Hasil Pemurnian Silika HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemurnian Silika

Setelah melalui proses kalsinasi pada suhu 900 C dan melalui proses pemurnian maka diperoleh silika yang berwarna putih. Silika hasil pemurnian dapat dilihat pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Silika hasil pemurnian pada suhu 900 C Kaca yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kaca bening dan tidak berwarna yang berasal dari botol bekas. Kaca terlebih dahulu dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan pengotor yang menempel pada permukaan kaca. Kemudian kaca dihaluskan dan diayak dengan ayakan ukuran 150 mesh agar dihasilkan serbuk kaca dengan ukuran partikel kecil dan homogen. Tahap awal pembuatan silika dari kaca dilakukan dengan mengekstraksi silika melalui pembentukkan senyawa natrium silikat dengan penambahan natrium hidroksida pellet NaOH. Campuran serbuk kaca dan natrium hidroksida NaOH dikalsinasi pada suhu 900 C selama 6 jam. Kalsinasi serbuk kaca dan NaOH menghasilkan padatan natrium silikat yang masih bercampur dengan oksida logam dalam limbah kaca seperti natrium oksida Na 2 O, kalsium oksida CaO, Aluminum oksida Al 2 O 3 , magnesium oksida MgO dan kalium oksida Universitas Sumatera Utara K 2 O Coleman dkk, 2013. Karena natrium silikat merupakan senyawa yang berwarna putih dan mudah larut dalam air, sehingga senyawa-senyawa oksida logam tersebut dapat dipisahkan dengan menambahkan H 2 O yang akan melarutkan padatan natrium silikat sementara oksida logam tetap berbentuk padatan yang tak larut. Xu dkk, 2000 Pelarutan natrium silikat dalam air dilakukan dengan proses pemanasan dan pengadukan yang bertujuan untuk meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul di dalam larutan sehingga dapat mempercepat proses pelarutan. Campuran hasil pemanasan kemudian disaring sehingga menghasilkan latutan natrium silikat sebagai filtrat dengan campuran oksida logam dan pengotor lainnya sebagai residu. Preparasi gel dilakukan dengan menambahkan larutan asam klorida HCl ke dalam larutan natrium silikat. Penggunaan HCl lebih baik dibandingkan dengan penggunaan asam sulfat H 2 SO 4 , asam oksalat C 2 H 2 O 4 atau asam sitrat C 6 H 8 O 7 karena berhubungan dengan pembentukkan garam natrium. Natrium sulfat, natrium oksalat dan natrium sitrat memiliki ukuran yang besar sehingga akan terperangkap dan menutupi pori-pori silika gel Yun dkk, 2003. Sementara itu, natrium klorida memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga lebih mudah dihilangkan dengan pencucian menggunakan H 2 O Liu , 2011. Na 2 SiO 3 aq + 2HCl aq SiO 2s + 2NaCl s + H 2 O l Pembentukkan hidrogel mulai terjadi pada saat nilai pH berkisar antara 8- 10 dan akan membentuk gel kaku pada pH 7. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendapatkan bahwa hidrogel dapat terbentuk pada kisaran nilai pH 3-10 dan tidak dihasilkan bila nilai pH kurang dari 3 Liu, 2011 Hidrogel yang terbentuk selanjutnya didiamkan selama 18 jam pada suhu ruang untuk melalui tahap pematangan gel. Peningkatan kekuatan dan kekakuan gel terjadi akibat adanya proses sineresis yaitu proses pengerasan gel yang terjadi secara spontan tanpa proses penguapan. Proses sineresis terjadi karena Universitas Sumatera Utara pembentukkan dan pertumbuhan permukaan gel yang disertai dengan pelepasan molekul H 2 O dari pori-pori silika gel Scherer, 1989. Proses pencucian silika gel dilakukan berulang-ulang hingga pH air cucian netral yang menandakan garam natrium telah larut seluruhnya ke dalam air. Silika gel yang telah netral dikeringkan pada suhu 120 C untuk menghilangkan molekul H 2 O. Silika yang dihasilkan kemudian dihaluskan dan dipanaskan kembali pada suhu 900 C untuk mendapatkan silika mesopori Rahman,N.A, 2015 Universitas Sumatera Utara 4.2 Karakterisasi Silika 4.2.1 Spektrum FT-IR