Metode Penghitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia

commit to user 21

3. Pendekatan Penghitungan Pendapatan Nasional

Lipsey dan Steiner dalam Sunarto dan Bambang, 2007 mengemukakan bahwa penghitungan Pendapatan Nasional dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Pengeluaran pengeluaran uang dari rumah tangga ke perusahaan dan Pendekatan Produksi nilai produk seluruh perusahaan yang diserahkan ke rumah tangga. BPS juga menerapkan dua pendekatan tersebut. Tidak ada perbedaan hasil penghitungan dari dua pendekatan ini karena kedua pendekatan tersebut sebenarnya menghitung besarnya aliran pendapatan yang sama. Perbedaannya hanya karena titik aliran tempat melakukan penghitungan.

4. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional Di Indonesia

BPS menghitung pendapatan nasional melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Produksi dan Pendekatan Pengeluaran, yang keduanya menghasilkan jumlah yang sama. Dengan Pendekatan Produksi, dijumlahkan seluruh nilai produksi yang dikelompokkan ke dalam sembilan lapangan usaha yang meliputi 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, 2 Pertambangan dan Penggalian, 3 Industri Pengolahan, 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5 Bangunan, 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran, 7 Pengangkutan dan Komunikasi, 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan 9 Jasa-jasa. Sedangkan commit to user 22 dengan Pendekatan Pengeluaran dihitung pengeluaran menurut jenis pengeluaran sebagaimana yang lazim dirumuskan dalam bentuk: Y = C + I + G + X – M, di mana: Y = PDB G = Belanja pemerintah C = Belanja konsumsi I = Belanja investasi X = Ekspor M = Impor Untuk ini BPS mengelompokkan pengeluaran belanja ke dalam enam jenis pengeluaran karena I investasi dipisah ke dalam dua kelompok, yakni Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok persediaan barang. Dengan demikian pengelompokan jenis pengeluaran menurut BPS meliputi: 1 Konsumsi Rumah Tangga, 2 Konsumsi Pemerintah, 3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, 4 Perubahan Stok, 5 Ekspor BarangJasa, dan 6 Impor BarangJasa. Dalam menghitung PDB pendekatan produksi, yang dihitung adalah nilai tambah bruto yang diberikan oleh perusahaan dalam proses produksinya. Nilai tambah tersebut diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga barang yang bersangkutan, selanjutnya dikurangi dengan biayaantara, yakni nilai bahan yang dipergunakan dalam proses produksi. PDB adalah jumlah dari nilai tambahan bruto belum dikurangi penyusutan alat produksi dari seluruh pelaku ekonomi di dalam negeri selama satu tahun. Karena PDB hanya menghitung nilai produk di dalam negeri, maka di dalam PDB termasuk pendapatan warga negara asing di commit to user 23 dalam negeri, tetapi belum termasuk pendapatan warga negara sendiri di luar negeri perhatikan hierarki perhitungan di atas. Data tersebut dikumpulkan oleh kantor-kantor statistik di kabupatenkota yang selanjutnya dikompilasi oleh BPS pusat Sunarto dan Bambang, 2007. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, diperlukan penjelasan singkat mengenai istilah yang dipergunakan dalam Produk Domestik Regional Bruto PDRB dilihat dari segi pengertian sebagai berikut. a 1 Dari segi produksi adalah jumlah nilai netto dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi di dalam suatu daerah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. 2 Dari segi pendapatan adalah jumlah barang dan jasa pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah wilayah dalam waktu tertentu satu tahun. 3 Dari segi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung serta pengeluaran untuk investasi dan ekspor suatu daerah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, produk domestik regional bruto adalah seluruh produk atau nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. commit to user 24 b Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku adalah jumlah seluruh agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang terjadi pada waktu itu. c Sektor ekonomi adalah sektor menurut lapangan usaha yang terdapat dalam produk domestik regional bruto yang mencakup 9 sembilan sektor antara lain: a Pertanian, b Pertambangan dan Penggalian, c Industri Pengolahan, d Listrik dan Air Bersih Minum, e Bangunan, f Perdagangan, Hotel dan Restauran, g Pengangkutan dan Komunikasi, h Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan i Jasa-Jasa. d Sektor unggulan atau sektor ekonomi potensial adalah sektor atau kegiatan perekonomian yang mampu melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. e Sektor non unggulan adalah sektor atau kegiatan perekonomian yang hanya mampu melayani pasar di daerah sendiri.

D. Studi Terdahulu