50 Menurut Samuelson dan Nordhaus 1998:587, ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi: a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke
atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat. b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation
tetapi juga dipengaruhi oleh : a Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b ImportedInflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan
harga-harga barang import secara umum.
3. Tingkat Suku Bunga
51 Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang
ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia SBI. Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari
kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham.
Tingkat suku bunga riil pada umumnya lebih sering dibandingkan antar Negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis
akan terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di dua Negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang Negara
lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih mengandung unsure inflasi di dalamnya.
Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di rumuskan bahwa :
R = [ l + i : l + i
1
] – 1
Dengan R adalah kurs, i adalah tingkat suku bunga domestic, dan i
1
adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri negara kedua. Apabila kedua sisi persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka
mengindikasikan bahwa investasi antar kedua Negara akan menghasilkan return
yang sama.
52
4. Nilai Tukar
Menurut Fama 1960, pentingnya informasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap
perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para
pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya, dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi
nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan informasi antara otoritas dengan pelaku pasar“news” sebagai unexpected
information . Teori Rational expectation merupakan dasar dari efficient
market hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi yang ada, maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik
investor menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai keseimbangan .
Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga
1978 dianut sistem tukar tetap fixed exchange rate dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat USD. Sejak 15
November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali managed floating exchange rate
dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang
utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan
53 unsur pengendalian. Kemudian terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan
mengambang terkendali terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, dimana jika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan band sebagai guidance atas
pergerakan nilai tukar maka sejak saat itu tidak ada lagi band sebagai acuan nilai tukar. Namun demikian cukup sulit menjawab apakah nilai tukar rupiah
sepenuhnya dilepas ke pasar free floating atau masih akan dilakukan intervensi oleh Bank Indonesia. Dengan mengamati segala dampak dari sistem
free floating serta dikaitkan dengan kondisistruktur perekonomian Indonesia
selama ini nampaknya purely free floating sulit untuk dilakukan. Kemungkinannya adalah Bank Indonesia akan tetap mempertahankan
managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan
pada timing yang tepat.
54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN