  juga
dalam masalah ketata negaraan, kepegawaian ekonomi keuangan dan kemiliteran dan lain-lain  pasti  akan  dihadapi  dan  harus  dapat  ditanggulangi  supaya  tidak  terjadi
gejolak yang membahayakan bangsa dan negara. Khusus sumatera Timur pada akhir 1949  itu  disadari  penuh  oleh  Mohammad  Said  dan  pemimpin-peminpin  organisasi
lain, muncul masalah yang cukup rumit dan memerlukan perhatian istimewa. Salah  satu  tuntutan  diantara  permasalahan  aktual  pada  waktu  itu  ialah
menderasnya  tuntutan  agar  Negara  Sumatera  Timur  dibubarkan,  dilebur  kedalam Republik Indonesia. Tuntutan rakyat membubarkan Negara Sumatera Timur semakin
menderas lagi begitu Republik Indonesia Serikat berdiri tanggal 27 Desember 1949. Sebagai  insan  politik  Mohammad  Said  seusai  menyelengarakan  dan
mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga  sebagai  pemimpin  harian  Waspada.    Sewaktu  menjabat  sebagai  ketua
Mohammad  Said  bersama  istrinya  Ani  Idrus  yang  pada  waktu  itu  menjabat  sebagai
Universitas Sumatera Utara
71
ketua  bagian  penerangan  dan  propaganda  aktif  dalam  menggiatkan  penerangan kepada  massa  Marhaen  sampai  pelosok  Sumaetara  Utara  dan  mereka  menerbitkan
buletin bulanan partai bernama Banteng. Semasa kepemimpinan Mohammad Said di PNI  Mohammad  Said  juga  memberikan  sebuah  contoh  demokrasi  yang  baik  dalam
perkembangan partai dengan menyelenggarakan Konfrensi Tingkat Daerah PNI yang pertama di Sibolga.
Tantangan  terbesar  yang  Mohammad  Said  hadapi  ketika  memimpin  PNI adalah banyaknya anggapan yang bahwa partai ini adalah partai orang Jawa sehingga
etnis  lain  yang  ada  di  Sumatera  Utara  masih  banyak  yang  mau  bergabung.  Tetapi kecakapan  Mohammad  Said  terbukti  bahwa  partai  ini  akhirnya  bisa  diterima
masyarakat  pada  pemilu  1955  di  wilayah  Sumatera  Utara  PNI  mendapat  suara terbanyak kedua setelah Masyumi.
59
Dalam  Pemilihan  tahun  1955  PNI  Sumetera  Utara  memperoleh  suara  yang cukup memuaskan yaitu 3 kursi yang pada waktu itu di wakili oleh M. Saleh Umar,
Dr. Lumban Tobing  dan  Slamet  Ginting. Untuk posisi  ketua DPRD Sumatera  Utara jatuh  kapada  ketua  PNI  yaitu  Mohammad  Said,  tetapi  Mohamad  Said  menolaknya
dan menyerahkanya kepada sekretaris PNI Adnan Nur Lubis, dikarenakan terjadinya pertentangan  di  antara  kalangan  partai  yang  menginginkan  calon-calon  dari
daerahnya yang menjadi wakil di parlemen.
59
Lihat Lampiran XIV Pemilihan Umum Pertama.
Universitas Sumatera Utara
72
Mohammad  Said  menjadi  kader  dari  PNI  dari  dibentuknya  partai  ini  hingga dimulainya  pemerintahan  orde  baru  yaitu  setalah  menjabat  sebagi  MPRS  yang
direkomendasikan oleh PNI Osa Usep dan berhenti setahun kemudian dan resmi juga berhenti menjadi kader  dari  PNI  karena  Mohammad  Said  tidak  menyukai  intervensi
militer  di  tubuh  PNI.  Setelah  berhenti  dari  aktivitas  politik  Mohammad  Said menjalani hidupnya sebagai penulis sejarah hingga akhir hayatnya.
