Mohammad Said Sebagai Politisi

62

BAB IV MOHAMMAD SAID SEBAGAI POLITISI DAN SEJARAWAN

4.1 Mohammad Said Sebagai Politisi

4.1.2 Keadaan Politik di Sumatera Timur Bagi daerah Sumatera Timur dan Tapanuli sekarang Sumatera Utara, perkembangan atau interaksi dengan organisasi yang ada di Jawa terbatas oleh kondisi atau interaksi dengan organisasi yang lain oleh kondisi setempat yang yang berbeda-beda. Pada umumnya kehidupan berorganisasi di daerah ini dimulai abad ke 20, yang mendapat rintangan yang sangat berat. Tidak sedikit orang-orang terdidik yang berjuang terutama karena melihat penderitaan kaum buruh atau kuli kebun. Tetapi kegiatan mereka terhalang oleh tindakan pemilik-pemilik modal di perkebunan. Organisasi-organisasi yang tumbuh dan berkembang di pula Jawa Juga ikut tumbuh dan berkembang di sumatera Timur Seperti Budi Utomo yang didirikan di Medan tahun 1908 oleh orang-orang Jawa yang tinggal di daerah perkebunan. Serekat Islam juga didirikan di Sumatera Timur oleh ulama-ulama, Dr. Pringadi adalah salah satu penggagas supaya Budi Utomo didirikan di Sumatera Timur. Dan untuk Sjarekat Islam di pegang oleh ulama sekaligus saudagar bernama Mohammad Samin. Universitas Sumatera Utara 63 Organisasi-organisasi pemuda yang hidup daerah Sumatera Timur tahun 20-an selain organisasi yang bersifat nasional ada juga organisasi yang bersifat lokal seperti : Jong Islamaten Bond, Indonesia Muda, Organisasi Gereja, Organisasi Islam Al Jamiatul Wasliyah. Organisasi ini bergerak dibidang keagaman dan Pendidikan. Dikalangan penduduk pada jaman kolonial dulu terdapat kelompok kuli perkebunan, kelompok masyarakat yang dikuasai sultan-sultan dibeberapa kerajaan yaitu kerajaan Langkat, Deli, Asahan dan lainya, kemudian di daerah Karo pedalaman dan Simalungun terdapat raja-raja kecil. Sedangkan di Tapanuli rakyat langsung diperintah oleh penguasa kolonial melalui kepala-kepala nagari. Terhadap kuli perkebunan, pemerintah kolonial Belanda tidak secara langsung menguasainya, karena sebenarnya mereka itu dikuasai oleh kaum ondernamers. Kaum ondernamers melalui koelei ordonatie menjadikan kaum buruh sebagai sapi perahan dan mengisolasikan kehidupan buruh itu dari perkembangan masyarakat sekitar. Tujuannya adalah menjadikan kelompok buruh ini turun temurun menjadi kuli. Kehidupan kuli perkebunan sangat terikat oleh kontrak yang selalu diperpanjang dan praktis mereka mereka tidak mungkin meninggalkan pekerjaan itu untuk mengubah nasib mereka. Kaum kuli sudah dibiasakan hidup royal pada hari gajian dengan demikian selalu berkekurangan, lalu setiap kali terpaksa memperpanjang kontrak untuk memperoleh uang panjar atau uang muka. Universitas Sumatera Utara 64 Ada juga yang menginginkan perubahan nasib, tapi tidak mungkin dilakukan dengan organisasi. Kegiatan organisasi terlarang keras diperkebunan. Jalan yang dapat ditempuh ialah melalui tulisan pada surat kabar tetapi tetap saja tidak merubah nasib buruh diperkebunan. Di Medan pada tahun 1919 berdiri serikat pekerja DSM dibawah pimpinan Muhammad Samin bernama da crediet. Serikat pekerja ini melakukan mogok kerja untuk meminta kenaikan upah tetapi tidak berhasil. Bagi daerah Sumatera Timur, pada umumnya telah banyak pemimpin organisasi antara tahun 1926-1927. Para pemimpin itu pada umumnya berasal dari golongan petani maju, pedagang, golongan intelek, golongan agama. Mereka inilah yang punya sikap tertentu yang mempunyai kesadaran politik, punya dasar kebangsaan