37
E. Nilai Tukar
Pergerakan nilai tukar menjadi issue empiris dan kebijakan yang penting di Indonesia, khususnya setelah diterapkannya sistem mengambang terkendali
free floating regime Dalam banyak hal pergerakan nilai tukar tidak selalu dapat dijelaskan oleh perkembangan variabel-variabel ekonomi yang terjadi.
Sebagai contoh, pergerakan nilai tukar tidak selalu mencerminkan perbedaan tingkat inflasi dalam negeri dengan luar negeri seperti yang dirujuk oleh teori
PPP. Demikian juga, perubahan tingkat suku bunga bank sentral negara- negara Asia Pasifik ataupun suku bunga Fed tidak selalu dapat menjelaskan
pergerakan nilai tukar seperti yang ingin dijelaskan oleh teori IRP. Menurut Fama 1960, pentingnya informasi dalam mempengaruhi
pergerakan nilai tukar mencerminkan bagaimana persepsi pasar terhadap perkembangan dan pengaruh berbagai variabel ekonomi tersebut. Jika semua
informasi yang dipergunakan oleh otoritas bank sentral dimiliki pula oleh para pelaku pasar maka nilai tukar akan mencerminkan tingkat fundamentalnya,
dengan kata lain nilai tukar mengikuti random walk. Tetapi jika tidak, deviasi nilai tukar dapat terjadi, dan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh perbedaan
informasi antara otoritas dengan pelaku pasar“news” sebagai unexpected information
. Rational expectation merupakan dasar dari efficient market hypothesis. Jika nilai tukar tidak mencerminkan seluruh informasi yang ada,
maka terdapat “unexploited profit opportunities” yang menarik investor menyimpan untuk mendapatkan profit sampai harga mencapai keseimbangan
38
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menganalisa tentang index harga saham gabungan IHSG ialah : Ludovicus Sensi Wondabio
2006
melakukan penelitian tentang Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan Ihsg
Jakarta Jsx, London Ftse, Tokyo Nikkei Dan Singapura Ssi Dengan
hasil penelitian menunjukkan :
a. Pola hubungan antara JSX dan FTSE, NIKEI dan SSI ternyata memiliki hubungan yang berbeda-beda.
b. FTSE dan NIKKEI ternyata mempunyai pengaruh terhadap JSX, tetapi JSX tidak mempunyai pengaruh terhadap FTSE dan NIKKEI. Ini menunjukkan
bahwa kondisi perekonomian negara maju akan berpengaruh terhadap perekonomian negara berkembang.
c. Hubungan FTSE dan NIKKEI terhadap JSX adalah negatif atau berbalik dimana jika FTSE NIKKEI naik maka JSX turun. Ini menandakan bahwa
kenaikan FTSE dan NIKKEI justru menekan JSX. Hal ini dapat diduga adanya pengalihan investasi oleh para investor.
d. JSX dan SSI berhubungan simultan tetapi JSX mempengaruhi SSI secara positif sedangkan SSI mempengaruhi JSX secara negatif. Artinya jika
JSX naik maka SSI naik. Sedangkan jika SSI naik maka JSX malah turun.
39 Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian pengujian
pengaruh maupun hubungan antara variabel ekonomimakro terhadap Indeks Harga Saham IHSG dengan menggunakan model Ordinary Least Square
bivariate single-equation regression model atau sering disebut OLS.
Sebagaimana dinyatakan oleh Rao 1994 bahwa data ekonomimakro mempunyai sifat nonstationary dan mempunyai hubungan imbal balik
causality. Sudjono, 2001 melakukan penelitian tentang Analisis Keseimbangan
Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomimakro Terhadap Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Var. Dengan hasil
penelitian, Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan metode VAR maupun ECM
periode 1990:01 sd 2000:12 impulse response to one S.D. innovation maupun variance decomposition bahwa variabel Rupiah lebih mampu andal
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel-variabel IHSG, Depo1, maupun SBI. Hal ini terlihat dari impulse response to one S.D. innovation
maupun variance decomposition dari kedua model tersebut memberikan nilai yang cukup konsisten dan signifikan.
Hasil penelitian sudjono juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Domian, Gilster, dan Louton 1996, Jensen, Johnson, dan
Bauman 1997, Thorbecke 1997, maupun Kwon, Shin dan Bacon yaitu adanya hubungan pengaruh negatif antara perubahan tingkat bunga dengan
harga saham, walaupun mereka menggunakan model yang beragam. Demikian juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara
40 nilai tukar uang terhadap harga saham, misalnya: Ma dan Kao 1990,
Mougoué dan Bond 1991, Ajayi dan Mougoué 1996, Hermanto 1998, Pi- Anguita 1999, Wu 2000, yaitu adanya hubungan negatif antara nilai tukar
uang terhadap harga saham.
41
G. Kerangka Pemikiran