4.1.4 Mohammad Said Memimpin Kongres NST
Pada  tanggal  30  Juli  1947,  sepuluh  hari  setelah  agresi  militer  belanda  I, sebuah  rapat  umum  diadakan  di  Medan  untuk  menutut  berdirinya  daerah  otonomi
Sumatera  Timur  dalam  rapat  itu  hadir    komandan  Brigade  Z  Kolonel  Scholten residen  Sumatera  Timur  Mr.  J.  Gerristen  penasihat  pemerintahan  Dr.  J.J.  Van  de
Velde.
60
Dalam Rapat ini maka dibentuklah  Komite Istimewa Sumatera Timur yang menjadi cikal bakal menjadi sebuah negara federasi yang bernama Negara Sumatera
Timur. Negara Sumatera Timur resmi didirikan oleh Van Mook dari dekrit resminya
yang  menyatakan  bahwa  daerah  istimewa  Sumatera  Timur  diakui  sebagai  sebuah negara.  Pembentukan  Negara  Sumatera  Timur  bagi  pihak  belanda  adalah  sebuah
upaya  untuk  menguasai  kembali  segala  sumber  daya  alam  yang  sangat  melimpah seperti  perkebunan  tembakau,  perkebunan  karet,  dan  tambang  minyak  bumi.  Disisi
lain,  orang-orang  penduduk  asli  memanfaatkan  Negara  Sumatera  Timur  untuk
60
Suprayitno, Op-Cit. hal. 84.
Universitas Sumatera Utara
73
memulihkan  posisi  mereka  seperti  sedia  kala  yang  pernah  mereka  rasakan  pada pemerintahan  Kolonial  Belanda.  Selain  motif  tersebut  ada  juga  penduduk  yang
mendukung Negara Sumatera Timur karena mendapat perlakuan yang tidak baik dari pihak Republik.
Pada  proses  dinamika  pemerintahan  Negara  Sumatera  Timur  para pemimpinya  tidak  dapat  memperoleh  dukungan  dari  masyarakat  karena  mereka
cenderung  lebih  berusaha  memperdalam  jurang  status  sosial  antara  bangsawan  dan penduduk.  Pemimpin-pemimpin  Negara  Sumatera  Timur  selalu  berusaha  untuk
memulihkan kekuasaan kaum bangsawan melayu yang benar-benar tidak diinginkan rakyat  pada  masa  tersebut.  Selain  itu  kemampuan  politik  dari  pemimpin  Negara
Sumatera  Timur  yang  masih  dibawah  pemimpin  yang  pro  republikan  membuat Negara Sumatera Timur kehilangan dukungan dari penduduk asli seperti Simalungun,
dan  Karo  yang  menjadi  berbalik  menuntut  supaya  Negara  Sumatera  Timur dibubarkan.
61
Selain  tekanan  dari  penduduk  yang  menuntut  Negara  Sumatera  Timur dibubarkan  terdapat  juga  pertentanggan  diantara  para  pemimpin  Negara  Sumatera
Timur yang selalu menonjolkan kelompoknya. Seperti pertentangan Kesultanan Deli dan Asahan yang meminta keluarganya kembali berkuasa.
Setelah Agresi Militer Belanda Ke-II di Sumatera, Membuat Negara Sumatera Timur  semakin  kehilangan  dukungan  dari  penduduk,  dan  juga  karena  peristiwa  ini
membuat  perang  baru  dimulai  yaitu  perang  gerilya  yang  melibatkan  seluruh  unsur
61
Ibid, hal. 216.
Universitas Sumatera Utara
74
masyarakat,  terutama  masyarakat  desa  yang  bertujuan  untuk  menghancurkan kekuatan militer Belanda dan pemerintah Negara Sumatera Timur.