dan juga mempunyai tujuan. Mereka ada yang kooperasi dan ada yang non kooperasi dan mereka cenderung berjuang melalui surat kabar. Organisasi Kepartaian juga tumbuh dan berkembang di Sumatera Timur seperti organisasi lainya. Di Sumatera Timur ada beberapa organisasi kepartaian yang memiliki basis cukup kuat disumatera seperti PKI, PNI, PESINDO dan masih banyak lagi. Pada Sekitaran tahun 30-an masyarakat Sumatera Timur telah mengenal beberapa taktik perjuangan, yaitu melalui pendidikan politik, dengan jalan melakukan pertemuan-pertemuan rahasia yang dilakukan oleh hanya beberapa orang yang sangat dipercayai. Dalam pertemuan inilah dibicarakan masalah politik, memberi informasi Universitas Sumatera Utara 65 dan meneguhkan sikap serta menentukan taktik menghadapi pengawasan keras dan penangkapan-penangkapan yang semakin sering dilakukan kolonial Belanda. kelompok-kelompok ini terdiri dari berbagi jenis lapisan masyarakat dan sering kali masyarakat yang bukan anggota partai ikut. Pada tahun 30-an seni berpolitik di daerah ini bermacam-macam kode untuk menentukan apakah orang berdekatan dengan kita itu lawan atau kawan seperti cara bersalaman, cara menegur seseorang, dan cara berpakaian. 53 4.1.3 Mohammad Said Sebagai Pemimpin PNI Cabang Medan Partai Nasional Indonesia masuk ke Medan dibawakan oleh Mr. Iwa Kusuma Sumantri dan Mr. Sunaryo. 54 Awal masuknya pengaruh Partai Nasional Indonesia di Medan adalah bermula saat pemrintahan kolonial Belanda masih berkuasa di negara Sumatera Timur. Adapun tujuan dari Partai Nasional Indonesia adalah untuk mewujutkan kemerdekaan di wilayah Sumatera dan menghapus adanya perbedaan status sosial yang dimilki masyarakat Medan secara khusus dan secara umum untuk memerdekakan Indonesia dari penindasan yang dilakukan oleh kolonial Belanda masuknya Partai Nasional di wilayah Sumatera tepat pada tahun 1929, dua tahun setelah berdirinya partai politik ini yaitu 4 juli 1927, dulunya partai nasional Indonesia bernama Perserikatan Nasional Indonesia, tetapi setelah kongres di 53 Wawancara dengan Mohammad TWH. Medan 26-1-2013. 54 Suprayitno, Mencoba Lagi Menjadi Indonesia, Yogyakarta, Yayasan Untuk Indonesia, 2000. hal. 39-42. Universitas Sumatera Utara 66 Surabaya namanya diganti. Partai Nasional Indonesia masuk ke daerah Medan di bawakan oleh Mr. Iwa Kusuma Sumatri dan Mr. Sunaryo. 55 Tujuan Partai Nasional Indonesia didirikan didasarkan munculnya kesadaran yang sangat tinggi diantara para pelajar indonesia dalam menciptakan konsep negara nasional Indonesia, bahasa nasional Indonesia, kebudayaan nasional Indonesia dan bendera nasional Indonesia serta lagu nasional. Perkembangan partai ini di wilayah sumatera bahkan wilayah lain sangat mengkwatirkan pemerintah kolonial Belanda pada saat itu. Apalagi tokoh-tokoh partai ini berasal dari kalangan intelektual yang mempunyai kesadaran yang sangat tinggi terhadap penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Akibat dari kekwatiran inilah pemerintah kolonial Belanda membubarkan segala aktivitas partai politik ini tahun 1931. Walaupun partai ini dibubarkan namun sumbangsih pemikiran dalam konsep nasionalisme tetap dijalankan oleh tokoh-tokohnya baik terhadap partai lain, misalnya dengan membangkitkan gerakan nasionalisme terhadap Gerakan Rakyat Indonesia GERINDO dan Partai Indonesia Raya PARINDRA Ketika Indonesia mengalami penindasan yang dilakukan oleh Jepang, suasana dalam mewujudkan Indonesia merdeka seperti yang diinginkan oleh Partai Nasional Indonesia dalam konsep nasionalismenya semakin tertutup, terlihat dari banyaknya organisasi yang diciptakan Jepang sendiri, seperti Bushito dan lain-lain. Saat kemerdekaan Indonesia diplokamirkan tanggal 17 agustus 1945 oleh Soekarno dan 55 Ibid, hal. 39-42. Universitas Sumatera Utara 67 M. Hatta atas persetujuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI yang diikuti oleh penyetujuan bentuk pemerintah negara RI meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Sulawsai, Maluku, serta Nusa Tenggara Timur 56 , semenjak ini pula pembenahan terhadap sistem politik dilakukan. Setelah sekian lama Partai Nasional Indonesia dibekukan atau tidak melakukan aktivitas partai. Maka pada tahun 1946 tepatnya tanggal 29 januari di kota Kediri kembali partai ini masuk arena perpolitikan Indonesia. Munculnya kekuatan Partai Nasional Indonesia saat itu merupakan warisan dari ideologi Partai Nasional Indonesia 1927. Fenomena ini memperlihatkan bahwa Partai Nasional Indonesia di daerah Medan telah ada jauh sebelum Indonesia melepaskan diri dari kolonial Belanda. ketika Partai Nasional Indonesia dipimpin oleh Sarmidi Mangoensarkoro, pembentukan dewan daerah untuk Sumatera dilakukan yang diketuai Dr. Ak Gani. Pembubaran terhadap Partai Nasional Indonesia terjadi lagi tetapi aktivitas partai di daerah sumatera tetap berjalan sehingga pada wal bulan november 1946 Partai Nasional Indonesia dipimpin oleh Saleh Umar, pada saat ini revolusi sosial di Sumatera Timur terjadi dalam menghilangkan hak-hak istimewa kelompok bangsawan. Ketika berbentuk propinsi Sumatera Utara Gabungan Sumatera Timur Dan Tapanuli pada bulan april 1948 dengan ibukotanya Medan maka segala peraturan daerah tidak lagi berkaitan dengan kebijakan Negara Sumatera Timur. Saat 56 Bekas wilayah Hindia Belanda. Universitas Sumatera Utara 68 terbentuknya propinsi Sumatera Utara Pimpinan Partai Nasional Indonesia dijabat oleh Mohamamad Said menggantikan Saleh Oemar. Pada Awal kemerdekaan Republik Indonesia Mohammad Said melakukan kegiatan politik yang aman yaitu tidak terlibat kepada organisasi manapun tetapi sejak ditanda tanganinya persetujuan Renvile antara RI-Belanda awal januari 1948 dan awal dari terbentuknya Negara Sumatera Timur yang merupakan ciptaan gubernur jenderal Dr Van Mook dengan mendapat dukungan dari segelintir orang Indonesia. Membuat Mohammad Said yang sedari awalnya sangat mencintai NKRI membuat dia menunjukan eksistensi politiknya dengan menjadi orang yang terdepan menentang adanya keberadaan Negara Sumatera Timur dengan dibantu oleh istrinya Ani Idrus. 57 Ani Idrus menghimpun kekuatan dari kaum wanita untuk menentang Negara Sumatera Timur yang digabungkan dalam Organisasi Wanita Demokrat Sumatera Utara. Kegiatan-kegiatan dari organisasi wanita ini cukup banyak antara lain menyokong perjuangan Republik Indonesia untuk keutuhan negara. Mohammad said menjadi pemimpin PNI di Sumatera Timur pada tahun 1948, yang menjadi salah satu kendaraan politik yang digunakan oleh Mohammad Said untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari rongrongan kolonial Belanda yang dibantu oleh pasukan militer Inggris. Dalam perkembanganya memasuki tahun 1950- 57 Lihat Lampiran XII Tulisan Mohammad Said tentang NST. Universitas Sumatera Utara 69 an PNI mengalami kemajuan yang cukup pesat yang pada waktu itu dipimpin oleh Mohammad Said. Strategi yang digunakan oleh mohammad said adalah dengan membangun opini-opini masyarakat melalui surat kabar yang dipimpinnya waktu itu. Harian waspada menjadi corong partai untuk menyebarkan paham, gagasan, ide-ide dan kegiatan partai kepada rakyat. Kekuatan Partai Nasional Indonesia di Medan sangat nyata dalam mengawasi berbagai penyelewengan yang dilakukan pemerintah daerah. Seperti peritiwa jatuhnya gubernur A. Hakim yang merupakan kader Masyumi pada tahun 1953. Kejatuhan gubernur ini tidak terlepas dari pengaruh PNI yang dipimpin oleh Mohammad Said. Mohammad Said Bersama Partai Nasional Indonesia Menentang dekrit yang memberikan hak benda untuk 125.000 hektar kepada perusahaan tembakau yang dikeluarkan oleh A. Hakim yang memuncak pada peristiwa Tanjungmorawa 1953. 58 Dalam peristiwa ini Mohammad Said memainkan peranan politik PNI dengan memberikan pembelaan kasus tanah yang dialami oleh penduduk Sumatera Utara dalam peralihan dari tanah kolonial terhadap tanah rakyat. Untuk masalah tanah dari seluruh kader PNI yang ada di Indonesia hanya PNI Sumatera Utara yang berpihak kepada kaum buruh dan petani dan ini tidak terlepas dari pemahaman Mohammad Said yang benar-benar mendukung kaum buruh dan tani yang sudah dia jalani semasa pemerintahan Kolonial Belanda. 58 Feri Gusnandi. Aksi Penyerobotan Tanah Perkebunan di Sumatera Timur 1950-1960, Skripsi. hal. 35-42. Universitas Sumatera Utara 70 Aktivitas politik dari Mohammad Said semakin menonjol menjelang berlangsungnya Konfrensi Meja Bundar yang berlangsung dari September hingga Desember 1949 di Deen Hagg, Belanda. Seperti yang diketahui pada waktu itu, secara nasional akan terbentuk Republik Indonesia Serikat sebagai buah dari konfrensi Meja Bundar. Dengan lahirnya Republik Indonesia Serikat itu berarti keberadaan negara-negara boneka ciptan Van Mook seperti Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Indonesia Timur , Banjar dan lainya diakui. Disamping Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. Demikian juga dalam masalah ketata negaraan, kepegawaian ekonomi keuangan dan kemiliteran dan lain-lain pasti akan dihadapi dan harus dapat ditanggulangi supaya tidak terjadi gejolak yang membahayakan bangsa dan negara. Khusus sumatera Timur pada akhir 1949 itu disadari penuh oleh Mohammad Said dan pemimpin-peminpin organisasi lain, muncul masalah yang cukup rumit dan memerlukan perhatian istimewa. Salah satu tuntutan diantara permasalahan aktual pada waktu itu ialah menderasnya tuntutan agar Negara Sumatera Timur dibubarkan, dilebur kedalam Republik Indonesia. Tuntutan rakyat membubarkan Negara Sumatera Timur semakin menderas lagi begitu Republik Indonesia Serikat berdiri tanggal 27 Desember 1949. Sebagai insan politik Mohammad Said seusai menyelengarakan dan mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga sebagai pemimpin harian Waspada. Sewaktu menjabat sebagai ketua Mohammad Said bersama istrinya Ani Idrus yang pada waktu itu menjabat sebagai Universitas Sumatera Utara 71 ketua bagian penerangan dan propaganda aktif dalam menggiatkan penerangan kepada massa Marhaen sampai pelosok Sumaetara Utara dan mereka menerbitkan buletin bulanan partai bernama Banteng. Semasa kepemimpinan Mohammad Said di PNI Mohammad Said juga memberikan sebuah contoh demokrasi yang baik dalam perkembangan partai dengan menyelenggarakan Konfrensi Tingkat Daerah PNI yang pertama di Sibolga. Tantangan terbesar yang Mohammad Said hadapi ketika memimpin PNI adalah banyaknya anggapan yang bahwa partai ini adalah partai orang Jawa sehingga etnis lain yang ada di Sumatera Utara masih banyak yang mau bergabung. Tetapi kecakapan Mohammad Said terbukti bahwa partai ini akhirnya bisa diterima masyarakat pada pemilu 1955 di wilayah Sumatera Utara PNI mendapat suara terbanyak kedua setelah Masyumi. 