62
Selain  perang  para  penduduk  juga  melakukan  tuntutan  untuk  membubarkan Negara  Sumatera  Timur  melalui  demonstrasi.  Demonstrasi  yang  dilakukan  oleh
penduduk Sumatera Timur mendapat perlakuan yang tidak baik dari militer Belanda dan  pemerintah  Negara  Sumatera  Timur  sehingga  membuat  semakin  hilangnya
wibawa pemerintah Negara Sumatera Timur. Tuntutan  pembubaran  Negara  Sumatera  Timur  terjadi  diseluruh  daerah  yang
menjadi  daerah  Sumatera  Timur.  Aksi  rakyat  itu  memuncak  pada  bulan Januari  dan Februari 1950. Yang membuat tokoh-tokoh yang berpengaruh pada waktu itu seperti
Mohammad Said, Ani Idrus, Sugondo Kartoprojo, Jahja Jacob, Udin Sjamsudin, G.B. Jasua  untuk  membentuk  sebuah  wadah  yang  bernama  Kongres  Rakyat  Se-Sumatera
Timur. Atas  kesepakatan  bersama  dari  wakil-wakil  rakyat  seluruh  kabupaten  di
Sumatera  Timur  maka  sebagai  ketua  umum  terpilihlah  Mohammad  Said  yang  juga menjabat  sebagai  ketua  Partai  Nasional  Indonesia  dan  pemimpin  harian  umum
Waspada. Waspada adalah harian yang terkenal sebagi koran Republik selama perang kemerdekaan.
63
62
Ibid, hal. 169.
63
Lihat Lampiran XIII, Kongres rakyat tetap menuntut pembubaran NST.
Universitas Sumatera Utara
75
Pada  Kongres  ini  Mohammad  Said  menyadari  benar,  betapa  besarnya tanggung  jawab  yang    dipikulkan  kepadanya.  Sebab  pada  dirinyalah  diberikan
kepercayaan  untuk  mensukseskan  Kongres  Rakyat  Sumatera  Timur  yang diprogramkan  dihadiri  lebih  dari  1000  utusan  sedangkan  waktu  untuk  persiapan
cukup  pendek.  Pegurusan  segala  sesuatu  bagi  suksesnya  di  emban  oleh  Mohammad Said,  tetapi  dalam  urusan  teknis  Mohammad  Said  banyak  dibantu  oleh  istrinya  Ani
Idrus. Peristiwa  kongres  ini  merupakan  peristiwa  kongres  rakyat  terbesar  di
Sumatera Timur sampai sekarang sudah berganti menjadi Sumatera Utara. Karena itu panitia  pusat  kongres  rakyat  bekerja  ekstra  keras  siang  dan  malam  tanpa  mengenal
lelah. Baik dalam menentukan aturan tentang pemilihan para utusan ke kongres dari daerah-daerah yang pada waktu itu setiap 2500 orang diwakili oleh satu orang utusan,
menyusun tata tertib sidang, akomodasi peserta kongres, mengundang tamu-tamu dari pusat, seperti pemerintah pusat. DPRS, RIS, Korps Diplomatik, Pembesar-Pembesar
RIS  dan  Negara  Sumatera  Timur.  Panitia  cukup  kewalahan  dalam  mempersiapkan kongres ini karena kongres dilakukan di Medan yang merupakan ibu kota dari Negara
Sumatera Timur. Sebagai  ketua  panitia  kongres  rakyat  yang  pelaksanaanya  cukup  dekat  maka
Mohammad  Said  mengerahkan  segala  kemampuanya  sekaligus  juga  mengerahkan kemampuan  istrinya dalam  memperoleh  dana. Istrinya  Ani Idrus  sangatlah  lihai dan
pintar dalam mencari dana untuk membiayai kongres tersebut. Disisi lain Mohammad
Universitas Sumatera Utara
76
Said  yang  memiliki  pengaruh  yang  cukup  besar  pada  waktu  itu  benar-benar bermanfaat untuk mengundang para peserta kongres, baik dari pihak Republikan dan
juga pihak Negara Sumatera Timur. Kongres rakyat Sumatera Timur berlangsung di Medan dari tanggal 27 sampai 30 april  1950, dihadiri 417 utusan dan puluhan orang
peninjau. Jauh  sebelum  kongres  rakyat  berlangsung  di  daerah  telah  terjadi  pemilihan
utusan yang akan dikirm dalalam kongres tersebut, pemilihan kongres tersebut cukup demokratis  dan  dilaksanakan  pada  umumnya  di  depan  kantor  camat.  Pemilihan  ini
cukup  menarik  perhatian  rakyat,  ribuan  orang  berbondong-bondong  datang  ke  kota untuk  melakukan  pemilihan,  mereka  banyak  yang  datang  berjalan  kaki  puluhan
kilometer  membawa  bekal  sendiri,  menginap  di  tanah  lapang  dan  kantor pemerintahan seperti yang terjadi ditanah Karo.