59 Dalam Pemilihan tahun 1955 PNI Sumetera Utara memperoleh suara yang cukup memuaskan yaitu 3 kursi yang pada waktu itu di wakili oleh M. Saleh Umar, Dr. Lumban Tobing dan Slamet Ginting. Untuk posisi ketua DPRD Sumatera Utara jatuh kapada ketua PNI yaitu Mohammad Said, tetapi Mohamad Said menolaknya dan menyerahkanya kepada sekretaris PNI Adnan Nur Lubis, dikarenakan terjadinya pertentangan di antara kalangan partai yang menginginkan calon-calon dari daerahnya yang menjadi wakil di parlemen. 59 Lihat Lampiran XIV Pemilihan Umum Pertama. Universitas Sumatera Utara 72 Mohammad Said menjadi kader dari PNI dari dibentuknya partai ini hingga dimulainya pemerintahan orde baru yaitu setalah menjabat sebagi MPRS yang direkomendasikan oleh PNI Osa Usep dan berhenti setahun kemudian dan resmi juga berhenti menjadi kader dari PNI karena Mohammad Said tidak menyukai intervensi militer di tubuh PNI. Setelah berhenti dari aktivitas politik Mohammad Said menjalani hidupnya sebagai penulis sejarah hingga akhir hayatnya. 4.1.4 Mohammad Said Memimpin Kongres NST Pada tanggal 30 Juli 1947, sepuluh hari setelah agresi militer belanda I, sebuah rapat umum diadakan di Medan untuk menutut berdirinya daerah otonomi Sumatera Timur dalam rapat itu hadir komandan Brigade Z Kolonel Scholten residen Sumatera Timur Mr. J. Gerristen penasihat pemerintahan Dr. J.J. Van de Velde. 60 Dalam Rapat ini maka dibentuklah Komite Istimewa Sumatera Timur yang menjadi cikal bakal menjadi sebuah negara federasi yang bernama Negara Sumatera Timur. Negara Sumatera Timur resmi didirikan oleh Van Mook dari dekrit resminya yang menyatakan bahwa daerah istimewa Sumatera Timur diakui sebagai sebuah negara. Pembentukan Negara Sumatera Timur bagi pihak belanda adalah sebuah upaya untuk menguasai kembali segala sumber daya alam yang sangat melimpah seperti perkebunan tembakau, perkebunan karet, dan tambang minyak bumi. Disisi lain, orang-orang penduduk asli memanfaatkan Negara Sumatera Timur untuk 60 Suprayitno, Op-Cit. hal. 84. Universitas Sumatera Utara 73 memulihkan posisi mereka seperti sedia kala yang pernah mereka rasakan pada pemerintahan Kolonial Belanda. Selain motif tersebut ada juga penduduk yang mendukung Negara Sumatera Timur karena mendapat perlakuan yang tidak baik dari pihak Republik. Pada proses dinamika pemerintahan Negara Sumatera Timur para pemimpinya tidak dapat memperoleh dukungan dari masyarakat karena mereka cenderung lebih berusaha memperdalam jurang status sosial antara bangsawan dan penduduk. Pemimpin-pemimpin Negara Sumatera Timur selalu berusaha untuk memulihkan kekuasaan kaum bangsawan melayu yang benar-benar tidak diinginkan rakyat pada masa tersebut. Selain itu kemampuan politik dari pemimpin Negara Sumatera Timur yang masih dibawah pemimpin yang pro republikan membuat Negara Sumatera Timur kehilangan dukungan dari penduduk asli seperti Simalungun, dan Karo yang menjadi berbalik menuntut supaya Negara Sumatera Timur dibubarkan. 61 Selain tekanan dari penduduk yang menuntut Negara Sumatera Timur dibubarkan terdapat juga pertentanggan diantara para pemimpin Negara Sumatera Timur yang selalu menonjolkan kelompoknya. Seperti pertentangan Kesultanan Deli dan Asahan yang meminta keluarganya kembali berkuasa. Setelah Agresi Militer Belanda Ke-II di Sumatera, Membuat Negara Sumatera Timur semakin kehilangan dukungan dari penduduk, dan juga karena peristiwa ini membuat perang baru dimulai yaitu perang gerilya yang melibatkan seluruh unsur 61 Ibid, hal. 216. Universitas Sumatera Utara 74 masyarakat, terutama masyarakat desa yang bertujuan untuk menghancurkan kekuatan militer Belanda dan pemerintah Negara Sumatera Timur. 62 Selain perang para penduduk juga melakukan tuntutan untuk membubarkan Negara Sumatera Timur melalui demonstrasi. Demonstrasi yang dilakukan oleh penduduk Sumatera Timur mendapat perlakuan yang tidak baik dari militer Belanda dan pemerintah Negara Sumatera Timur sehingga membuat semakin hilangnya wibawa pemerintah Negara Sumatera Timur. Tuntutan pembubaran Negara Sumatera Timur terjadi diseluruh daerah yang menjadi daerah Sumatera Timur. Aksi rakyat itu memuncak pada bulan Januari dan Februari 1950. Yang membuat tokoh-tokoh yang berpengaruh pada waktu itu seperti Mohammad Said, Ani Idrus, Sugondo Kartoprojo, Jahja Jacob, Udin Sjamsudin, G.B. Jasua untuk membentuk sebuah wadah yang bernama Kongres Rakyat Se-Sumatera Timur. Atas kesepakatan bersama dari wakil-wakil rakyat seluruh kabupaten di Sumatera Timur maka sebagai ketua umum terpilihlah Mohammad Said yang juga menjabat sebagai ketua Partai Nasional Indonesia dan pemimpin harian umum Waspada. Waspada adalah harian yang terkenal sebagi koran Republik selama perang kemerdekaan. 63 62 Ibid, hal. 169. 63 Lihat Lampiran XIII, Kongres rakyat tetap menuntut pembubaran NST. Universitas Sumatera Utara 75 Pada Kongres ini Mohammad Said menyadari benar, betapa besarnya tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya. Sebab pada dirinyalah diberikan kepercayaan untuk mensukseskan Kongres Rakyat Sumatera Timur yang diprogramkan dihadiri lebih dari 1000 utusan sedangkan waktu untuk persiapan cukup pendek. Pegurusan segala sesuatu bagi suksesnya di emban oleh Mohammad Said, tetapi dalam urusan teknis Mohammad Said banyak dibantu oleh istrinya Ani Idrus. Peristiwa kongres ini merupakan peristiwa kongres rakyat terbesar di Sumatera Timur sampai sekarang sudah berganti menjadi Sumatera Utara. Karena itu panitia pusat kongres rakyat bekerja ekstra keras siang dan malam tanpa mengenal lelah. Baik dalam menentukan aturan tentang pemilihan para utusan ke kongres dari daerah-daerah yang pada waktu itu setiap 2500 orang diwakili oleh satu orang utusan, menyusun tata tertib sidang, akomodasi peserta kongres, mengundang tamu-tamu dari pusat, seperti pemerintah pusat. DPRS, RIS, Korps Diplomatik, Pembesar-Pembesar RIS dan Negara Sumatera Timur. Panitia cukup kewalahan dalam mempersiapkan kongres ini karena kongres dilakukan di Medan yang merupakan ibu kota dari Negara Sumatera Timur. Sebagai ketua panitia kongres rakyat yang pelaksanaanya cukup dekat maka Mohammad Said mengerahkan segala kemampuanya sekaligus juga mengerahkan kemampuan istrinya dalam memperoleh dana. Istrinya Ani Idrus sangatlah lihai dan pintar dalam mencari dana untuk membiayai kongres tersebut. Disisi lain Mohammad Universitas Sumatera Utara 76 Said yang memiliki pengaruh yang cukup besar pada waktu itu benar-benar bermanfaat untuk mengundang para peserta kongres, baik dari pihak Republikan dan juga pihak Negara Sumatera Timur. Kongres rakyat Sumatera Timur