64
Kongres  ini  berlangsung  di  bangsal  Medan-kongres
65
yang  memilki  banyak fungsi pada saat kongres karena selain tempat berlangsungya kongres tempat ini juga
dijadikan  pemondokan  bagi  para  peserta  kongres.  Di  luar  bangsal  ini  ,  terdapat bangsal  kecil  yang  digunakan  sebagai  press  room  bagi  wartawan  yang  ingin
mengirim  beritanya  dan  disamping  bangsal  ini  diadakan  kantor  pos  pembantu,  bagi wartawan yang ingin mengirim surat. Pada dingding gedung Medan kongres tersebut
terdapat slogan- slogan yang intinya adalah “suara rakyatlah penentunya”. Bangsal ini
64
Triandah Bangun,  Op-Cit. hal. 168.
65
Bangsal yang terbuat dari tepas dan beratap nipah.
Universitas Sumatera Utara
77
dihiasi  dengan  warna  merah  putih,  dibelakang  meja  pimpinan  terpampang  gambar presiden Soekarno yang besar, dihiasi bendera merah putih.
Kongres  ini  dihadiri  oleh  peninjau-peninjau  resmi  yang  datang  pada  saat kongres  seperti  Mr.  Tambunan,  Wangsa  Wijdajda,  Roeslan  Abdul  Gani,  Suska,
Purbujo  Kolopaking,  Suparto,  M.  Natsir,  M.  Junan  Nasution,  Zainal  Abidin, Wondoamisemo,  dan  Sumarto.  Pada  malam  resepsi  hadirlah  Gubernur  militer  dan
teritorium Sumatera, Kolonel Simbolon beserta opsir-opsirnya dan juga tampak hadir opsir-opsir  Belanda  beserta  opsir-opsir  NICA.  Selain  para  kalangan  militer  tampak
hadir juga orang-orang terkemuka dari berbagai kalangan seperti kalangan pedangang dan juga perkebunan. Dari pihak Negara Sumatera Timur yang hadir dalam kongres
ini  yaitu  Mr.  Abbas,  Jaksa  Agung  Sumatera  Timur  Dt.  Hafiz  Haberman,  kepala wilayah  Deli  dan  Serdang  merangkap  wakil  walikota  Medan,  R.M.  Sarsidi,  Kepala
Departemen Lalu Lintas, F.H. Rotty. Dalam  pembukaan  kongres  ini  terlihat  sikap  Mohammad  Said  yang
mengkritik pemerintah Republik Indonesia Serikat yaitu : “bahwa  persoalan  utama  pada  masa  itu  adalah  bukan  pada
paham  federalis  dan  unitaris,  tetapi  sisa-sisa  kolonialis  yang masih  bertahan  di  tengah-tengah  masyarakat  Sumatera  Timur.
Kongres  yang  berlangsung  selama  tiga  hari  ini  dan  dihadiri oleh  kira-kira  3.000  orang  telah  menghasilkan  resolusi
mendukung penggabungan Sumatera Timur kedalam Republik
Indonesia dan menghapuskan NST...”
66
66
Teks resolusi kongres rakyat.
Universitas Sumatera Utara
78
Resolusi  dan  pidato  ini  secara  panjang  lebar  adalah  sebuah  kritik  kepada pemerintahan  Republik  Indonesia  Serikat  yang  sangat  lamban  untuk  melaksanakan
mosi  Yamin  dan  yunan  yang  disampaikan  dalam  rapat  Republik  Indonesia  Serikat. Demikianlah  kongres  ini  berlangsung  selam  tiga  hari  dan  mengalami  perdebatan-
perdabatan  yang  mengkerucutkan  bahwa  kongres  memutuskan  bahwa  Negara Sumatara Timur kembali kepangkuan NKRI. Sebagai insan politik Mohammad Said
seusai menyelengarakan dan mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga sebagai pemimpin harian Waspada.
4.2 Mohammad Said Sebagai Sejarawan