berlangsung di Medan dari tanggal 27 sampai 30 april 1950, dihadiri 417 utusan dan puluhan orang peninjau. Jauh sebelum kongres rakyat berlangsung di daerah telah terjadi pemilihan utusan yang akan dikirm dalalam kongres tersebut, pemilihan kongres tersebut cukup demokratis dan dilaksanakan pada umumnya di depan kantor camat. Pemilihan ini cukup menarik perhatian rakyat, ribuan orang berbondong-bondong datang ke kota untuk melakukan pemilihan, mereka banyak yang datang berjalan kaki puluhan kilometer membawa bekal sendiri, menginap di tanah lapang dan kantor pemerintahan seperti yang terjadi ditanah Karo. 64 Kongres ini berlangsung di bangsal Medan-kongres 65 yang memilki banyak fungsi pada saat kongres karena selain tempat berlangsungya kongres tempat ini juga dijadikan pemondokan bagi para peserta kongres. Di luar bangsal ini , terdapat bangsal kecil yang digunakan sebagai press room bagi wartawan yang ingin mengirim beritanya dan disamping bangsal ini diadakan kantor pos pembantu, bagi wartawan yang ingin mengirim surat. Pada dingding gedung Medan kongres tersebut terdapat slogan- slogan yang intinya adalah “suara rakyatlah penentunya”. Bangsal ini 64 Triandah Bangun, Op-Cit. hal. 168. 65 Bangsal yang terbuat dari tepas dan beratap nipah. Universitas Sumatera Utara 77 dihiasi dengan warna merah putih, dibelakang meja pimpinan terpampang gambar presiden Soekarno yang besar, dihiasi bendera merah putih. Kongres ini dihadiri oleh peninjau-peninjau resmi yang datang pada saat kongres seperti Mr. Tambunan, Wangsa Wijdajda, Roeslan Abdul Gani, Suska, Purbujo Kolopaking, Suparto, M. Natsir, M. Junan Nasution, Zainal Abidin, Wondoamisemo, dan Sumarto. Pada malam resepsi hadirlah Gubernur militer dan teritorium Sumatera, Kolonel Simbolon beserta opsir-opsirnya dan juga tampak hadir opsir-opsir Belanda beserta opsir-opsir NICA. Selain para kalangan militer tampak hadir juga orang-orang terkemuka dari berbagai kalangan seperti kalangan pedangang dan juga perkebunan. Dari pihak Negara Sumatera Timur yang hadir dalam kongres ini yaitu Mr. Abbas, Jaksa Agung Sumatera Timur Dt. Hafiz Haberman, kepala wilayah Deli dan Serdang merangkap wakil walikota Medan, R.M. Sarsidi, Kepala Departemen Lalu Lintas, F.H. Rotty. Dalam pembukaan kongres ini terlihat sikap Mohammad Said yang mengkritik pemerintah Republik Indonesia Serikat yaitu : “bahwa persoalan utama pada masa itu adalah bukan pada paham federalis dan unitaris, tetapi sisa-sisa kolonialis yang masih bertahan di tengah-tengah masyarakat Sumatera Timur. Kongres yang berlangsung selama tiga hari ini dan dihadiri oleh kira-kira 3.000 orang telah menghasilkan resolusi mendukung penggabungan Sumatera Timur kedalam Republik Indonesia dan menghapuskan NST...” 66 66 Teks resolusi kongres rakyat. Universitas Sumatera Utara 78 Resolusi dan pidato ini secara panjang lebar adalah sebuah kritik kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat yang sangat lamban untuk melaksanakan mosi Yamin dan yunan yang disampaikan dalam rapat Republik Indonesia Serikat. Demikianlah kongres ini berlangsung selam tiga hari dan mengalami perdebatan- perdabatan yang mengkerucutkan bahwa kongres memutuskan bahwa Negara Sumatara Timur kembali kepangkuan NKRI. Sebagai insan politik Mohammad Said seusai menyelengarakan dan mensukseskan Kongres Rakyat berkecimpung penuh di Partai Nasional Indonesia dan juga sebagai pemimpin harian Waspada.

4.2 Mohammad Said Sebagai Sejarawan